BULELENG – Kadis Pariwisata Buleleng, Gede Dody Sukma Oktiva Askara, S.Sos., M.Si., Sabtu (13/1/2024) berkunjung ke tokoh Pegayaman, Ketut Muhammad Suharto, di Sekretariat LPS Kumpi Bukit Pegayaman, Desa Pegayaman, Kecamatan Sukasada, Buleleng. Pertemuan dengan suasana santai tersebut antara lain membicarakan rencana Dinas Pariwisata Buleleng mengembangkan 12 desa wisata, termasuk di Desa Pegayaman.
“Pegayaman diangkat sebagai salah satu desa yang bisa masuk dalam kategori menarik untuk destinasi wisata lokal dan manca negara, terkhusus pada wisata yang berkorelasi dengan sepaham dalam iman Islam,” kata Ketut Suharto, menceritakan pertemuannya dengan Kadis Pariwisata Buleleng.
Menurutnya, Kadis Pariwisata menceritakan bahwa selama ini para tamu (turis) dari Timur Tengah lebih mencari tempat eksklusif dengan kenyamanan yang dirasakan, seperti tempat menginap lebih banyak mencari villa sebagai tempat yang tidak terganggu oleh hiruk-pikuk, dan lokasi kulinernya yang tentunya halal dan toyib (baik).
“Hal seperti inilah yang memungkinkan Desa Pegayaman sebagai tujuan lokasi wisata bagi mereka yang sangat pas. Dan tentunya tamu domestik lainnya,” jelas Ketut Suharto, mengutip Kadis Pariwisata Buleleng.
Terkait dengan hal itu, maka dari Dinas Pariwisata telah mengadakan pertemuan dengan 12 desa dimaksud pada Kamis (11/1/2024), di Rangon Sunset. Rencana pengembangan 12 desa sebagai desa wisata ini juga terkait juga dengan dibangunnya Tower Turyapada di Desa Pegayaman, yang hampir rampung.
Selanjutnya akan diupayakan pelaksanaan pelatihan tentang kepariwisataan dan juga penggalian kata kesepakatan bersama terkait pengembangan pariwisata di Desa Pegayaman. Apa yang harus dibentuk di Pegayaman, tanpa mencabut akar budaya kearipan lokal yang telah berkembang. Juga tentang strategi tata kelola semua hal yang bisa mendukung pariwisata di Desa Pegayaman.
“Pelaksanaan pelatihan pariwisata ini akan dilaksanakan di Desa Pegayaman, khusus untuk warga Pegayaman. Dari Dinas Pariwisata akan menyediakan fasilitas transportasi, konsumsi, ATK, dan pelatih,” tambah Ketut Suharto.
Sementara Ketut Suharto menyampaikan saran agar dalam menjalankan pariwisata di Desa Pegayaman hendaknya berangkat dari kearifan lokal Pegayaman, dan nuansa alam serta komoditas yang ada selama ini.
“Semua kegiatan pariwisata tersebut harus tetap bertumpu pada pakem yang ada di Pegayaman selama ini yakni “Adat Berpangku Syara’, Bersandar Kitabullah’,” ujar Ketut Suharto.
Menurutnya, jika berpijak pada pakem ini, maka apapun yang dilakukan tidak akan bertentangan dan nyaman untuk dilakukan di Desa Pegayaman. Selain itu, saran Ketut Suharto, untuk melaksanakan program ini hendaknya mendapat persetujuan dua pinpinan Pegayaman, yaitu pemimpin agama/adat (Penghulu Pegayaman), dan Kepala Desa Pegayaman. Sebab, kebijakan-kebijakan yang berkembang di Pegayaman tolok ukurnya adalah keputusan penghulu dan kepala desa. (bs)