- Esai Dr. Surayanah *)
INDONESIA merupakan salah satu negara multikultural terbesar di dunia. Kebenaran dari pernyataan ini dapat dilihat dari kondisi geografis maupun sosio cultural yang begitu banyak dan luas. Kondisi inilah yang menyababkan Indonesia memiliki suku, budaya, agama, kebiasaan berperilaku, kebiasaan berfikir, serta pola pikir masyarakatnya yang beragam.
Melalui keberagaman ini, kita sebagai generasi penerus bangsa harus bangga dengan kondisi keberagaman tersebut. Kebanggaan ini dapat dilakukan dengan tetep menjaga, melestarikan, dan menanamkan dalam diri kita nilai moral serta sikap toleran terhadap keberagaman budaya di negara ini.
Apabila kesadaran kita akan nilai moral dan sikap toleran terhadap perbedaan budaya kurang, maka dapat menjadi permasalahan serius dalam kehidupan bermasyarakat. Kurangnya kesadaran ini dapat memicu konflik antarbudaya yang bisa saja dikarenakan perbedaan dalam kepercayaan, adat istiadat, dan budaya. Konflik tersebut dapat menimbulkan ketegangan antaranggota masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, bahkan dapat memicu konflik yang lebih besar seperti konflik antara negara atau etnis.
Munculnya diskriminasi terhadap kelompok tertentu dalam masyarakat, seperti diskriminasi rasial, agama, atau gender. Hal ini dapat mengakibatkan pengucilan dan penderitaan bagi kelompok yang terdiskriminasi, serta merusak keberagaman dalam masyarakat. Oleh karena itu, kita sebagai generasi muda sangat penting untuk meningkatkan kesadaran nilai moral dan sikap toleransi dalam diri kita.
Kurangnya kesadaran generasi muda akan nilai moral dan sikap toleransi terhadap perbedaan budaya dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor pertama, pengaruh lingkungan sosial. Lingkungan sosial dapat memengaruhi persepsi seseorang tentang nilai moral dan sikap toleran. Bila lingkungan tersebut kurang memperhatikan nilai-nilai tersebut, seseorang tersebut mungkin cenderung mengabaikannya.
Faktor kedua, pendidikan yang kurang efektif. Pendidikan yang kurang efektif dalam mengajarkan nilai moral dan sikap toleran juga dapat memengaruhi etika seseorang. Bila pendidikan hanya fokus pada aspek akademik dan kurang memperhatikan nilai-nilai budaya, maka generasi muda sekarang akan berperilaku acuh dengan kebudayaan dan tidak mengharagai perbedaan kebudayaan tersebut.
Ketiga, lingkungan keluarga dan kurangnya interaksi antarbudaya. Lingkungan keluarga juga menjadi kunci penting dalam penanaman nilai moral dan sikap toleransi dalam perbedaan budaya. Apabila lingkungan keluarga tidak mengajarkan nilai-nilai tersebut dan cenderung tidak mengenalkan anak dengan keragaman kebudayaan maka, anak tersebut bisa jadi kurang kesadaran akan nilai moral dan nilai moral dan sikap toleran dalam perbedaan budaya.
Penanaman nilai moral ini tidak hanya dilakukan dalam lingkungan keluarga saja, melainkan dalam dunia pendidikan juga harus memberikan edukasi mengenai nilai moral apa yang harus ditanamkan kepada siswanya dan serta sikap toleran seperti apa yang harus dimiliki dalam diri siswa.
Pendidikan merupakan hal yang penting dalam lingkar kehidupan kita di dunia. Melalui pendidikan dapat merubah karakter dan pola pikir seseorang. Adanya pendidikan ini juga berpengaruh terhadap keharmonisan kebhinekaan Indonesia. Banyak kita ketahui, dalam lembaga pendidikan menampung siswa dengan latar belakang sosial, suku, dan agama yang berbeda-beda. Bahkan perbedaan tersebut dapat diintegrasikan dalam satu kelas atau kelompok.
Hal ini mencerminkan bahwa pendidikan secara tidak langsung mengajarkan nilai persatuan tanpa adanya diskriminasi. Namun, terkadang tidak semua hal berjalan dengan mulus. Adanya perbedaan-perbadaan ini sering juga menimbulkan suatu perselisihan dan perbadaan pendapat.
Oleh karena itu, salah satu upaya yang dapat mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan melalui pendidikan multikulturan di sekolah. Pendidikan multikultural merupakan sebuah konsep pendidikan yang menekankan pada pentingnya pengakuan terhadap keberagaman budaya.
Di era lingkungan yang semakin heterogen dan majemuk seperti saat ini, di mana dalam satu sekolah terdapat beberapa siswa yang berasal dari berbagai latar belakang dan budaya yang berbeda. Maka dari itu, pendidikan multikultural dapat diimplemantasikan dalam menanamkan nilai moral dan sikap toleran pada siswa guna membantu memperkuat hubungan sosial antar siswa dan mengajarkan mereka untuk saling toleran.
Lingkungan pendidikan multikultural di sekolah meliputi siswa diajarkan untuk menghargai, menghormati, dan memahami keberagaman budaya, bahasa, agama, serta adat istiadat yang dimiliki oleh individu atau kelompok lain. Melalui pendidikan multikultural, siswa akan memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang keberagaman budaya serta pemahaman mengenai perbedaan bukanlah hal yang harus ditakuti atau dihindari, tetapi sebagai sumber kekayaan yang harus dijaga dan dilestarikan.
Selain memperoleh banyak pemahaman terkait nilai moral dalam menyikapi keberagaman budaya, pendidikan multikultural juga membantu siswa untuk memperoleh keterampilan yang penting dalam menjalin hubungan sosial yang baik, yaitu sikap toleransi. Sikap toleransi adalah kemampuan untuk menerima perbedaan sebagai bagian dari kehidupan, dan mampu hidup bersama dalam harmoni meskipun memiliki perbedaan.
Melalui pendidikan multikultural ini, siswa juga diajarkan untuk memahami bahwa setiap individu memiliki hak yang sama dalam kebebasan berekspresi serta beribadah sesuai keyakinan masing-masing. Dengan memahami hal tersebut, siswa akan lebih memahami pentingnya menjaga hak asasi manusia, serta menghindari diskriminasi, penindasan, atau intoleransi terhadap individu atau kelompok yang berbeda dari dirinya.
Kesimpulannya, pendidikan multikultural memiliki urgensi yang besar dalam penanaman nilai moral dan sikap toleransi siswa. Melalui implementasi pendidikan multikultural di sekolah, siswa diajarkan untuk menghargai dan memahami keberagaman budaya serta memperoleh keterampilan dalam menjalin hubungan sosial yang baik.
Oleh karena itu, pendidikan multikultural perlu diterapkan di lingkungan pendidikan sebagai bagian dari upaya membangun masyarakat yang lebih toleran, terbuka, dan inklusif serta sebagai upaya dalam membentuk generasi yang memiliki kemampuan adaptasi tinggi, memahami perbedaan, dan menerima keberagaman. []
*) Penulis adalah Dosen Universitas Negeri Malang