- Esai Sejarah dr. Soegianto Sastrodiwiryo (alm.)
NAMA Tangkad Jaran adalah sebuah terumbu karang yang dari pantai Temukus tampak permukaannya saja. Bila ditarik garis lurus ke arah selatan, maka ia akan bertemu dengan Tugu Pahlawan Perang Banjar peninggalan Belanda.
Dolok yang suka keluyuran di kampung-kampung itu tiba-tiba mendapat informasi bahwa di pantai Temukus, tepatnya Tangkad Jaran ada terbenam sebuah harta peninggalan VOC karena kapalnya terbenam. Itu sudah abad ke-17.
Berita ini datang dari Salim Syammach, orang Arab sahabat Dolok yang suka hal-hal aneh. Segera Dolok mengontak kawannya Darwis seorang penyelam bangkotan yang juga sahabat Dolok tapi sekalian mentor Dolok untuk diving memakai scuba.
Maka berjanjilah ketiganya untuk pergi ke Tangkad Jaran. Segala biaya akan ditanggung oleh Salim Syammach yang penting dia bisa membuktikan bahwa kopor harta yang karatan itu ada dan tentu ada isinya. Ketiganya menunggang Jeep kepunyaan Salim dan peralatan selam sekalian dibawa.
Tapi Salim wanti-wanti bahwa dia tidak akan ikut naik ke perahu yang akan disewa. Katanya ”Awake adaen mapas maling padan nemukin kakya (Aku lebih baik berhadapan dengan pencuri daripada bertemu ikan hiu)”. Dolok mengiyakan saja sambil main mata dengan Darwis yang mengerti dan cuma senyum-senyum saja.
Pagi pukul 08.00, mereka telah tiba di pantai Temukus lalu memberi tanda ke mana akan menuju setelah menyewa sebuah perahu milik nelayan Temukus. Setelah berdebat sebentar, akhirnya Salim terpaksa ikut dalam perahu walaupun mukanya tampak pucat. Tak lama, cuma perlu waktu setengah jam untuk mengitari Tangkad Jaran yang airnya memang jernih tembus cahaya.
Yang mulai terjun masuk air adalah Darwis, diikuti Dolok yang biasa memakai scuba. Salim dibiarkan di atas perahu sambil berkerudung sarung ketakutan. Masih ada beberapa terumbu karang yang satu per satu diselami oleh Darwis dan Dolok ada pemilik perahu yang menenangkannya.
Ada beberapa terumbu karang yang diselami satu per satu oleh Darwis dan Dolok. Pada terumbu kelima, Darwis memegang lengan Dolok di kedalaman 4 meter sambil menunduk sebuah karang segi empat di bawahnya. Rupanya itu bongkahan karang yang berisi kopor besar yang telah ditumbuhi karang ratusan tahun.
Darwis kembali ke perahu mengambil linggis yang memang disiapkan lalu kembali lagi bersama Dolok ke karang Tangkad Jaran dan mulai menyelam. Darwis mulai mengungkit karang segi empat itu tapi ternyata amat sulit, bergerak pun tidak. Darwis mulai putus asa setelah berkutat selama 3 jam lebih.
Setelah berunding sesaat keduanya kembali ke perahu dan mengatakan pada Salim bahwa tak mungkin hari itu bisa mengangkat harta karun itu. Salim setuju karena dia lebih khawatir kalau tiba-tiba muncul hiu dan menerkam dirinya.
Keesokan harinya Salim memutuskan untuk membatalkan pencarian harta karun karena malamnya ia tiba-tiba bermimpi kakinya putus dicaplok gigi hiu yang terkenal amat tajam dan ganas itu. Untung cuma mimpi, pikir Salim, tetapi Salim orangnya pemurah. Semua biaya eksplorasi dibayar penuh oleh Salim. Malahan diberi tambahan agak banyak karena rasa syukur tak benar-benar ketemu Raja Laut Ikan Hiu. []
*) Penulis adalah Cendekiawan dan Sejarawan
*) Tulisan ini dikutip dari buku penulis “Lompatan-Lompatan Kebenaran”. Yang berminat bisa menghubungi HP : 0818-0533-9885