DENPASAR – Menkeu Sri Mulyani Indrawati memprediksi resesi ekonomi di Indonesia akan terjadi pada kuartal III 2020 atau akhir September. Berarti resesi sudah di depan mata. Untuk menghadapi resesi tersebut, pemprov dan pemkab di Bali harus mempercepat belanja atau konsumsi pemerintah.
“Percepat belanja pemerintah atau konsumsi pemprov dan pemkab,” kata pengamat ekonomi dari Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) Denpasar, Prof. Gede Sri Darma, ketika diminta komentarnya, Rabu (23/9/2020).
Menurut mantan Rektor Undiknas ini, resesi akan sangat berdampak kepada ekonomi Bali. Kata dia, ekonomi Bali akan semakin dalam terpuruknya. Kemiskinan di Bali akan semakin meningkat. “Daya beli semakin kecil, akibat tabungan terkuras, dan masyarakat menyimpan dananya untuk keperluan di masa mendatang yang diyakini tak ada ujungnya,” kata sosok yang pernah menyandang profesor termuda ini.
Lantas apa yang bisa dilakukan pemerintah di Bali dan masyarakat Bali menghadapi resesi nanti? Menurut Prof. Sri Darma, keamanan Bali harus ditingkatkan. Selain itu, pemprov dan pemkab/pemkot di Bali harus mempercepat belanja atau konsumsi pemerintah.
“Bansos harus terus digulirkan. Insentif dan stimulus bagi dunia usaha mesti terus ditingkatkan,” kata peraih Doctor of Business Administration (D.B.A.) dari Southern Cross University, Australia pada tahun 1999 ini.
Menurutnya, pemerintah menyiapkan dan mendorong untuk pergeseran model bisnis ke arah model bisnis berbasis digital. Sementara untuk masyarakat Bali, kata Prof. Sri Darma, harus memulai model bisnis berbasis digital. Masyarakat juga diimbau tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan (prokes). (bs)