Bukber di Muhammadiyah Buleleng, Kapolres Widwan Sutadi Terkenang Masa Kecil Saat Merengek Minta Baju Baru Jelang Idul Fitri 

KAPOLRES Buleleng, AKBP Ida Bagus Widwan Sutadi, ternyata punya banyak kenangan suasana bulan suci Ramadhan dan Idul Fitri di tanah kelahirannya. Di masa kanak-kanaknya, ia sangat familiar dengan suasana bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Bahkan polisi dengan melati dua di pundaknya ini pernah merengek kepada orangtuanya untuk dibelikan baju baru menjelang Idul Fitri.

Ida Bagus Widwan Sutadi kecil lahir di Desa Petemon, Kecamatan Seririt. Di masa kecilnya, ia punya banyak sahabat dari anak-anak nyame selam di Seririt, khususnya di Kampung Madura dan di Pengastulan.

Sejak lahir ia memang hidup di Petemon hingga SMA. Ida Bagus Widwan Sutadi sekolah di SMP Negeri 1 Seririt dan lalu melanjutkan ke SMA Negeri 1 Seririt. 

“Ketika saya duduk di sini (acara Bukber di Muhammadiyah Buleleng, red), ikut acara berbuka puasa bersama, saya jadi terkenang kembali masa-masa kecil. Seperti berselancar ke masa lalu,” tutur Kapolres AKBP Ida Bagus Widwan Sutadi saat didaulat berbicara pada acara Buka Puasa Bersama (Bukber) yang digelar Pimpinan Daerah Muhammadiyah Buleleng di Kompleks Perguruan Muhammadiyah Singaraja, Minggu (9/3/2025).

Acara tersebut juga dihadiri antara lain Wakil Bupati Buleleng, Gede Supriatna, SH, Kepala Kantor Kementerian Agama Buleleng, Gede Sumarawan, Wakil Ketua DPRD Buleleng, Nyoman Gede Wandira Adi, perwakilan Dandim 1609/Buleleng, Kaban Kesbangpol Buleleng, Komang Kappa Tri Aryandono, tokoh dan sesepuh Muhammadiyah.

Acara tersebut juga dihadiri pengurus dan anggota PD ‘Aisyiyah Buleleng, PD Pemuda Muhammadiyah Buleleng, PD Nasyiyatul ‘Aisyiyah Buleleng, IMM, IPM, guru-guru Muhammadiyah serta pengurus PC Muhammadiyah yang ada di Kabupaten Buleleng.

Ya mengikuti acara Bukber yang digelar PD Muhammadiyah Buleleng tersebut, Kapolres AKBP Ida Bagus Widwan Sutadi, mengaku terkenang kembali masa-masa kecilnya di Seririt. “Ini mengingatkan saya di waktu-waktu tahun 2000 di Seririt. Bagaimana saya waktu kecil di sana, apalagi saat puasa,” paparnya.

Ia mengisahkan, pernah suatu ketika menjelang atau tepatnya H-3 menuju Idul Fitri, Ida Bagus Widwan Sutadi juga merengek-rengek sama orangtuanya untuk dibelikan baju baru di pasar senggol Seririt. Ya seperti halnya yang diminta anak-anak Muslim ketika menyambut Idul Fitri.

Kenapa ia merengek-rengek minta baju baru? “Itu biar saya percaya diri. Sebab, di hari raya Idul  Fitri saya akan minta ketupat dan opor ayam ke teman-teman saya di Seririt. Karena kami sudah janjian,” jelasnya.

“Kasih tahu ibu kau, banyakin masak ketupat. Banyakin masak opor, karena kita satu kelas akan ketemuan,” kata AKBP IB Widwan Sutadi me-review permintaannya kepada teman Muslimnya di masa kecil dulu.

Karena akan ketemuan dengan teman-teman Muslim-nya di hari raya Idul Fitri, yang tentu saja mereka menggunakan baju baru, maka dirinya pun merengek minta dibelikan baju baru kepada orangtuanya. “Karena kalau datang ke sana (rumah temannya, red) harus pakai baru,” ujarnya.

Akhirnya ia pun membeli baju baru di pasar senggol Seririt. Sebab, di pasar senggol banyak yang jualan baju yang murah-murah. “Itu suasana keakraban kami saat masa kecil,” tambah Kapoles.

Menurut Kapolres, momen buka puasa bersama ini mengingatkannya pada masa-masa kecil itu. “Bagaimana kerukunan, toleransi, saling hormat-menghormati, saling menghargai,” jelasnya.

Kapolres juga mengisahkan, di waktu kecil ia ingat kalau orang-orang tua mempunyai hajatan, pasti ada satu stand yang bertuliskan ‘nyama selam’. Dulu waktu kecil dirinya tidak terpikir apa maksudnya. 

Namun, setelah beranjak dewasa, saat SMA, ada keinginan tahu dari dirinya. “Saya pikir hanya maknanya non babi, karena hanya ada tahu, ayam. Ternyata maknanya memang ditujukan untuk saudara-saudara yang beragama Islam,” katanya. 

Menurutnya, di Seririt memang banyak masyarakat Muslim yang tinggal di Kampung Madura, Pengastulan. “Dan teman-teman saya banyak sekali dari sana. Saya bisa bahasa Madura sedikit-sedikit. Teman saya, di antaranya, anaknya bos rongsokan di Kampung Madura,” cerita AKBP Ida Bagus Widwan Sutadi.

Kini, ia berpesan, agar masyarakat agar tetap menjaga situasi seperti masa kecilnya tersebut. Menjaga kerukunan antarumat beragama, menjaga toleransi, dan saling harga menghargai, terlebih ini bulan suci ramadhan, bulan yang sangat mulia. 

Menurutnya, puasa, di dalamnya mengajarkan untuk lebih meningkatkan kesabaran, meningkatkan kepedulian, meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. “Kita wajib merawat hal ini. Kita di Buleleng hidup berdampingan beraneka macam ragam. Kita saling bertukar kultur. Ada akulturasi. Kita saling hormat menghormati. Kuncinya bagaimana solidaritas sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari nyama Buleleng. Nilai-nilai ini hendaknya dikembangkan,” tandasnya. (yum)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *