Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Buleleng, Moh. Ali Susanto, M.Pd., mendapat undangan berkunjung ke Spanyol dari Dubes RI untuk Kerajaan Spanyol, Dr. Muhammad Najib. Apa saja yang dilakukan selama di negeri Matador tersebut, berikut catatan Moh. Ali Susanto, secara berseri. Ini catatan seri ke-5.
TAK terasa perjalanan napak tilas kami untuk menyusuri jejak-jejak kejayaaan peradaban Islam di tanah Spanyol memasuki hari ke-6, Rabu (22/6/2022). Kali ini kami menyusuri Granada, setelah sehari sebelumnya keliling kota Sevilla.
Secara geografis, Granada berada pada kaki gunung Sierra Nevada. Berada pada muara dari tiga sungai, yakni Beiro, Darro dan Genil. Daerah ini ada di ketinggian 738 meter dari permukaan laut. Dari Sevilla butuh waktu tempuh sekitar dua jam untuk sampai di Granada.
Datang ke Granada tentu tidak ada pemikat lain kecuali harus mendatangi kompleks Istana Alhambra yang mempesona. Kami datang bersama Dubes RI, Mas Dr. Muhammad Najib dan tim KBRI Spanyol yang punya agenda diplomatik di Granada.
Istana Alhambra terletak di titik paling strategis kota Granada. Berada pada ketinggian kurang lebih 150 meter. Dari tempat ini bisa terlihat pemandangan seluruh kota hingga sejauh mata memandang.
Istana ini dikenal dengan nama Alhambra karena dalam bahasa Arab, kompleks bangunannya disebut “qa’lat al-Hamra” atau Istana Merah. Disebut demikian, karena istana ini berwarna kemerah-merahan, utamanya saat diterpa cahaya.
Istana ini adalah pusat kekuasaan Dinasti Bani Ahmar, yang merupakan dinasti Islam terakhir di Andalusia. Istana ini menjadi saksi bisu kejayaan dan juga kehancuran imperium Islam di Andalusia.
Dengan luas kurang lebih 14 hektar, Alhambra kerap disebut sebagai “mukjizat seni”. Betapa tidak, bangunan ini benar-benar indah dan megah.
Bukan hanya taman bunga yang ketika semua mekar akan menebarkan aroma harum, namun interiornya juga ditata demikian apik. Salah satu ikon di bangunan ini yaitu Hausyus Sibb atau Taman Singa. Disebut demikian lantaran ada air mancur yang di bawahnya terdapat 12 patung singa melingkar.
Selama ratusan tahun sultan-sultan Daulah Bani Ahmar menjaga Granada dan Andalusia sebagai jantung muslim di Eropa sekaligus bagian dari kekuasaan Islam di dunia. Mereka berupaya memakmurkan rakyat dan negara ini melalui berbagai sektor, dari pertanian hingga perdagangan.
Namun, kisah keagungan Islam di Andalusia itu akhirnya sirna. Perang dan penaklukan menjadi penyebabnya. Pada 1491 M, Raja Ferdinand V dan Ratu Isabella mengepung Granada. Selama tujuh bulan, satu demi satu wilayah di kota itu mereka taklukkan.
Ada keindahan, sejarah dan kehalusan budi pada bintang Andalusia ini. Ada peradaban yang tak mudah didapatkan di tempat lainnya. Sebuah tempat yang kita layak mengenangnya. (bs)
Bersambung ….