BULELENG – Suasana Auditorium Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha), Minggu (10/8/2025) begitu hidup. Senyum, tepuk tangan, dan sorak kecil memenuhi ruangan yang dipadati seribu pelajar/mahasiswa dari berbagai sekolah dan kampus di Kabupaten Buleleng. Mereka datang dengan rasa ingin tahu yang besar, ingin mendengar langsung kisah dan inspirasi dari dua penulis muda Indonesia, Boy Candra dan JS Khairen.
Boy Candra dikenal sebagai penulis novel dan kumpulan cerita yang kerap mengangkat kisah cinta, kehidupan, dan perasaan dengan bahasa sederhana namun menyentuh. Karyanya seperti Origami Hati, Catatan Pendek untuk Cinta yang Panjang, dan Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi telah menjadi best seller dan menginspirasi banyak pembaca muda.
Sedangkan JS Khairen, populer lewat novel Dompet Ayah Sepatu Ibu. Itu adalah salah satu dari sekian karya menariknya. Karya-karyanya memadukan tema persahabatan, perjuangan hidup, dan nilai-nilai positif yang dibungkus dengan narasi mengalir. Selain menulis, ia aktif menjadi pembicara literasi di berbagai kota untuk mendorong generasi muda mencintai dunia membaca dan menulis.
Bukan sekadar berbicara soal teknik menulis, keduanya berbagi tentang perjalanan hidup, proses kreatif, hingga makna mendalam di balik setiap kata yang mereka tuangkan. Kehangatan interaksi ini membuat pelajar tak hanya menjadi pendengar, tetapi juga merasa menjadi bagian dari cerita.
Acara ini merupakan bagian dari Manajemen Talenta Nasional (MTN) Seni Budaya Bidang Sastra, hasil kolaborasi Kementerian Kebudayaan RI dengan Yayasan Mahima Indonesia melalui Singaraja Literary Festival (SLF). Program ini dirancang untuk menggali, membimbing, dan mempromosikan talenta sastra Indonesia secara berkelanjutan, agar karya anak negeri bisa bersaing di tingkat global.
Direktur SLF, Dr. Kadek Sonia Piscayanti, menegaskan bahwa peluang promosi sastra Indonesia sangat besar jika dikemas dengan inovasi. “Melalui SLF, kami ingin menjadikan Bali sebagai salah satu pusat pengembangan sastra nasional. Kementerian Kebudayaan RI bersama Yayasan Mahima Indonesia berkomitmen mewujudkan itu dengan langkah konkret,” ujarnya.
MTN sendiri memiliki dua kegiatan utama: MTN Ikon Inspirasi yang menghadirkan seribu talenta sastra, dan MTN Asah Bakat yang diikuti 200 peserta. Sebelumnya, penulis Dewi Lestari dan sastrawan Oka Rusmini telah mengisi sesi inspiratif di program ini.
Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kerja Sama Undiksha, Prof. Dr. Gede Rasben Dantes mengapresiasi keterlibatan Undiksha dalam ajang ini. “Perguruan tinggi harus menjadi rumah bagi masyarakat dan membawa manfaat luas. Singaraja punya sejarah sebagai pusat kebudayaan, dan acara ini mengingatkan kita akan kekayaan itu,” ungkapnya. Ia juga menegaskan komitmen Undiksha melalui tagline “Diktisaintek Berdampak” untuk terus memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat.
Dukungan juga datang dari Pemerintah Kabupaten Buleleng. Dalam sambutannya yang dibacakan Kepala Dinas Kebudayaan, Drs. I Nyoman Wisantika, Bupati Buleleng menyoroti pentingnya sastra sebagai media pelestarian budaya. Namun, tantangannya adalah rendahnya minat baca dan minimnya interaksi antara penulis dan pembaca. “Kita perlu memanfaatkan media sosial, membentuk komunitas sastra, memasukkan sastra ke kurikulum, dan melibatkan berbagai pihak untuk menjaga eksistensi sastra,” pesannya.
Bagi David Irianto dari Tim MTN Kemdikbud RI, acara ini adalah wadah untuk menyalakan imajinasi generasi muda. “Kami ingin anak-anak muda terinspirasi, berani berkarya, dan menjadikan sastra bagian dari hidup mereka,” ujarnya. (bs)

