Tradisi-tradisi Ramadhan Khas Desa Muslim Pegayaman Bali

Pengantar :

DESA Muslim Pegayaman di Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Bali memang kaya dengan tradisi. Tiap momen ada tradisi khasnya. Di bulan Rabiulawal, misalnya, ada tradisi Mauludan dengan berbagai atraksi budaya seperti Pawai Sokok Taluh. Aneka ragam kuliner dibuat penduduk Pegayaman. Juga di momen-momen atau bulan-bulan Hijriyah lainnya.

Lantas apa tradisi khas Desa Muslim Pegayaman di momen bulan Ramadhan? Berikut catatan pemerhati sejarah asal Desa Pegayaman, Drs. Ketut Muhammad Suharto.

ADA beberapa tradisi dan adat istiadat yang menonjol di Desa Pegayaman ketika memasuki bulan Ramadhan. Pertama, sistem tarawih, yakni sholat malam setelah sholat Isya. Di Desa Pegayaman tarawih dilaksanakan dua system, yakni tarawih yang dilaksanakan oleh ibu-ibu. Waktunya sehabis sholat Isya. Dan tarawih yang dilaksanakan bapak-bapak. Tarawih oleh bapak-bapak dimulai pukul 22.00 Wita atau pukul 10.00 malam.

Tradisi kedua, tadarus Al Quran. Di Desa Pegayaman, tadarus Al Quran dimulai pukul 24.00 Wita atau pukul 00.00. Biasanya tadarusan berakhir sekitar pukul 02.00 dini hari. Sentral-sentral pelaksanaan tadarusan di masjid dan mushola-mushola yang ada di seluruh Desa Pegayaman. Tadarusan juga dilaksanakan di rumah-rumah pribadi masyarakat di seluruh Desa Pegayaman.

Tadarusan di Masjid

Setiap tadarus, baik yang di masjid, mushola maupun rumah-rumah pribadi menargetkan hal yang sama, yakni tamat Al Quran sebanyak 3 kali dalam sebulan puasa. Baik yang dilakukan kalangan anak-anak maupun orangtua di seluruh banjar sampai ke pelosok Pegayaman semua targetnya hatam 3 kali Al Quran selama bulan Ramadhan. Sehingga setiap malam harus menyelesaikan 3 jus, agar target hatam 3 kali dalam satu bulan puasa bisa tercapai.

Yang unik dari tradisi tadarusan ini yaitu, masyarakat melakukannya dengan keliling mengunjungi di tempat-tempat tadarusan yang diadakan. Baik itu di masjid maupun di rumah penduduk tanpa memilih dan memilah siapa yang mengadakan tadarusan tersebut. Tadarusan biasanya diakhiri dengan ramah tamah menikmati sedekah dari yang mengadakan tadarusan.

Tradisi ketiga, tarhiman. Budaya tarhim yakni memanggil sahur. Tarhiman khusus yang diambil dari syair-syair Al barzanji, mulai Isrobu sampai akhir bacaan. Tarhiman biasanya dilakukan sampai menuju Imsyak, menjelang waktu Subuh.

Tradisi keempat di bulan Ramadhan yang dilakukan masyarakat Pegayaman adalah ngejot. Kebiasaan masyarakat Pegayaman dengan budaya ngejot di antara tetangga yang ada di dalam Desa Pegayaman, dengan cara membawa takjil ke sekitar tetangga ketika menjelang maghrib.

Main gangsing sambil menunggu buka puasa

Tradisi kelima, nyenggol. Budaya nyenggol merupakan adat istiadat yang dilaksanakan secara dadakan oleh anak-anak dan remaja. Budaya nyenggol itu dilakukan setahun sekali secara dadakan.

Budaya ini secara spontan dilaksanakan oleh anak-anak dan remaja setiap tahun di pinggir-pinggir jalan dari menjelang magrib sampai akhir keramaian di jalan ketika bulan puasa.

Tradisi keenam, yakni pelaksanaan Nuzulul Quran, yang disponsori oleh pemuda dan pengurus remaja masjid. Nuzulul Quran dilaksanakan di depan masjid dengan rangkaian lomba-lomba yang bersinergi dengan dinamika perkembangan yang ada di Desa Pegayaman.

Selain itu, di Desa Pegayaman ada adab membaca Al Quran sebelum 15 menit berbuka puasa yang diakhiri dengan pemukulan lonceng tanda berbuka puasa. Lonceng ini dibunyikan setahun sekali dalam sebulan di bulan Ramadhan.

Tradisi berikutnya, yakni kebiasaan ngubah. Ngubah ini dilakukan usai tadarus di masjid, sebagai tanda bahwa tadarus di masjid sudah selesai. Ngubah ini boleh dilakukan oleh siapa saja. Yang penting bisa mengiramakan suara bedug yang ada di dalam masjid dengan suara yang indah sampai kurang lebih 30 menit berselang. (bs)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *