“Khusus transportasi udara, kami komitmen mewujudkan Bandara Bali Utara di Buleleng,” tegas Nyoman Sugawa Korry.
“Masalah Bandara Bali Utara itu rasanya masih sangat jauh. Kita bisa evaluasi. Saat ini ada dua bus ke Jawa (dari Singaraja, red). Tapi isi penumpangnya tidak lebih dari 10 orang,” ujar Nyoman Sutjidra.
“Presiden (Prabowo, red) sudah punya komitmen mau membangun Bandara Bali Utara. Saya dengar di berita, ketua umum saudara (Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, red) pernah menolak. Padahal itu sudah pernah dikaji dan dicanangkan sejak tahun 2011. Bagaimana tanggapan saudara?” Gede Suardana.
“Pembangunan bandara merupakan program pemerintah pusat. Pemerintah Kabupaten Buleleng tidak punya kemampuan untuk membangun bandara. Mudah-mudahan ke depan pada saatnya nanti, Buleleng memiliki bandara,” Nyoman Sutjidra.
“Untuk Bandara Bali Utara bagi kami ‘ikan sepat ikan gabus’. Lebih cepat lebih bagus,” Nyoman Sugawa Korry.
“Membangun bandara bukanlah pekerjaan mudah. Bukan pekerjaan yang bisa diselesaikan dalam kurun satu atau tiga tahun. Saya tidak yakin bandara itu terwujud di masa pemerintahan Bapak kalau pun misalnya Bapak terpilih,” Gede Supriatna.
BEGITULAH, terjadi jual beli statement soal Bandara Bali Utara pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Buleleng Nyoman Sugawa Korry dan Gede Suardana, dengan pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Buleleng, Nyoman Sutjidra dan Gede Supriatna, saat Debat Kedua yang digelar KPU Buleleng di Banyualit Spa and Resort, Selasa (12/11/2024).
Dalam debat kedua tersebut temanya “Menyelesaikan Persoalan Buleleng Menuju Buleleng Maju Berkelanjutan”, dengan sub tema di antaranya tentang aksebilitas Buleleng melalui moda transportasi publik.
Ketika diberi kesempatan pertama menyampaikan materinya, calon Bupati Buleleng nomor urut 1, Nyoman Sugawa Korry, langsung menyinggung Bandara Bali Utara. “Untuk transportasi publik, pertama kami akan mewujudkan Bandara Bali Utara,” ujarnya.
Ia juga kembali menyinggung Bandara Bali Utara ketika menjawab pertanyaan panelis. Sugawa menyebutkan, pembangunan transportasi publik di Buleleng tidak bisa lepas dari transportasi darat, laut dan udara. “Khusus untuk transportasi udara, kami komitmen mewujudkan Bandara Bali Utara di Buleleng,” katanya.
Calon Bupati nomor urut 2, Nyoman Sutjidra, kemudian menanggapi soal Bandara Bali Utara. Menurutnya, masalah Bandara Bali Utara itu rasanya masih sangat jauh. Ia menggambarkan, bahwa di Singaraja ada dua perusahaan bus yang melayani rute Singaraja ke Surabaya, dan sebaliknya. Namun, kata dia, penumpang bus itu tiap harinya tidak lebih dari 10 orang.
“Kalau misalnya ada bandara dengan harga tiket jauh lebih tinggi, apakah masyarakat mampu membeli tiket pesawat?” tanya Sutjidra.
Sementara Calon Wakil Bupati nomor urut 1 Gede Suardana menjelaskan, pembangunan Bandara Bali Utara tujuannya agar aksebilitas wisatawan mancanegara dan wisatawan domestik lebih mudah ke Buleleng. Dengan demikian, itu akan berdampak pada pariwisata Buleleng.
Ketika mendapat kesempatan bertanya, Gede Suardana menanyakan soal Bandara Bali Utara. “Presiden (Prabowo, red) sudah punya komitmen mau membangun Bandara Bali Utara. Saya dengar di berita, ketua umum saudara (Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, red) pernah menolak. Padahal itu sudah pernah dikaji dan dicanangkan sejak tahun 2011. Bagaimana tanggapan saudara?”
Pertanyaan tersebut dijawab Calon Bupati nomor urut 2 Nyoman Sutjidra. Menurutnya, pembangunan sebuah bandara memerlukan sebuah kajian komprehensif atau menyeluruh. Apakah bandara itu akan dibangun di darat atau di laut.
Kata Sutjidra, kajian tersebut memerlukan waktu, belum lagi masalah pembebasan lahan, dan masalah biaya. “Kalau kami memimpin Buleleng, tidak mempermasalahkan pembangunan bandara jika pada saatnya Buleleng harus memiliki bandara. Karena itu merupakan program dari pemerintah pusat. Pemerintah kabupaten tidak punya kemampuan untuk membangun bandara,” tegasnya.
Calon Bupati nomor urut 1 Nyoman Sugawa Korry lantas menimpali. Kata dia, bagi pihaknya pembangunan Bandara Bali Utara itu ‘ikan sepat ikan gabus’, semakin cepat semakin bagus. Menurutnya, Presiden Prabowo merupakan seorang jenderal yang pasti mempunyai data-data yang valid saat menyampaikan statement.
“Masalah perizinan, pendanaan, lokasi kita percayakan sepenuhnya kepada pemerintah pusat, dalam hal ini Presiden,” tandas Sugawa.
Menurutnya, Bandara Ngurah Rai sudah over kapasitas, dan kemacetan di Bali selatan sudah tidak bisa ditolerir lagi. Kemacetan tersebut akan menjadi promosi negatif bagi pariwisata Bali. “Karena itu Bandara Bali Utara harus dibangun. Seharusnya kita bangga, seluruh masyarakat Buleleng untuk menyambut perintah Presiden untu membangun bandara di Bali utara,” katanya.
Sugawa Korry menegaskan, pembangunan Bandara Bali Utara akan sangat banyak membuka kesempatan kerja. “Ini akan diwariskan kepada anak cucu kita, untuk kesejahteraan masyarakat Buleleng,” tegasnya.
Pernyataan Sugawa Korry ini ditanggapi calon Wakil Bupati nomor urut 2, Gede Supriatna. Menurutnya, membangun bandara bukan pekerjaan mudah. Bukan pekerjaan yang bisa diselesaikan dalam kurun waktu satu atau tiga tahun.
“Saya tidak yakin bandara itu bisa terwujud di masa pemerintahan Bapak kalau misalnya Bapak terpilih. Tentu harapan Bapak untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi ada kepemimpinan Bapak tentu tidak akan bisa terwujud, untuk mengurangi kemiskinan di Buleleng,” tandas Supriatna. (yum)

