Di Museum Masjid-Catedral Cordoba, Menghayati Kejayaan Peradaban Islam (3)

Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Buleleng, Moh. Ali Susanto, M.Pd., mendapat undangan berkunjung ke Spanyol dari Dubes RI untuk Kerajaan Spanyol, Dr. Muhammad Najib. Apa saja yang dilakukan selama di negeri Matador tersebut, berikut catatan Moh. Ali Susanto, secara berseri. Ini catatan seri ke-3.

HARI ke-4 perjalanan napak tilas peradaban Islam di Spanyol, saya dan Mbak Ela mengunjungi Museum Masjid-Catedral Cordoba.

Luar biasa, itulah ungkapan  yang terlontar pertama kali saat mata dan kaki ada di kompleks Museum Masjid-Catedral Cordoba. Tidak berlebihan kalau Stanley lane-Pool, seorang penulis Barat menyebutnya sebagai keajaiban dunia.

Cordoba adalah seluruh keindahan yang menjadi satu. Meskipun Islam tidak lagi berjaya di Cordoba, namun beberapa peninggalan dari masa lalunya bisa disaksikan.

Kami tiba di kompleks museum sekitar pukul 13.30 waktu setempat. Diantar oleh staf Kedutaan RI, Mas Rizky namanya. Walaupun kurang dari satu tahun tinggal di Madrid, tapi aktivitas mendampingi Mas Dubes menjadikannya sedikit paham tentang dinamika perkembangan Islam di Spanyol.

Museum Masjid-Catedral Cordoba ini pada awalnya adalah gereja peribadatan Visigoth. Setelah ada dalam kekuasan Islam Dinasti Umayah, kemudian sebagian bangunannya beralih fungsi menjadi masjid. Sedangkan sebagian lain masih menjadi gereja. Benar, dalam satu bangunan digunakan sebagai tempat ibadah dua agama. Tentu saja, ini menjadi wujud toleransi yang luar biasa.

Memang hampir tidak ada bangunan megah yang tersisa di sekitaran kompleks Museum Masjid- Catedral Cordoba ini. Namun jejak warisan ilmu pengetahuan dan peradaban dari masa kejayaan Islam masih bisa dilihat di kompleks museum.

Di sekitar kompleks masih berdiri dan aktif Fakultas Sastra dan Filsafat Universitas Cordoba. Ada patung Muhamed Al Gaffequi, seorang ilmuwan muslim penemu teknik operasi katarak pertama di dunia.

Islam pernah berjaya di Eropa tak bisa disangkal karena sejarah telah menorehkan tinta kebesaran itu secara kasat mata. Tugas kita adalah mencari sebab kemunduran dan bahkan kehancuran Islam itu sendiri. Karena hukum sejarah sangat objektif bahwa siapa saja yang tidak sanggup menjalankan fungsi kekhalifahannya di muka bumi dia akan digilas oleh zamannya.

Dan Rasulullah SAW pun bersabda bahwa Islam hancur atau mundur karena kejahilan umatnya. Wallahu a’lam bi ash shawab. (bs)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *