KEHIDUPAN ‘PENGALU’ DI PESISIR TANJUNG TANGIS MUARE PENGAMBENGAN

KEHIDUPAN pesisir selatan kota Negara memiliki pernak-pernik beraneka ragam mata pencaharian. Kehidupan yang keras di pesisir merupakan warisan budaya maritim Bugis Melayu yang masih dapat kita temukan saat ini.

Musim gelap bulan, saat para nelayan melaut mencari tangkapan lemuru (sardinnela longiceps), para ibu-ibu yang telah berusia di atas 50 tahun tak mau kalah dengan para prianya. Dengan memakai boreh di wajah dan topi lebar sebagai penahan teriknya mentari, ibu-ibu tersebut beraktivitas di sela-sela perahu yang bersandar di pasir Tanjung Tangis Muare.

Di tengah kesibukan para panol-panol mengangkut ikan dari bawah perahu, dengan godong yang rata-rata berisi 125 – 130 kg, terlihat para ibu-ibu pengalu dengan ember-ember maupun timba melakukan transaksi dengan para penguras perahu maupun nelayan agar dapat membeli ikan lemuru. Ikan lemuru yang sudah terkumpul di dalam wadah ember besar dipindahkan ke dalam godong agar para panol dapat mengangkat menuju ke timbangan.

Pengalu sebutan bagi para ibu-ibu yang melakukan transaksi membeli ikan di bawah perahu dengan harga yang sudah disepakati. Memang harga jauh lebih murah karena beberapa faktor kedekatan maupun faktor hubungan kerja dengan para penguras perahu, maupun para nelayannya.

Rejeki ibu-ibu pengalu tergantung dari langganan kerjanya selama ini. Jadi tangkapan para nelayan yang kadang boleh kadang tidak juga menjadi penentu rejeki hari ini. Dengan kesabaran dan keuletan para pengalu tetap standby di pinggir pasir tempat perahu bersandar. Walau boleh hasil ataupun tidak boleh hasil hari ini, ibu-ibu pengalu tetap bersyukur.

Ketika penulis tertarik menyapa mengapa hari ini tidak boleh hasil, serempak ibu-ibu pengalu menjawab, “Susah, karang ini ade belantik yang naeken hargenye, sehingge pelanggan lari ke belantik tersebut,” keluh para ibu pengalu tadi pagi.

Nasib oh nasib, memang perang harga setiap hari terjadi, dan hal itu sudah menjadi tradisi siapa yang mempunyai modal kuat dan memiliki pasar maka dia yang bertahan. (bs)

Catatan:

Pengalu = perempuan pengumpul ikan di pinggir pasir

Panol = tenaga borongan angkut ikan dengan alat godong.

Godong = keranjang dari bambu dan dilapisi jaring sebagai pembungkus.

Foto-foto Eka Sabara

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *