JANGAN SAMPAI KOTAK KOSONG YANG BERTARUNG DI PILKADA DENPASAR

DISKUSI tentang Pilkada Kota Denpasar yang digelar Forum Diskusi Peduli Bali.

DENPASAR – Jangan sampai kotak kosong yang bertarung di Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Pilkada) Kota Denpasar. Sebab, kalau itu yang terjadi tentu tidak sehat untuk demokrasi.

Itulah yang mengemuka dalam diskusi tentang Pilkada Denpasar yang digelar Forum Diskusi Peduli Bali di Warung Kubu Kopi Denpasar, Kamis (27/2/2020) siang. Pilkada Kota Denpasar memang kini dibawah bayang-bayang calon tunggal. Dan lawannya tentu kotak kosong.

Tampil sebagai narasumber Ketua KPU Kota Denpasar, Wayan Arsa Jaya dan pengamat politik Dr. Nyoman Wiratmaja.

Arsa Jaya berharap ada banyak pasangan calon yang muncul. Bahkan ia sudah merancang  setidaknya muncul lima paslon pada Pilkada Denpasar nanti. Sebab, jika hanya ada paslon yang muncul, secara teknis penyelenggaran agak menyulitkan. Misalnya jika biasanya KPU mengajak masyarakat agar memilih paslon sesuai hati nurani, jika hanya ada satu paslon nanti dikira memihak paslon tersebut. 

Dalam pembuatan alat peraga kampanye (APK) juga begitu. Jika hanya membuat APK untuk satu paslon juga akan dituding berpihak. Dalam menggelar debat publik pun juga begitu. 

“Karena itu kami tidak ingin hanya ada satu paslon,” kata Arsa Jaya. 

Sementara pengamat politik Dr. Nyoman Wiratmaja, mengatakan, calon tunggal lebih mengerikan dibandingkan jika ada lawan. “Lebih mengerikan melawan kotak kosong ketimbang melawan orang,” katanya. 

Menurutnya, bagi pasangan calon dan partai politik pengusngnya akan sangat “ngeri-ngeri sedap” kalau melawan kotak kosong. Menurutnya, kalau calon tunggal seharusnya sudah menang WO, tinggal dilantik. “Tapi kenyataannya justru ngeri-ngeri sedap,” ujarnya. 

Itu karena kalau melawan kotak kosong tidak ada pembanding. Berbeda jika ada lawan, ada sebagai pembanding bahwa paslon lebih berkualitas dari lawannya. 

Wiratmaja mengaku heran, kenapa tidak ada yang berani mencalonkan diri lewat calon independen dalam Pilkada Denpasar. Padahal pada Pilkada sebelumnya, jumlah golput mencapai 43 persen.  Dosen di Undiknas Denpasar mengatakan, bayang-bayang calon tunggal itu terjadi karena di masyarakat sudah muncul anggapan ‘siapapun yang diusung partai tertentu pasti menang’. Wiratmaja berharap, pada Pilkada Denpasar nanti paslon bertarung dengan kotak kosong. Sebab, hal semacam itu tidak sehat bagi demokrasi. (bs)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *