- Oleh Muhammad Qosim, S.Pd. dan Drs. Muhammad Suharto
KOMUNITAS Muslim Pegayaman yang berumur dalam catatan sejarah, sangat kental dengan nuansa pendidikan yang terlabel pada warganya. Kisah komunitas Pegayaman dalam dunia pendidikan tertuang dalam cerita-cerita warga yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Hal ini menambah semangat dalam pemberian motivasi kepada generasi yang sedang dalam masa-masa menuntut ilmu. Dengan tidak melemahkan rasa juang dalam menuntut ilmu keluar daerah, di Desa Pegayaman selalu aktif diberikan model-model pendidikan sebagaimana yang juga ada di luar desa Pegayaman. Seperti pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan informal. Tiga sistem model pendidikan ini berjalan di Pegayaman dengan baik.
Tiga model pendidikan yang selama ini berkembang sangat terasa memberikan dampak positif pada generasi Pegayaman. Dari tiga model pendidikan yang sangat mendasar, memberi bekal yang sangat berarti dan bisa dimanfaatkan di luar desa ketika para generasi Pegayaman sudah berumah tangga, baik dalam kaitannya dengan pendidikan agama, pendidikan umum dan kebiasaan adat yang tertanam sejak dini.
Pendidikan Informal
Model pendidikan ini secara metodologi terlaksana dengan alamiah tanpa ruang kurikulum yang direncanakan secara formal. Artinya model pendidikan ini berjalan dalam lingkungan rumah tangga yang berbentuk;
- Pendidikan Karakter
Pembentukan karakter ini dilakukan dengan cara pembiasaan ketat dalam memberi aturan keseharian kepada anak-anak, seperti dalam berpenampilan, bergaul, berbicara/ berbahasa, adab dengan atasan dan bawahan.
- Pendidikan Budaya
Dalam pelaksanaan pendidikan budaya di lingkungan informal ini (keluarga) dilaksanakan dengan model memberi kesempatan praktik langsung pada acara-acara peringatan dan perayaan hari raya, seperti Maulid Nabi dan hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Pemberian kesempatan langsung ini membentuk jiwa budaya yang mendasar pada anak. Sebab, anak dapat peraktik langsung pada acara yang dilaksanakan oleh masyarakat. Seperti dalam pembuatan sokok, anak-anak terlibat langsung. Juga dalam pembuatan jajan, misalnya jaje uli, tape, jajan kaliadrem, dan yang lainnya. Anak-anak juga ikut dalm grup burdah, grup hadrah, grup qosidah, asrakalan dan yang lainnya.
- Pendidikan Lingkungan
Dalam hal ini, orangtua sangat perhatian terhadap anak-anaknya, terutama sama siapa bergaul, jam berapa harus pulang, ke mana saja bermainnya, apa saja yang dimainkan, dan sebagainya.
- Pendidikan Akhlak
Dalam pendampingan terhadap anak-anak dalam kaitannya ke arah akhlak, anak-anak dibiasakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang bisa terarah, seperti dalam berbahasa, berjalan di hadapan yang lebih dewasa, berbicara yang sopan dan sebagainya.
- Pendidikan Agama
Orangtua membiasakan anak-anak melaksanakan ajaran agama seperti sholat lima waktu, menjauhi larangan Allah, melaksanakan perintah Allah, seperti yang tercantum dalam rukun iman dan rukun Islam. Selalu ditekankan kepada anak-anak untuk dilaksanakan. Semua itu didapat dalam pelajaran kitab-kitab tauhid yang diajarkan dan diterapkan selama ini di Desa Pegayaman. Jika tidak mampu mengajarkan sendiri, maka anak-anaknya diserahkan ke pengajian yang ada di rumah-rumah penduduk. Sehingga pengetahuan anak tentang agama Islam sangat kuat dan mendasar.
- Pendidikan Ketrampilan
Pendidikan ini dilakukan adalah dengan selalu melibatkan anak pada praktik yang mengacu pada sebuah keahlian tampil, seperti merawat diri dan perlengkapan kebutuhan keseharian seperti mandi, mencuci, mengerjakan pekerjaan rumah tangga, dan kemudian meningkat pada ketrampilan dagang kecil-kecilan. Semua itu dijadikan sebuah pembiasaan, sehingga harapan kedepannya anak-anak tersebut mampu mandiri karena sudah menjadi kebiasaan sehari-hari sejak kecil.
- Pembentukan Kebiasaan
Model pendidikan informal ini pada umumnya adalah kegiatan yang tidak disadari secara istilah. Akan tetapi dalam pelaksanaannya, di setiap keluarga Pegayaman selalu dan terbiasa melaksanakan hal-hal tersebut sebagai sebuah kewajiban bagi keluarganya. Bagi anak-anak dan istri, serta yang menjadi tanggung jawab keluarganya. Inilah yang penulis maksud sebagai pendidikan informal.
Dari pengamatan penulis selama ini, pada pendidikan informal yang ketat dan tidak peduli, atau sedang-sedang dalam pendampingan keluarganya, sangat terlihat dalam kondisi kesejahteraan keluarganya. Baik pada keilmuan keluarga, ekonomi keluarga, serta sikap dalam keseharian keluarga tersebut. Jadi, dalam hal ini, justru pendidikan informal ini sangat besar artinya dalam menciptakan terwujudnya tujuan pendidikan secara umum. Dan keterlibatan orang tua setiap saat adalah sebuah keharusan dan keniscayaan bagi sebuah keluarga.
Sistem pendidikan informal di Pegayaman ini didapat dari hasil pendidikan nonformal yang selama ini diterapkan secara rutin dan masif. Para tuan guru dan ustadz secara khusus memberikan kelilmuannya melalui kitab-kitab yang rutin diajarkan di Pegayaman selama ini. Dan yang menjadi kitab rujukan dalam ketauhidan, keimanan, ilmu tata pergaulan keseharian, ilmu kebersihan, dan ilmu hukum.
Kitab-kitab tersebutlah sebagai rujukan atau referensi keilmuan warga Pegayaman dari dahulu sampai sekarang. Dan kebiasaan yang diimplementasikan oleh warga ini adalah buah dari model pendidikan yang terkait, antara sistem pendidikan nonformal dan sistem pendidikan informal, dalam kesadaran warga Pegayaman menyikapi kebutuhan pendidikan.
Jadi yang sangat disadari oleh warga Pegayaman adalah konsep belajar seumur hidup, yang tidak hanya didapat di bangku sekolah saja. Akan tetapi pemahaman dalam mengartikan makna pendidikan secara luas yakni, “usaha sadar yang dilakukan untuk membuat sebuah perubahan dalam cara berpikir untuk sebuah pelaksanaan pada keseharian sistem implementasi obyek.”
Pendidikan Nonformal
Keluasan dunia pendidikan tidak terbatas pada hal yang bersifat formal saja sebagaimana yang gencar dilakukan oleh pemerintah. Justru di Pegayaman pendidikan nonformal itu tersebar di seluruh pojok-pojok desa. Hal berlangsung sedemikian rupa dan bertambah pesat, sekalipun situasi dan kondisi lokasinya sangat jauh dari jangkauan transportasi.
Pegayaman mempunya luas wilayah 1.598 hektar, dengan penduduk 7.200 jiwa dan mungkin lebih, dengan 1.630 KK. Hal ini menuntut para pemangku kepentingan dari kalangan penglingsir dan lingsir, untuk bisa melakukan pendampingan pendidikan pada warganya, terutama pendidikan agama Islam yang menyangkut di dalamnya tentang; pendidikan agama, pendidikan akhlak, pendidikan kebersihan, pendidikan adab, dan pendidikan hubungan dalam pergaulan.
Pendidikan nonformal ini sangat dirasakan peran penting oleh warga. Sebab, melalui pendidikan ini memberi peluang yang sangat ketat bagi anak-anak generasi masa depan Pegayaman untuk bisa terkontrol dalam pergaulan kesehariannya, terutama generasi pelanjut Pegayaman yang tidak sempat mengenyam pendidikan di luar daerah karena alasan ekonomi.
Kegiatan model pendidikan nonformal ini di Pegayaman diselenggarakan di rumah-rumah penduduk dan di musholla-musholla, termasuk di Masjid Jamik Safinatussalam Desa Pegayaman. Dalam pelaksanaannya, kegiatan pendidikan ini memanfaatkan waktu yang bervariasi. Ada yang dilaksanaan setelah sholat subuh, setelah sholat maghrib, dan setelah sholat Ashar.
Kegiatan pendidikan nonformal ini diikuti oleh warga Pegayaman dari tingkat anak-anak, remaja dan dewasa. Laki-laki dan perempuan. Jadwal subuh dan maghrib lebih banyak digunakan oleh anak-anak dan remaja. Sedangkan jadwal setelah sholat Ashar dipakai oleh kalangan ibu-ibu, dan setelah sholat Isya’ atau dari maghrib sampai Isya’, lebih banyak dimanfaatkan oleh bapak-bapak.
Pendidikan untuk anak-anak lebih diutamakan bagaimaa mereka fasih baca Al Qur’an dan dasar dasar-dasar kesucian. Ibu-ibu lebih dominan pada masalah kesucian dan adab hubungan keseharian. Sedangkan bapak-bapak biasanya lebih banyak mempelajari masalah hukum-hukum dalam beribadah dan bermuamalah.
Dalam pendidikan nonformal inilah, para orang tua diberikan bekal-bekal untuk membina keluarga, baik pembinaan terhadap anak, istri dan yang lainnya. Sehingga peluang untuk masuk dalam nuansa pembiasaan pada pendidikan informal bisa dilakukan dengan dasar pendidikan yang didapat dari pendidikan nonformal.
Pendidikan Formal
Dengan wilayah Pegayaman yang sangat luas dan jumlah penduduk yang begitu banyak, menuntut warga dan pemerintah untuk bisa melayani warga dalam hal pendidikan. Warga harus dilayani oleh lembaga pendidikan dibawah naungan pemerintah yang berkurikulum dan terencana serta didanai secara maksimal.
Sebaran penduduk di Pegayaman yang merata, mulai ‘desa’ sampai ke wilayah pedalaman atau hutan, semua terjangkau akses pendidikan dan sarana transportasi jalan. Hal ini membuat Pegayaman bukan merupakan desa terpencil lagi.
Sarana pendidikan formal dari pendidikan tingkat TK/PAUD ada 3 lembaga. SD juga ada 3 lembaga, MI sejumlah 1 lembaga, SMP dan SD swasta ada masing-masing 1 lembaga, Satap Negeri ada 1 lembaga, MTs ada 1 lembaga dan MA juga satu 1 lembaga.
Lembaga-lembaga pendidikan tersebut sangat memperkaya kelengkapan model dalam membentuk mental dan karakter, serta pengetahuan warga Pegayaman. Lembaga-lembaga itu tersebar di seluruh dusun yang ada di Desa Pegayaman. Dusun Barat Jalan, Dusun Timur Jalan, Dusun Kubu Lebah, Dusun Kubu Tembara, dan Dusun Amertasari.
Justru bila ditinjau kembali sejarah pendidikan formal, Madrasah Ibtida’iyah Miftahul Ulum Pegayaman merupakan madrasah tertua di Kabupaten Buleleng. Madrasah ini berdiri tahun 1955 M. Didirikan oleh tiga serangkai pembaharu pendidikan Pegayaman, yaitu H. Habibillah, Guru Wayan Jamil, dan Ustadz Arifin.
Dengan adanya lembaga-lembaga pendidikan tersebut, Alhamdulillah bisa dikatakan sudah cukup memadai, membuat generasi Pegayaman tidak tertinggal dalam pendidikan. Lembaga-lembaga pendirikan tersebut terlibat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, dan anak-anak Pegayaman bisa bersaing pada dunia semodel sekarang ini. (bs)