Wujudkan Kesiapsiagaan Bahaya Tsunami, BPBD Bali Mantapkan 9 Sirine BTEWS

DENPASAR – BPBD Provinsi Bali secara rutin melakukan uji coba peralatan pada tanggal 26 setiap bulannya yang bertepatan dengan Hari Simulasi Bencana. Hal ini bertujuan untuk memastikan seluruh perangkat berfungsi dengan optimal.

Menurut Kalaksa BPBD Provinsi Bali, Dr. I Made Rentin, langkah tersebut diambil untuk memberikan kepastian kepada masyarakat dan wisatawan, terutama di kawasan rawan bencana tsunami agar merasa aman dan siap menghadapi potensi ancaman tsunami.

Dr. Rentin menjelaskan, Bali mengaplikasikan sistem baru dalam sistem peringatan dini tsunami dari Ina-TEWS yang berbasis Satelit dan GSM menjadi B-TEWS yang berbasis Radio dan GSM. “Pergantian ini sebagai strategi Pemerintah Provinsi Bali untuk mengembangkan sistem peringatan dini yang lebih efektif, efisien dan dapat dikolaborasikan dengan mukti sektor tanpa mengurangi kehandalannya,” ujarnya.

Dijelaskan, sistem ini terdiri dari 9 titik sirine, tersebar di sepanjang pesisir pantai yang berisiko bencana tsunami serta padat penduduk dan aktivitas perekonomian seperti Seminyak, Tanjung Benoa, Serangan, Sanur, Kuta, Kedonganan, ITDC, Tabanan, dan Seririt. Dibangun dengan 3 repeater, yaitu Repeater Ungasan, Puncak Mundi, dan Gunung Kutul.

“Keseluruhan sistem ini dikelola dan diawasi oleh UPTD Pengendalian Bencana Daerah BPBD Provinsi Bali yang beroperasi selama 24 jam,” kata Dr. Rentin.

Menurutnya, berdasarkan hasil Kajian Risiko Bencana menunjukkan bahwa Bali adalah salah satu wilayah rawan bencana dengan 15 jenis bencana, dimana tsunami adalah salah satu yang berisiko tinggi. Sejarah pun menunjukkan, bencana tsunami selalu berdampak pada korban secara masif.

“Potensi tsunami juga teridentifikasi dari berbagai riset para ahli dan analisis BMKG yang mendeteksi adanya dua zona megratrust di bagian selatan Pulau Bali yaitu Megathrust East Java dengan potensi gempa 8,7 SR dan Megathrust Sumba dengan potensi gempa 8,5 SR. Data historis yang tercatat setidaknya Bali pernah mengalami tsunami sebanyak 8 kali,” tandas Dr. Rentin.

Sementara itu pada Minggu pagi (26/11/023), Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Provinsiaktif secara aktif mengenalkan langkah-langkah pengurangan risiko bencana dengan menyelenggarakan acara sosialisasi selama Car Free Day di Lapangan Renon.

Pada kesempatan ini, Dr. I Made Rentin, yang juga merupakan pembina FPRB Provinsi Bali, memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai upaya-upaya pengurangan risiko bencana.

Ia berharap agar kegiatan-kegiatan seperti ini dapat terus digalakkan dan mendapatkan dukungan penuh dari BPBD Provinsi Bali. Selain itu, kegiatan promosi pengurangan risiko bencana juga melibatkan sosialisasi mengenai adaptasi perubahan iklim dan pengelolaan sampah.

Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan pengunjung tentang pentingnya kesiapsiagaan dalam menghadapi risiko bencana serta menjaga lingkungan sekitar. (bs)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *