ORANG Pegayaman memang sudah dikenal sebagai laskar tentara Kerajaan Buleleng. Rekrutmennya dimulai sejak Raja I Gusti Anglurah Panji Sakti memimpin Kerajaan Buleleng.
Sebagai laskar Kerajaan Buleleng, orang Pegayaman memiliki ilmu bela diri. Bela dirinya memiliki ciri-ciri yang khas. Bela diri di Desa Pegayaman dibedakan menjadi dua, yaitu bela diri tangan kosong, dan bela diri dengan bersenjata.
Bela diri tangan kosong disebut Silat. Dalam Silat tangan kosong ini ada sejumlah jurus andalan yang diajarkan, yaitu Jurus Citembak, Jurus Cikalong, Jurus Depok, dan Jurus Setuju. Setiap jurus tersebut mempunyai keampuhan masing-masing.
Keunggulan-keunggulan yang dimiliknya menjadikan jurus ini sebagai tanda dari tingkatan-tingkatan pembelajaran yang ditempuh, sesuai kesanggupan dan mental para peminat bela diri yang memang wajib ada dan harus dimiliki oleh generasi Pegayaman.
Sejumlah jurus silat ini dibawa oleh Bape Nasir bin Abdul Bahir. Beliau banyak belajar bela diri dari para pendekar luar yang berasal dari Betawi.
Menurut murid beliau yang aktif sampai sekarang mengajarkan ilmu Silat yang diwariskan kepadanya, yaitu H. Bisri bin Hasan, ilmu silat tersebut didapat dan dipelajari dari gurunya, yaitu Bape M. Nasir bin bin Abdul Bahir.
Bape Nasir mendapatkan ilmu tersebut dari sejumlah pendekar yang berasal dari Betawi, di antaranya Jurus Citembak didapat dari seorang pendekar Betawi bernama Salimun. Jurus Cikalong didapat dari seorang pendekar Betawi bernama Saimun. Jurus Depok didapat dari seorang pendekar Betawi bernama Mujimun. Dan Jurus Setuju didapat dari seorang pendekar dari Makassar bernama Daeng Adnan yang tinggal di Labuhan Haji Buleleng.
Diceritakan bahwa Bapa Nasir bin Abdul Bahir sangat aktif melatihkan bela diri ini pada setiap generasi Pegayaman. Bisa dikatakan 90 persen generasi Pegayaman, menguasai empat jurus tersebut (Citembak, Cikalong, Depok, Setuju).
Dari empat jurus Silat tangan kosong ini, ada empat langkah yang harus secara dasar dipelajari. Pertama, Langkah Tiga, yakni langkah menghidar dan menyerang. Kedua, Langkah Empat. Langkah Empat ini lebih dipersiapkan untuk menghindar dan membanting.
Ketiga, Langkah Lima. Langkah Lima ini sama namanya dengan langkah pancer, yang difungsikan untuk menyerang lawan dengan tetap pada satu pusat kaki yang tidak melangkah. Keempat, Langkah Sembilan. Langkah Sembilan ini adalah langkah siksak untuk menyerang lawan.
Bela diri Citembak Pegayaman mempunyai ciri khas tersendiri. Dalam gerakannya ada rahasia. Di balik gerakannya mempunyai nilai-nilai serangan dan gebrakan yang bersifat menyerang dan mematahkan lawan.
Bela diri Citembak ini sangat cocok digunakan oleh warga Desa Pegayaman, yang sejak keberadaannya sebagai pembela Kerajaan Buleleng.
Bela diri Citembak ini sifatnya sangat membutuhkan nyali untuk berani kedepan menggapai sasaran lawan. Dan tanpa memberi peluang untuk masuk ke dalam diri yang bertahan sebagai pengguna Citembak.
Salah satu contoh gerakannya adalah ketika mulai dengan gerakan kuda-kuda, kaki harus kuat. Kemudian serangan tangan langsung menyerang ke depan. Dengan mengempaskan tangan kiri yang diawal dimulai dengan tangan kanan. Lantas sasaran lawan dilibas kesamping kiri dan kanan. Disusul dengan lompatan badan memutar dengan susulan tendangan ke arah lawan.
Jurus Citembak ini sangat jitu dipakai untuk matahkan serangan lawan. Jurus Citembak yang dibawa oleh Bape Nasir bin Abdul Bahir ini sampai sekarang dipelajari secara turun temurun.
Akan tetapi, yang menjadi perhatian kita selama ini, belum ada upaya untuk memasukkan seni pencak silat Citembak Pegayaman ke organisasian besar seperti IPSI Buleleng. Semoga kedepannya Pegayaman mampu memunculkan bibit-bibit atlet sebagai wakil Desa Pegayaman.
Sedangkan Jurus Cikalong ini dalam prakteknya lebih banyak mengelak dan menyerang. Tentunya dengan gerakan ini sangat diharap kesigapan ketika kita memakai baik pada tahap menyerang dan bertahan. istilah singkatnya yaitu menyerang dengan mengelak dan bertahan dengan mengelak disusul dengan serangan.
Jurus Depok ini sangat akurat dipakai jika kita mampu bermain jurus dengan gerakan bawah, baik dengan sikap guntingan, sapuan, dan tendangan dari bawah. Juga susulan dengan permainan rolling untuk menggapai lawan. Jurus ini sangat baik digunakan untuk memberikan kejutan pada lawan melalui serangan bawah. Sementara Jurus Setuju ini mengutamakan refleks yang sigap dan cepat.
Jenis bela diri kedua yang ada di Pegayaman yakni Pencak. Bela diri Pencak sangat berbeda dengan bela diri Silat. Kalau bela diri Pencak menggunakan senjata belebet, yaitu alat yang terbuat dari rotan yang mempunyai ukuran tertentu.
Jurus-jurus Pencak ini sangat berbeda dengan jurus silat. Dalam jurus Pencak ini lebih mengutamakan seni menari yang berdasar pada bela diri. Dan gerakannya pun tertata rapi, tapi sangat mematikan.
Bila dilihat secara sepintas, jurus ini adalah dasar-dasar permainan pedang. Sejarah Pencak Belebet ini sudah ada sejak turun temurun Bisa jadi Pencak Belebet ini adalah bela diri para laskar yang direkrut dari Blambangan semenjak empat abad yang lalu.
Ketika orang bisa bela diri Pencak Belebet, secara otomatis sudah bisa Silat tangan kosong. Sebagai laskar pendekar bela raja Buleleng dari tahun 1648 M, sudah barang tentu diwajibkan untuk bisa dan berlatih serta meregenerasikan pencak ini pada generasi pelanjut Pegayaman.
Maka sampai kini Pencak Belebet berkembang di Pegayaman. Di antara guru-guru Pencak Belebet yang aktif, yaitu Bapak Suaidi dan yang lainnya.
Selain Silat dan Pencak Belebet, di Pegayaman juga ada bela diri Toya’. Bela diri Toya’ adalah permainan dengan senjata tongkat. Juga ada bela diri Cabang. Yakni permainan bela diri dengan menggunakan trisula. Biasanya antara Toya’ dan Cabang satu pasangan yang selalu dimainkan bersamaan.
Berikutnya Permainan Pisau. Permainan Pisau adalah bela diri yang dilatih untuk trampil menggunakan senjata pisau belati kecil. Demikian bela diri yang ada di Pegayaman dan selalu diajarkan secara dinamis kepada generasi penerus Pegayaman.
Beragam bela diri yang dimiliki Pegayaman ini sangat mampu membawa generasi Pegayaman untuk bisa menjaga diri. Menjadi bekal minimal untuk menjaga diri sendiri. Dan seandainya berniat untuk ikut lomba bela diri bisa menjadi dasar adu nyali untuk melakukan kompetisi.
Kami sebagai generasi Pegayaman harus selalu berupaya untuk melestarikan dan berlatih secara regenerative beragam bela diri tersebut. (bs)