- Oleh Drs. Muhammad Suharto
DESA Pegayaman, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Bali selalu gempita menyambut bulan Ramadhan. Semarak shalat tarawih hingga lantunan ayat-ayat suci Al Qur’an menghiasi pelosok desa tua itu. Tak terkecuali Ramadhan tahun 1444 H atau 2023 M ini.
Memasuki Ramadhan tahun 1444 H, persiapan dilakukan pada satu minggu sebelum tibanya hari H. Pengurus Masjid Jamik Safinatussalam merencanakan rangkaian pengisi acara pada pelaksanaan ibadah selama satu bulan penuh di hari-hari Ramadhan.
Tiga sub pelaksana harian Masjid Jamik Safinatussalam, sub kepengurusan idharah, sub kepengurusan imaroh dan sub kepengurusan ri’ayahmenggelar musyawarah. Dalam musyawarah ini dibahas pembagian pengisi acara, mulai pengisi acara pra berbuka puasa, imam maghrib, sholat tarawih, tarhim sahur, pemberi konsumsi berbuka puasa, dan pendamping tadarus Al Qur’an.
Semua acara tersebut terjadwal dengan kesiapan masing-masing yang ditunjuk sebagai petugas. Seperti pada hasil jadwal terlampir.

Sementara pelaksanaan sholat tarawih di Masjid Jamik Safinatusslam Desa Pegayaman dilaksanakan dengan dua jeda waktu. Tarawih setelah jam 20.00 Wita, yang dilakukan oleh ibu-ibu. Sedangkan shalat tarawih yang dimulai pukul 22.00 Wita dilaksanaan oleh bapak-bapak.
Ada juga khataman Al Qur’an yang dilaksanakan di lantai 2 Masjid Jamik Safinatussalam dengan pemandangan laut ke arah utara, dan pemandangan gunung ke selatan dan ke timur. Acara mengkhatamkan Al Qur’an di Masjid Jamik Safinatussalam dipimpin oleh Penghulu Desa Pegayaman.
Acara dalam satu bulan penuh di Desa Pegayaman memang berpusat di Masjid Jamik Safinatussalam. Di masjid inilah pusat keramaian Ramadhan di Desa Pegayaman. Juga dilengkapi dengan keramaian di musholla-musholla yang ada di seluruh dusun dan banjar Desa Pegayaman yang tersebar di wilayah seluas 1.598 hektar persegi. Di setiap dusun atau banjar rata-rata punya musholla lebih dari dua.
Dari Banjar Barat Jalan yang terletak di pusat desa dan Banjar Timur Jalan berbatasan dengan Banjar Barat Jalan. Juga di Banjar Kubu Lebah, Banjar Kubu Tembare, dan Banjar Amerta Sari yang terletak di puncak gunung Pegayaman. Semua musholla ini mengadakan kegiatan tarawih dan tadarus Al Qur’an sampai pukul 02.00 Wita dua dini hari. Dilanjutkan dengan tarhim sahur, setelah jeda dua jam, ke pukul 04.00 pagi sampai imsyak dan berakhir dengan shalat subuh.
Kegiatan malam hari pada bulan puasa di Desa Pegayaman sangat terkesan kegempitaannya. Pelaksanaan tadarus Al Qur’an yang dilaksanakan dari setelah tarawih ibu-ibu, sampai pukul 02.00 Wita dini hari, membuat suasana Desa Pegayaman sangat ramai. Tadarus dari musholla ke musholla, rumah ke rumah, sampai masjid semua menggunakan pengeras suara.

Masyarakat Muslim Pegayaman membacakan Al Qur’an berkeliling dari satu rumah ke rumah, dari musholla ke musholla dan ke masjid. Inilah yang membuat Ramadhan di Desa Pegayaman sangat hidup satu malam suntuk selama satu bulan penuh.
Dalam tadarusan di Desa Pegayaman, biasanya menghatamkan sebanyak tiga kali Al Qur’an dalam satu bulan puasa. Ini sudah menjadi kebiasaan selama turun temurun. Jadi, setiap sepuluh hari berpuasa akan diadakan khataman Al Qur’andi masjid, yang ditandai dengan mengkhatamkan Al Qur’an dari subuh sampai maghrib di Masjid Jamik Safinatussalam, dan diakhiri dengan berbuka puasa bersama yang juga dilakukan di masjid.
Tiga kali khataman ini juga ditandai dengan pergantian imam tarawih dengan tiga imam yang berbeda. Imam tarawih adalah penghulu Desa Pegayaman dan dua wakilnya. Hal ini dilaksanakan dengan jadwal per sepuluh hari sampai akhir puasa.
Kesibukan para ibu-ibu di dapur juga sangat mewarnai ketika ikut mempersiapkan konsumsi yang dishodaqahkan untuk acara khataman di Masjid Jamik Safinatussalam. Semua konsumsi yang disediakan pada acara khataman adalah konsumsi shodaqah dari para jamaah, baik yang berupa minuman, bubur, nasi dan lauk-pauknya.
Sungguh terasa kebersamaan dan keakraban dalam acara ini. Ini merupakan tanda kebarokahan bulan Ramadhan.

dan ke selatan serta ke timur pemandangan gunung.
Kemeriahan bulan Ramadhan di Desa Pegayaman juga ditandai dengan kegembiraan anak-anak dengan cara membuat acara senggol dagangan camilan. Senggol anak-anak ini juga sudah dilaksanakan sejak penulis masih kecil. Penulis ingat semasa kanak-kanak sudah ada tradisi nyenggol.
Penulis sendiri sebagai pelaku ketika masuk kanak-kanak dahulu sangat terkesan dengan tradisi nyenggol ini. Bayangkan dahulu tidak ada listrik, tapi kami biasa melaksanakan senggol tersebut dengan menggunakan lampu senter dan obor. Justru itu yang membuat kesan dan makna yang terus terpatri sampai sekarang.
Semua anak-anak turun ke jalan untuk meramaikan senggol, yang dilaksanakan di tepi jalan dari Banjar Timur Jalan sampai Banjar Barat Jalan. Dan dagangan senggol ini adalah dagangan camilan anak anak. Juga dihiasi dagangan kembang api dan petasan kecil. Inilah kemeriahan Ramadhan di Pegayaman.
Dalam kemeriahan penyambutan Ramadhan ini, sangat terlihat kesan pengimplementasian hadist Rasulullah, bahwa ‘barang siapa yang menyambut Ramadhan dengan gembira, maka Allah akan memasukkannya ke surga’.
Itulah cara warga Pegayaman menyambut Ramadhan, dari anak anak hingga orang tua, bapak-bapak dan ibu-ibu Pegayaman. Kearifan lokal Desa Pegayaman ini diwariskan dengan baik, dan dipertahankan sebagai sebuah ciri khas dan jati diri kebanggaan desa. Inilah bagian dari sebuah peradaban kecil dari sebuah desa terpencil dan berumur, dengan sejarah yang tercatat dengan rapi. (bs)