PENGUSAHA DAN WARGA PROTES ELPIJI LANGKA DI LEMBONGAN

DENPASAR – Warga Pulau Nusa Lembongan, Kecamatan Nusa Penida, Klungkung, Bali mengeluhkan kelangkaan tabung gas elpiji 3 kilogram, 12 kilogram dan 50 kilogram serta BBM. Kelangkaan itu terjadi sejak dua bulan lalu, bahkan kelangkaan tersebut semakin dirasakan warga hingga menjelang perayaan penampahan Galungan, Selasa (18/2) dan hari suci Galungan, Rabu (19/2).
Ironisnya, di tengah sepinya kunjungan wisatawan China ke Nusa Lembongan semakin diperkeruh masalah minimnya pasokan tabung gas elpiji dari perusahaan Pertamina.
Masalah itu mengemuka ketika Perbekel Desa Lembongan, Ketut Gede Arjaya, memandu rapat serap aspirasi anggota Komisi VI DPR RI, Fraksi PDI Perjuangan, Dapil Bali, I Nyoman Parta, SH, Minggu (16/2) malam di Wantilan Desa Lembongan. Rapat berlangsung dari pukul 19.00 Wita sampai sekitar Pukul 21.45 malam.
Tercatat ada 5 penyebab terjadinya kelangkaan tabung gas elpiji 3, 12, hingga 50 kilogram dan BBM selama 2 bulan yang disampaikan warga Desa Lembongan. Pertama, kapal tanker gas elpiji mengalami kendala menuju SPPBE dan SPBU Nusa Ceningan. Hal itu dikarenakan kapal tersebut tidak bisa bersandar ketika air laut surut. Selain itu juga disebabkan oleh faktor cuaca yang tidak bersahabat.
Kedua, akibat faktor harga yang mahal menyebabkan warga mencari gas elpiji sampai ke Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Klungkung Daratan. Karena di Kusamba lebih murah harganya. Semestinya harga yang di Ceningan lebih murah, namun dari kwitansi harga yang ditunjukkan oleh warga yang di Ceningan lebih mahal.
Ketiga, disebabkan oleh terjadinya penindakan oleh Polairud secara tiba-tiba yang menyebabkan kekhawatiran pemilik kapal dan nahkoda saat membawa gas elpiji dari Desa Kusamba. Keempat, masalah infrastruktur jembatan penghubung Nusa Ceningan dan Nusa Lembongan yang tidak bisa dilalui kendaraan roda empat, menyebabkan lambatnya dan tidak efektifnya pendistribusian gas elpigi. Kelima, para pengusaha merasa khawatir dalam melaksanakan pengangkutan gas elpiji, karena sering terjadi penindakan oleh Polairud.
“Pelayanan pariwisata kami terganggu, jadi mohon solusi konkret dari pertemuan ini,” kata Perbekel Desa Lembongan, Ketut Gede Arjaya.
Mendengar masalah itu, anggota Komisi VI DPR-RI, I Nyoman Parta, menyatakan prihatin atas kondisi ini di tengah-tengah menurunnya kunjungan wisatawan China. Masyarakat yang justru ditambah lagi dengan persoalan kelangkaan gas elpigi.
“Saya prihatin, sudah jatuh tertimpa tangga pula,” kata Parta.
Ia berharap agar perlakuan terhadap Nusa Lembongan diberlakukan sebagai daerah kepulauan dan jangan Nusa Lembongan disamakan kondisinya dengan di daratan yang serba lancar. Sedangkan di Nusa Lembongan kondisinya terbalik seperti pengaruh cuaca yang tidak menentu hingga musim pasang surut yang terjadi sampai 2 bulan (September dan November-red). Hal itulah yang menjadikan kapal tangker tidak bisa bersandar.
“Kita akan mengundang pihak Pertamina agar hadir besok malam, Senin (17/2) untuk memberikan solusi. Kemudian pihak Syahbandar agar mempermudah proses perijinan kapal berlayar. Masak mengurus ijin Pass Besar sampai 1 tahun, karena semua syarat sudah dipenuhi,” ujar Parta.
Untuk jangka panjang, Nyoman Parta akan menyampaikan kepada Gubernur Bali dan Pemerintah Pusat agar jembatan penghubung Nusa Penida dan Nusa Ceningan bisa dibangun, supaya akses kendaraan roda empat bisa berjalan lancar. (bs)

Nyoman Parta (tengah pakai baju hitam) saat di Nusa Lembongan. Dok. Nyoman Parta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *