KPU Bali akan Ajak Desa Adat Lakukan Sosialisasi
DENPASAR – KPU Provinsi Bali tetap memasang target partisipasi pemilih sebesar 85 persen pada Pilkada serentak di enam kabupaten/kota di Bali, meskipun dilaksanakan di tengah pandemi Covid-19. Target itu sama dengan penetapan target partisipasi pemilih sebelum munculnya pandemi Covid-19.
“Meskipun Pilkada dilaksanakan di tengah pandemi Covid-19, kami tetap memasang target optimis yakni 85 persen,” kata Komisioner KPU Provinsi Bali, Gede John Darmawan, saat Webinar Sosialisasi PKPU Nomor 5 Tahun 2020, Jumat (19/6/2020). Webinar dibuka Ketua KPU Provinsi Bali, Dewa Agung Gede Lidartawan.
Menurut John, target tersebut memang merupakan target yang dipasang saat sebelum pandemi melanda. Waktu itu, target secara nasional yang ditetapkan KPU RI sebesar 79 persen. Sementara untuk regional Bali, KPU Bali menetapkan target partisipasi pemilih sebesar 85 persen. “Target itu kami asumsikan Pemilu 2019 capaian di Bali 82 persen. Karena target nasional dinaikkan kami otomatis menaikkan target di Bali. Menjadi 85 persen,” jelas John.
Apakah KPU Bali pesimis dengan target tersebut ketika pandemi Covid-19 muncul? “Kami saat ini masih dalam posisi optimis. Kami saat ini masih dalam posisi berusaha bagaimana kami mencapai target 85 persen tersebut,” ujar mantan Ketua KPU Kota Denpasar ini.
Untuk mencapai target tersebut, kata dia, pihaknya sudah menyusun strategi sosialisasi Pilkada serentak kepada masyarakat. Menurutnya, saat ini informasi banyak bertebaran dari media sosial. Semua ada dalam genggaman. Informasi lebih banyak dilihat di laptop dan di HP masing-masing orang.
Karena itu, menurut John, pihaknya akan memanfaatkan teknologi informasi yang ada dengan melakukan proses penyebaran informasi kepada masyarakat secara cepat dan menyeluruh melibatkan seluruh komponen penyelenggara.
“Kami wajibkan teman-teman di kabupaten/kota minimal setiap dua hari sekali, sudah melakukan updating informasi , updating kegiatan bahwa inilah KPU walaupun di tengah pandemi Covid-19 tetap bekerja. Di situ akan diselipkan pesan-pesan misalnya bagaimana menggunakan masker, dengan kaitannya dengan pelaksanaan pemungutan suara,” jelasnya.
Artinya, kata dia, pihaknya akan menjadikan penyelenggara sampai KPPS sebagai buzer informasi di media sosial. Ada kurang lebih 60.000 penyelenggara pemilu, dari tingkatan KPU provinsi, KPU kabupaten/kota, PPK, PPS, PPDP sampai ke tingkat KPPS. Oleh karena itu, dengan melbatkan semua penyelenggara pemilu tersebut, proses penyebaran informasi Pilkada bisa dilakukan secara masif. “Hari ini saja kami bisa bekerja dengan 2.000 orang. Karena PPK dan PPS sudah diaktifkan kembali. Pada Juli nanti kami lakukan perekrutan PPDP yang jumlahnya hampir 7.000 lebih atau hampir 8.000 yang akan bekerja satu bulan. Ini menjadi tambahan energi bagi kami, tambahan buzer buat kami untuk proses sosialisasi proses kepemiluan,” paparnya.
Setelah itu, pada November nanti akan dibentuk KPPS. Jumlah hampir 50.000. “Ini salah satu strategi yang kami coba manfaatkan, kami coba sinergikan. Tentu saja perlu pelatihan-pelatihan khusus agar tidak menjadi bumerang,” jelas John.
Selain itu, kata dia, pihaknya akan melibatkan lembaga adat dalam proses sosialisasi Pilkada serentak 2020. “Kita di Bali saat ini benar-benar sangat tergantung dengan adat. Kita mencontoh apa yang disampaikan Presiden Jokowi bagaimana Bali berhasil mengecilkan wilayah sebaran Covid-19, karena keterlibatan lembaga agat. Walaupun beberapa hari ini agak melonjak lagi. Ini karena keterlibatan lembaga adat. Lembaga adat benar-benar terlbat dalam proses pencegahan penyebaran Covid-19,” ungkapnya.
Oleh karena itu, kata John, KPU akan mencontoh hal itu dengan mengajak majelis desa adat untuk bersama-sama bergerak mengajak masyarakat menyukseskan Pilkada nanti. “Salah satu yang kita rancang adalah bagaimana pada hari H (tanggal 9 Desember 2020-red), kulkul di balai banjar kami minta untuk dibunyikan. Dalam artian untuk mengajak atau mengingatkan masyarakat untuk datang ke TPS,” tandasnya.
Sosialisasi juga akan dilakukan lewat webinar-webinar dengan kelompok-kelompok terbatas. Seperti Mahasiswa, dan segmen-segmen lainnya, termasuk segmen milenial. “Ini strategi sosialisasi yang akan kami lakukan,” tegas John. (bs)