BULELENG – Tower tertinggi di dunia dibangun di Dusun Amerta Sari, Desa Pegayaman, Kecamatan Sukasada, Buleleng, Bali. Tower tersebut dinamakan Turyapada Tower KBS 6.0 Kerthi Bali.
Pembangunan Turyapada Tower tersebut dimulai 23 Juli 2022, yang ditandai dengan peletakan batu pertama (ground breaking) oleh Gubernur Bali, Wayan Koster. Hadir pada acara tersebut, Ketua DPRD Bali, Nyoman Adi Wiryatama, Kapolda Bali, Pangdam IX/Udayana, Kajati Bali, Pengadilan Tinggi Bali, Bupati/Walikota se-Bali dan undangan lainnya.
Menurut Gubernur Bali, Wayan Koster, Turyapada Tower merupakan tower berkelas dunia, dengan penerapan nilai-nilai kearifan lokal Sad Kerthi serta filosofi Akasa-Pertiwi, Purusa-Pradana. Konsep tower memadukan nilai-nilai tradisi Bali dengan teknologi global sebagai wujud Loka Samasta Sakino Bhawana. Yang bermakna sumber kesejahteraan dan kebahagiaan kehidupan manusia yang mendunia.
Karakteristik Turyapada Tower, tinggi 115 meter. Dibangun di atas lahan dengan luas 4 hektar, pada ketinggian 1.521 meter di atas permukaan laut. Sehingga total ketinggian tower 1.636 meter di atas permukaan laut. Tower ini lebih tinggi dibandingkan lima tower terkenal di dunia seperti Menara Eifel, Tokyo Tower, Toronto Tower, Macau Tower, dan Fernsehturm Tower.
Turyapada Tower memiliki fasilitas multifungsi dan terpadu, seperti pemancar, planetarium, skywalk, restoran putar 360 derajat, jembatan kaca, museum, ruang konvensi, serta dilengkapi gondola. Tower memiliki konstruksi khusus yang tahan terhadap gempa berkekuatan sampai 1.0 G dan kekuatan hidup minimal 500 tahun.
Turyapada Tower KBS 6.0 merupakan tower ikonik-mounmental pertama di Indonesia. Diharapkan nantinya menjadi daya tarik wisata baru ramah lingkungan, indah dan sangat keren yang dilengkapi kebun bunga, kebun buah, area bermain anak, glamping, flying fox, UMKM dan restoran.
Pembangunan Turyada Tower dijadwalkan rampung pada Agustus 2023, dengan anggaran Rp 365 milyar berasal dari APBD Provinsi Bali.
Lantas apa harapan masyarakat Pegayaman dengan dibangunnya tower tertinggi di dunia di Desa Pegayaman tersebut? Tokoh masyarakat Pegayaman, Ketut Muhammad Suharto, di lokasi pembangunan tower mengaku dibangunnya tower ini merupakan adanya satu titik kemajuan.
“Harapan kami dari desa yang kena program (proyek) tower ini nilai positifnya lebih banyak dirasakan warga kami. Contoh saya dengar di sini juga ada pembangunan SMK, ini memberikan harapan yang luar biasa ke depan bagi generasi muda di sini untuk masuk di dalamnya,” katanya.
Selain itu, kata Suharto yang juga pemerhati sejarah ini, rekrutmen dalam ketenagakerjaan harus juga memperhatikan warga Pegayaman. Itu akan menambah dalam peningkatan perekonomian warga Desa Pegayaman. “Dari sisi sosial budaya harapannya membuat lebih maju bagi warga Pegayaman. Kita jaga juga dampak negatifnya,” ujarnya.
Menurut Suharto, karena tower ini dilengkapi berbagai fasilitas pariwisata, maka ia berharap juga melibatkan banyak warga Pegayaman, terutama generasi mudanya. “Generasi muda Pegayaman nantinya bisa memberikan peran yang lebih banyak dalam dinamika perkembangan tower ini,” tegasnya.
Jadi, kata dia, pihaknya berharap bagaimana warga Pegayaman banyak dlibatkan dalam dimanika perkembangan tower ini ke depan. “Dari pembangunan proyek fisiknya ini tentunya kami juga akan mengusulkan banyaknya dilibatkan warga Pegayaman. Dari pekerja kasar sampai administratifnya. Insya Allah warga kami siap,” pungkasnya. (bs)
Masih kurang apalagi kamu Bali? Bukankah kehebatan seperti ini sama dengan bangunan ‘ter’ yang lain, tidak ada apa-apanya dibanding spirit hidupmu yang mengutamakan keselarasan? Bukankah kearifanmu selalu menyadarkanmu, semangat ‘kejar prestasi’ seperti ini justru akan mengikis keutamaan itu? Ataukah kamu mau merubah kiblat ? Tempat yang kau inginkan bukan lagi buaian keselarasan hidup tetapi menjadi tempat bertarung adu kehebatan ? Apa kamu terpana dengan tempat gemerlap lampu warna-warni di malam hari? Pasti spiritualitasmu sudah mengingatkanmu. Banyak pengalaman di tempat lain turun harkatnya karena gemerlap lampu yang hebat ini sesungguhnya hanyalah medan perbudakan ekonomi belaka. Kita akan menemukan di dalamnya, kebahagiaan yang dijanjikannya hanya tipuan: semu, dan tidak ada puncaknya.
Kamu sudah hebat Bali. Keselarasan itulah kehebatanmu. Aku telah banyak belajar dari kamu, tujuan berprestasi untuk capaian yang luhur: untuk memuliakan dewa. Berprestasi menjaga keselarasan, bukan untuk kekuasaan atau kehebatan material belaka. Jangan sampai terjadi, kesadaran akan keterbatasan bunga tanda keselarasan yang cepat layu, kamu ganti dengan bunga plastik yang sepintas abadi tetapi lantas mematikan laku ritualnya.