Indonesia Miskin Kritikus Film Pendek

  • Dari Diskusi Pra Event Tatkala May May May

BULELENG – Indonesia miskin kritikus film. Penulisan tentang sebuah film, apalagi film pendek, masih sangat kurang. Sementara pemerintah lebih memperhatikan produksi film.

Itulah yang mengemuka dalam Diskusi Pra Event Tatkala May May May yang digelar di Rumah Belajar Mahima Jl. Pantai Indah Singaraja, Rabu (4/5/2022). Tampil sebagai narasumber pegiat film dari Minikino Edo Wulia, Fransiska Prihadi, dan I Made Suarbawa, dengan pengatur jalannya diskusi, Juli Sastrawan.

Menurut Edo, penulisan film di Indonesia masih terlalu sedikit dibandingkan film-film yang diproduksi. Oleh karena itu, penting untuk melahirkan penulis-penulis yang membahas film, termasuk film pendek.

Sayangnya, media-media mainstream saat ini sudah tertarik untuk menugaskan wartawan-wartawannya untuk menulis tentang sebuah film. Karena itu, sangat sedikit tulisan-tulisan yang membahas film.   

Padahal, kata dia, penulisan atau kritik terhadap sebuah film sangat diperlukan. Masyarakat bisa tahu sebuah film mempunyai nilai atau tidak. Nilai sebuah film itu seperti apa, harus ada yang menulisnya. Kalau tidak, masyarakat penonton tidak tahu sebuah film itu bermutu atau tidak.

Sementara menurut Fransiska Prihadi, industri film pendek mempunyai nasib yang sama di seluruh dunia. Itu karena minimnya yang menulis. “Harusnya sudah ada yang mulai menulis tentang film pendek,” katanya.

Dikatakan, masih sedikit media yang menulis tentang film pendek. Bahkan bisa dibilang sudah tidak ada lagi media yang menugaskan wartawan atau penulisnya yang menulis tentang film pendek, yang diikutkan dalam festival.

Dalam diskusi tersebut, para peserta juga diajak menonton film pendek “Sugiharti Halim”. Lantas peserta diminta untuk menulis tentang film tersebut. Dalam waktu yang cukup pendek, sejumlah peserta berhasil menulis tentang film “Sugiharti Halim”. (bs)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *