BULELENG – Penjabat (Pj) Bupati Buleleng, Ketut Lihadnyana, mengingatkan pasemetonan pasek untuk menjaga netralitas dan menghindari hal-hal berbau politik.
Pasemetonan pasek yang tergabung dalam Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR) merupakan kelompok keluarga paling besar di Bali. Jumlah yang begitu banyak seringkali menjadi penyebab pecahnya pasemetonan, baik internal maupun eksternal. Oleh sebab itu, siapapun yang menjadi ketua pasemetonan harus bisa menjaga dan menguatkan MGPSSR.
Hal itu diungkapkan Pj. Bupati Buleleng, Ketut Lihadnyana, saat membuka Lokasabha MGPSSR Kecamatan Buleleng di Gedung Wanita Laksmigraha Singaraja, Minggu (19/2/2023). Pengurus MGPSSR, khususnya di Buleleng dikatakan berhasil menjalankan organisasi apabila bisa membesarkan pasemetonan-nya.
“Di Bali semeton pasek paling banyak. Semua itu tugas pengurus untuk menyatukan mereka. Saya berpesan agar pasemetonan pasek tidak pecah, jangan ditarik ke hal-hal politik,” ungkapnya.
Lihadnyana menambahkan, pengurus pasemetonan harus bisa menjaga, menguatkan, dan menempatkan pasemetonan pasek di atas segala-galanya. “Sebagai penjabat kepala daerah yang juga semeton pasek, tentu akan mendukung baik soal manajemen maupun yang lainnya,” imbuhnya.
Terakhir Lihadnyana menyampaikan, semeton pasek harus berbangga dengan eksistensinya. Generasi muda pasek juga harus diberikan edukasi Catur Swadarmaning Kepasekan (Empat Kewajiban seorang Pasek) agar tidak mudah terpecah. “Menjadi semeton pasek harus Astiti ring Widhi, Bhakti ring Kawitan, Satya ring Bhisama, dan Guyub ring Pasemetonan,” tutup Lihadnyana. (bs)