BULELENG – Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) memberikan apresiasi pada kompetisi turnamen sepakbola yang telah diselenggarakan di Buleleng. Keberadaan turnamen akan mengobati kerinduan para penggemar sepakbola.
Saat ini salah satu klub di Buleleng menyelenggarakan turnamen. Turnamen yang diselenggarakan di Lapangan Desa Anturan itu melibatkan 6 klub, yakni Padma Tukadmungga, Forkal Kalibukbuk, Putra Lovina, Gapura Mas Sanggalangit, Putra Kubutambahan FC, serta tuan rumah Singa Anturan.
Seluruh klub yang terlibat adalah konstituen Asosiasi Kabupaten (Askab) PSSI Buleleng. Klub yang terlibat ada yang merumput di Liga 1, Liga 2, maupun Liga 3 PSSI Buleleng.
Wakil Ketua Umum Askab PSSI Buleleng, Nyoman Suasana, mengungkapkan, kompetisi sepakbola kini telah dibuka kembali. Animo masyarakat cukup tinggi. Terbukti dari setiap pertandingan, penonton selalu berdatangan.
“Ini akan memberi vibrasi bagi pemain sepakbola di Buleleng. Apalagi selama 2 tahun ini tidak ada kompetisi. Kami pun sejak 2020 tidak bisa menggelar kompetisi, karena pandemi. Tahun ini juga tidak bisa, karena terlalu berhimpitan dengan Porprov. Kami berupaya kompetisi liga internal PSSI Buleleng bisa digulirkan lagi tahun depan,” kata Suasana.
Menurutnya, Singa Anturan memiliki sejarah yang panjang sebagai sebuah klub. Banyak pemain potensial yang lahir dari klub tersebut. Beberapa pemain sempat terlibat dalam tim sepakbola Porprov Buleleng, maupun dalam tim futsal.
Di sisi lain, turnamen yang diselenggarakan Singa Anturan FC juga mendapat apresiasi dari PSSI pusat. Pada Selasa (29/3/2022), Deputi Bisnis dan Komersial PSSI, Rudy Kandra hadir di Lapangan Desa Anturan. Rudy didampingi Ketua Yayasan BUMN, Harjawan Balaningrath. Mereka menyaksikan pertandingan antara Gapura Mas Sanggalangit dengan Forkal Kalibukbuk FC.
Rudy Kandra mengaku sangat terkejut dengan atmosfer kompetisi di Anturan. Rudy menyebut, meski hanya bersifat kompetisi antar kampung (tarkam), pertandingan itu mampu menarik minat penonton. Ia pun yakin akan lahir pemain sepakbola yang andal dari kompetisi tersebut.
Menurut Rudy, pertandingan tarkam sangat berpengaruh pada iklim sepakbola di Indonesia. Baik yang bersifat turnamen maupun pertandingan persahabatan. Ia menyatakan pertandingan menjadi ajang bagi pemain sepakbola melatih teknik yang didapat selama latihan. Di samping itu, pertandingan juga menjadi sarana melatih mental pemain mengolah bola di lapangan hijau.
“Meskipun kata orang pertandingan tarkam, sebuah pertandingan tetap penting bagi pemain bola. Karena ini akan menjadi trigger. Jadi akan terus pemain yang tumbuh. Justru kalau tidak ada pertandingan, mereka akan merasa diabaikan. Karena hasil latihan tidak bisa disalurkan,” ujarnya.
Di sisi lain, Ketua Yayasan BUMN, Harjawan Balaningrath, mengatakan, pihaknya merasa terpanggil agar iklim kompetisi sepakbola menjadi lebih baik lagi. Yayasan BUMN bahkan telah menggelontorkan dana sebanyak Rp 40 juta untuk mendukung turnamen yang diselenggarakan Singa Anturan FC.
Ia meyakini kompetisi yang rutin diselenggarakan akan menghindarkan kalangan muda dari kegiatan negative. Harjawan berharap kompetisi bisa dilakukan lebih intens. Bahkan bila memungkinkan dilakukan dengan skema liga home-away.
“Masalahnya memang tidak semua desa punya lapangan. Mungkin nanti satu waktu kami diskusi dengan pemda dan PSSI. Supaya klub-klub yang tidak punya lapangan untuk home base, bisa pakai stadion besar seperti Mayor Metra untuk sementara waktu,” demikian Harjawan. (bs)