Kisah Dirut Perumda Tirta Hita Buleleng Ditelpon Pelanggan dan Program-program Perbaikan Pelayanannya

K

PERUMDA Air Minum Tirta Hita Buleleng mengukir sejumlah prestasi gemilang. Misalnya dinobatkan menjadi peringkat pertama BUMD Award kategori sedang yang dilaksanakan Kemendagri. Pernah juga meraih Perpamsi Award kategori BUMD Sehat, dan sejumlah prestasi lainnya.

Kini BUMD milik Pemkab Buleleng ini berancang-ancang menjadi perusahaan kelas dunia. Lokakarya sudah dilalui untuk menuju ke sana. Sejumlah rencana dan program telah dirumuskan dan segera dieksekusi.

Di balik sejumlah prestasi gemilang tersebut, Perumda Tirta Hita Buleleng terus berbenah, termasuk dalam pelayanan kepada pelanggan. Sebab, sejumlah keluhan masih muncul terhadap pelayanan perusahaan air minum ini. Bahkan seorang pelanggan ingin ngomong langsung kepada Dirut Perumda Air Minum Tirta Hita Buleleng, I Made Lestariana, SE.

Dalam temu wartawan di kantornya, Senin (24/3/2025), Lestariana bercerita, ”Tadi pagi saya ditelpon seorang warga. Dia minta tolong, dia minta nomor (HP) dirutnya, mau menyampaikan langsung keluhannya.”

Menurutnya, pelanggan tadi tidak tahu kalau yang sedang ditelpon adalah Dirut Perumda Tirta Hita Buleleng yang dicari. Pelanggan tadi mengaku sudah menyampaikan keluhannya ke kabag distribusi. Bahwa aliran air sering mati saat pagi hari. 

“Dia mengatakan pagi-pagi sering mati airnya, saat mereka butuh. Dia merasa terganggu karena mau kerja, mau masak. Matinya di jam-jam itu. Makanya ia minta nomor dirutnya. Padahal sudah komunikasi ajak tiyang. Saya jawab nggih-nggih,” tutur Lestariana.

Ia meminta maaf kepada masyarakat pelanggan kalau dalam memberikan pelayanan belum sempurna. Namun, tegas dia, pihaknya berkomitmen untuk terus senantiasa meningkatkan pelayanan.

“Seluruh jajaran akan terus melakukan upaya-upaya inovasi dan kreasi dalam memberikan pelayanan sehingga semakin baik ke depannya,” katanya.

Lestariana menjelaskan, sejumlah program sebenarnya sudah dirancang untuk memperbaiki pelayanan kepada pelanggan Perumda Tirta Hita Buleleng. Di antaranya pemasangan booster pump atau tendon-tendon di sejumlah titik. Misalnya di daerah Banyuning. Dijelaskan, dalam setahun terakhir, pihaknya banyak memasang tendon-tendon atau booster pump menambah tekanan air ke jaringan pelayanan pelanggan.

“Airnya ditampung di tendon-tendon ini, setelah itu dipompakan ke pelanggan di daerah itu untuk menambah tekanannya. Karena di daerah itu kehilangan atau kurang tekanan airnya sehingga air yang mengalir sampai ke rumah tangga pelanggan sangat kecil,” katanya.

Di Banyuning, kata dia, ada defisit air, maka pihaknya juga memasok air ke tandon atau booster pump itu dengan mobil tangki, sehingga pada saat di tendonnya itu habis, kalau belum diisi, pasti ada gangguan di pelayanan. Air tidak mengalir. Kalau diisi tandonnya nanti airnya mengalir lagi. 

“Kami lakukan itu untuk mengupayakan dalam seharinya maupun pada jam-jam puncak penggunaan air, pelanggan mendapatkan aliran. Jadi tidak sampai pelayanan kami di bawah standar pelayanan minimum yang kami persyaratkan. Pelayanan minimum kami yakni 17 jam, dan hanya mentoleransi gangguan pelayanan di beban puncak di pagi dan sore hari. Itu yang kami lakukan,” jelasnya.

Selain itu, tambah Lestariana, saat ini direncanakan pengembangan SPAM (sistem penyediaan air minum), bekerja sama dengan Bumda Desa Adat Pumahan. Menurutnya, Bumda Pumahan punya kelebihan air. 

“Jadi kami kerjasama, kami dapat kelebihan air dari Bumda Pumahan 10 liter per detik. Ini kami rencana menambah, untuk me-support pelayanan di Banyuning. Karena Banyuning perkembangannya sangat pesat dari segi perumahan. Sedangkan reservoar kami yang ada di Petandakan, kapasitasnya kecil,” katanya. 

Ia juga menjelaskan bahwa pihaknya merencanakan untuk membangun kembali reservoar di daerah tersebut dengan reservoar yang lebih besar. Sebab, pelanggan air minum di Banyuning sudah hampir 6.000-an. “Sementara debit kami di situ hanya bisa masuk 40 liter per detik. Idealnya 6.000 pelanggan itu ya debitnya 60 liter per detik,” ujarnya.

Selain itu, kata Lestariana, pihaknya tengah melakukan penjajagan dengan Desa Penglatan. Sebab, desa itu juga mempunyai sumber air berlebih. Dikatakan, tahun lalu sebenarnya sudah akan dilaksanakan kerjasama. Namun, kerjasama tersebut tidak jadi karena belum ada persetujuan dari pihak desa. Padahal, kata dia dia, pihaknya sudah memasang pipa. 

“Kami nanti akan melakukan penjajagan kembali ke desa. Mudah-mudahan nanti ada kabar baik untuk dapat memanfaatkan kelebihan air yang ada di sana. Itu untuk pelayanan kepada masyarakat, di satu sisi juga ada pemasukan bagi desa. Sama dengan yang kita lakukan dengan Desa Adat Pumahan,” paparnya. 

Lestariana juga mengaku sudah melakukan survei untuk pengembangan SPAM dari sumber air yang ada di Desa Pegadungan. Karena investasinya lumayan besar untuk membikin pipa transmisi, pihaknya anggarkan dalam dua tahun ke depan. “Mudah-mudahan bisa segera dilanjutkan, tentunya butuh modal investasi yang besar,” katanya.

Dirut murah senyum ini bersyukur Ranperda tentang Penyertaan Modal bagi BUMN sudah disetujui oleh DPRD Buleleng. Sehingga ada harapan, Perumda Tirta Hita Buleleng bisa membiayai investasi pengembangan SPAM selanjutnya.

Dikatakan Lestariana, untuk di Banyuning sebenarnya pihaknya memiliki program di tahun ini untuk pembangunan reservoar dan pemasangan pipa transmisi dari sumur bor yang ada di Jl. Pulau Obi. “Itu sudah masuk usulannya dari tahun lalu ke provinsi,” katanya.

Ia mengaku mendapat kabar baik dari Ketua DPRD Bali, Dewa ‘Jack’ Mahayadnya, bahwa anggaran untuk itu akan didorong agar bisa masuk di perubahan APBD Provinsi 2025. “Saya dapat ditelpon oleh beliau dan Kadis PU Bali,” ujarnya.

Menurut Lestariana, itu salah satu solusi mengatasi kekurangan debit air di wilayah Banyuning. Yakni dengan memanfaatkan sumur bor di Jalan Pulau Obi. Sumur bor belum optimal dimanfaatkan untuk pelayanan karena harus dipasang pipa transmisi dulu ke atas atau dibawa ke Banyuning Selatan. 

“Di situ dibuatkan reservoar. Dari reservoar itu baru turun nanti. Itu butuh dana Rp 8 miliar. Sudah kita usulkan ke provinsi dari tahun lalu. Jadi kami terus melakukan perbaikan pelayanan,” katanya. 

Lestariana menjelaskan, pada 2025, Perumda Tirta Hita Buleleng menargetkan penambahan 3.000 sambungan pelanggan baru. Karena itu, pihaknya harus melakukan pembangunan infrastruktur dan perluasan jaringan pipa transmisi dan distribusi. 

Untuk wilayah Buleleng barat, pengembangan bersumber dari SPAM Burana, dari Waduk Titab, Ularan. Sedangkan untuk pengembangan ke Buleleng timur dari SPAM Air Sanih, yang saat ini juga belum maksimal pemanfaatannya. 

Menurutnya, SPAM Burana saat ini tersedia debit air 300 liter per detik. Itu baru bisa diserap oleh Perumda Tirta Hita Buleleng sebesar 60 liter per detik. Sementara SPAM Air Sanih, potensinya ada 100 liter per detik, dan saat ini baru diserap hampir 25 liter per detik. 

“Jadi masih sedikit. Makanya ke depan itu menjadi sasaran prioritas kita untuk pengembangan 5 tahun ke depan.

Dipaparkan juga, dari SPAM Air Sanih sebenarnya sudah dibangun reservoar di Desa Tejakula. Namun, di Desa Tejakula masyarakat masih menggunakan PAM desa yang dikelola BUMDes. “Kecuali nanti ada kesepakatan di Tejakula, kami sudah siap. Karena sudah ada infrastruktur reservoar di situ,” tegas Lestariana. 

Di Bondalem juga sudah ada reservoar. Bahkan pengembangan SPAM Air Sanih sudah sampai di Desa Tembok. “Itu potensi-potensi yang bisa dikembangkan. Termasuk di Bungkulan sudah ada reservoar, juga di Kubutambahan. Itu yang bisa kami kembangkan. Jadi untuk SPAM Air Sanih sudah ada 6 reservoar, yang siap memberikan pelayanan kepada masyarakat. Tapi memang sampai saat ini kebanyakan di situ masih dilayani oleh PAM desa atau BUMDes,” ujar Lestariana. 

Selain itu, Perumda Tirta Hita Buleleng memprogram infrastruktur SPAM di Desa Sambangan. Rp 2 miliar diinvestasikan untuk membangun infrastruktur SPAM di wilayah itu. Tahun lalu, kata dia, banyak juga keluhan pelayanan di daerah itu. 

“Itu jadi prioritas kami. Di Sambangan kami upayakan penambahan pasokan debit juga. Karena di Sambangan antara air yang masuk dengan perkembangan jumlah pelanggan juga tak seimbang. Kami sudah kekurangan pasokan air,” ungkapnya. 

Untuk itu, kata Lestariana, pihaknya sudah merencanakan membangun reservoar, membangun sumur bor, dan termasuk mengupayakan pengembangan SPAM dari mata air Ambengan. Menurutnya, di Ambengan ada sumber air yang cukup potensial untuk dikembangkan dan dibawa ke Sambangan. (yum)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *