Rangkul Pemilih Pemula, Bawaslu Ingin Berikan Pondasi Pengetahuan Politik kepada Generasi Milenial

BADUNG – Gerakan Pengawas Partisipatif Pemilu bagi Bawaslu merupakan upaya untuk membangun kesadaran masyarakat tentang kepemiluan dan meningkatkan partisipasi politik dalam semua segmen pemilih, termasuk di antaranya kaum muda. Hal tersebut diutarakan Ketua Bawaslu Bali, Ketut Ariyani, saat memberi sambutan dalam acara Peran Pemilih Pemula Dalam Pengawasan Partisipatif Pemilu/Pemilihan Serentak Tahun 2024, Selasa (15/11/2022).

“Pemilu serentak akan digelar tepat pada 14 Februari 2024. Dari hasil beberapa survei yang telah dilakukan menunjukkan generasi milenial dan generasi Z diprediksi menjadi kelompok pemilih dengan proporsi terbesar di Pemilu 2024,” kata Ariyani.

Srikandi Bawaslu Bali ini kemudian menuturkan, dengan proporsi kaum muda yang semasif itu, pemilih pemula rawan dipolitisasi dan
dijadikan komoditas politik untuk mendongkrak popularitas dan elektabilitas kontestan Pemilu. Disamping itu, pemilih pemula masih banyak yang terjebak dalam pusaran antara antusiasme politik dengan apatisme politik yang berujung tidak menyalurkan hak pilihnya
alias Golput.

“Bawaslu hadir saat ini untuk memastikan kalian mendapatkan sarana pengetahuan politik di awal, sehingga nantinya pemilih
pemula dapat mengambil andil dalam pesta demokrasi 2024 nanti,” ucap Ariyani di hadapan kaula muda Bali.

Menimpali yang disampaikan Ariyani, Ketua Presidium Komite Independen Pemantau Pemilu (KIIP), Engelbert Johannes Rohi, menyampaikan bahwa Pemilu merupakan sarana kedaulatan rakyat untuk menentukan arah dan tujuan negara ke depannya. Lebih lanjut, pria yang akrab disapa Jojo ini berpesan kepada peserta yang hadir dalam forum tersebut, untuk tidak bersikap apatis apabila berbicara demokrasi dan pemimpin negara untuk 5 tahun kedepan.

“Jangan apatis, kita harus datang untuk memilih, karena yang terpilih nanti akan menentukan kesejahteraan kita 5 tahun kedepan,” tegas Jojo.

Pernyataan Jojo sontak menuai tanya di kalangan peserta sosialisasi. Salah satunya Saskia. Ia menanyakan bagaimana bila nantinya tidak ada pasangan calon yang layak untuk dipilih, haruskah dirinya tetap datang memilih.

“Ketika saat Pemilu tidak ada pasangan calon yang layak, apakah kami tetap memilih?” tanya Pelajar dari SMAN 3 Denpasar tersebut.

Menanggapi hal tersebut, Jojo menyarankan untuk tetap datang ke TPS dan memilih calon yang paling layak dipilih. Bukan tanpa alasan, hal ini dilakukan untuk menghindari dimanipulasinya kertas suara oleh oknum tertentu.

“Pilihlah calon yang menurut teman-teman paling layak dipilih. Rekam jejaknya setidaknya lebih baik, karena suara tidak digunakan maka surat suara tersebut akan terbuang sia-sia dan bisa saja disalahgunakan oleh oknum lain untuk kepentingannya tersendiri,” pungkas Jojo.

Untuk diketahui, acara sosialisasi Peran Pemilih Pemula Dalam Pengawasan Partisipatif Pemilu/Pemilihan Serentak Tahun 2024 ini mengundang 45 Siswa Kelas XII dari SMA Negeri 3 Denpasar, SMAN 1 Denpasar, SMKN 5 Denpasar, Madrasah Aliyah Tawakkal dan SMAN 1 Kuta Utara. (bs)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *