‘Ada Apa Dengan Kau’, (Komunikasi Antar Budaya)

Oleh R. Azhari *)

‘KAU, ada apa dengan kau’. Tanpa kita sadari  pertanyaan semacam ini akan muncul dari seseorang manakala mengalami kesulitan dalam mengatur sebuah percakapan dengan lawan bicara yang dia ketahui berlainan bahasa dan budaya daerah, sekalipun dengan bahasa Indonesia yang baik tetapi hampir tidak menyelesaikan percakapan.  Nampaknya ketika dia mengucapkan kata kau, air muka lawan bicara menunjukkan sikap ketidak-nyamanan untuk meneruskan percakapan.

Kata kau menunjukkan  kata ganti lawan  bicara. Tak ada yang aneh dari kata ini. Tak mengenal batas usia. Bila kata itu diucapkan, entah dengan nada tinggi, sedang atau rendah, semuanya mempunyai makna yang mudah dijelaskan tergantung situasi kepada  siapa kata kau itu diucapkan.

Tidak ada padanan kata kau dalam khazanah bahasa Loloan sebagai kata ganti orang kedua tunggal. Tetapi di sini kata kau mempunyai arti kesetaraan batas sosial dan yang membedakan kata itu tidak akan diucapkan kepada lawan bicara  yang sangat dihormati.

Bagi masyarakat Loloan, tidak ada rasa bersalah menggunakan kata kau. Namun apa jadinya kalau kata kau itu diucapkan kepada lawan bicara yang tidak memahami kultur budayanya.

Di sinilah letak persoalan akan putus tidak mendapat respon dari lawan bicara dan atau percakapan setengah dipaksakan untuk didengar. Di sinilah yang membedakan bahwa budaya masyarakat Loloan  tidak mengenal pembagian strata bahasa seperti budaya masyarakat Sunda, Jawa dan Bali.

Sedangkan lawan bicara yang belum memahami  bahasa dan kultur budaya Loloan menganggap kata kau  itu mempunyai arti merendahkan diri seseorang.

Semestinya tidak perlu mempersulit diri dalam percakapan umum terhadap budaya masyarakat manapun apabila tidak menempatkan budaya  sendiri sebagai sesuatu yang musti diterima menjadi standar untuk mengukur budaya orang  lain. Akan sebaliknya bila lawan bicara tidak mau menerima nilai-nilai yang kita anut, tentu tidak perlu menyalahkan karena secara kultur bahasa dan budaya sudah berbeda.

Dahulu dengan mendengar logat bahasa Loloan yang khas oleh orang iseng terkadang suka menirukan sebagai satire. Tetapi belakangan ini di kota Negara ada fenomena menarik untuk diamati di kalangan pelajar sekolah umum dari tingkat SD, SLTP, dan SLTA, mereka mulai terbiasa menggunakan prasa kata bahasa Loloan sebagai selingan dan kata kau bisa diterima sebagai penghangat suasana percakapan yang tidak lagi mempersoalkan strata bahasa dan budaya sendirinya. []

*) Penulis adalah Pemerhati Budaya dari Loloan Timur

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *