- Kolom Khusus Ketut Muhammad Suharto
KETIKA adzan magrib mulai berkumandang dari semua pengeras suara di Desa Pegayaman. Diawali dari Masjid Jami’ Safinatussalam, sebagai satu satunya masjid yang ada di desa ini.
Bersaut-sautan disambut oleh pengeras suara yang bersumber dari sejumlah musholla, baik itu Musholla Baitul Hidayah, Musholla Pondok Pesantren Al Iman, Panti Asuhan, musholla dari Banjar Belong dan juga samar-samar terdengar dari kejauhan dari semua banjar dinas yang ada di Desa Pegayaman.
Di Pegayaman hanya ada satu masjid. Sengaja dibuat demikian, semenjak eksisnya Desa Pegayaman dari tahun 1648 M sampai sekarang. Ini dimaksudkan sebagai upaya menjaga persatuan.
Sementara musholla banyak bertebaran di masing-masing dusun dan di antara rumah penduduk, sebagai pendukung tempat pelaksanaan ibadah dan pendidikan di Desa Pegayaman.
Inilah upaya para pengelingsir Pegayaman dalam menjaga stabilitas komunikasi dan sosial kehidupan yang diharapkan harmoni dan damai dalam segala situasi.
Di tengah temaramnya lampu yang mulai dihidupkan karena malam dan magrib, maka pada saat itulah mulai juga berdatangan makhluk Allah yang sangat luar biasa lincahnya berterbangan. Badannya gemuk dan lucu dengan sayap-sayapnya yang berjumlah empat lembar.
Mereka mengangkat badannya yang gemuk dan penuh dengan lemak. Berurutan kedatangan binatang ini satu per satu memenuhi sekitar lampu listrik yang tergantung di semua kamar rumah.
Kelihatan di halaman rumah yang ada cahaya lampunya, juga mulai didatangi binatang yang lucu ini. Semakin lama, semakin banyak memenuhi ruangan.
Kalau itu terjadi maka kita jadi bingung, apalagi kalau kita sedang ibadah dan persiapan makan malam. Akhirnya ilmu pamungkas yang diajarkan orangtua pun harus diterapkan.
Ambil baskom besar dan diisi air setengah. Lantas letakkan di bawah lampu, dengan harapan laron-laron ini berjatuhan di tengah baskom. Ini merupakan langkah menjebak laron agar tidak bisa terbang lagi, karena bisa sangat mengganggu.
Sebenarnya ada kekaguman yang tersirat dalam benak dan hati. Maha Kuasa Allah yang menciptakan makhluknya seperti ini. Awalnya berbentuk binatang yang sangat kecil, merayap di bawah tanah. Makanannya kayu rapuh. Dan akhirnya bisa terbang.
Sangat kasihan kalau terjebak dalam situasi gemerlap lampu temaram. Binatang ini hanya dalam sekejap bisa menikmati kegembiraannya, dalam kemampuannya terbang.
Orang tua biasa bercerita sebelum tidur, mengisahkan bahwa dalu atau raron ini bisa terbang dengan bertapa dibawah tanah dalam satu tahun.
Inilah kenyataan alam. Ketika binatang ini mulai beterbangan, di dinding mulai nampak sejumlah cecak, tokek. Di lantai ada tikus cerucut yang sangat cuek. Di halaman ada kodok. Dan anak-anak ikut bergembira bercanda di antara sejumlah raron yang sedang berterbangan diantara temaramnya lampu. Sejumlah predator mengintai dalu ini.
Dan ketika diamati laron yang sudah terbang ke sekitar lampu ini, mereka tidak bisa kembali menemukan lubang atau rumahnya lagi. Bisa dipastikan ia terbunuh dimangsa para predator yang mengintainya.
Para dalu ini terbang ke sejumlah lampu temaram dalam rumah dan halaman yang sangat jauh tempatnya dari lubang asalnya keluar.
Ketika dilihat lubang tempat keluarnya, ternyata mereka diiringi oleh generasi laron yang lebih muda dan sangat kecil-kecil bodinya. Mungkin mereka adalah anak-anaknya yang sedang diajar dan diajak untuk melihat lampu di malam hari.
Sekalipun belum mampu terbang sebagaimana induknya, seakan memberi isyarat dalam pendidikan awal pada anak-anaknya dengan membisikkan bahwa “Itulah nak, yang akan kamu raih satu tahun kedepan.”
Dari gambaran alam ini, kita bisa mengambil hikmah dan sejumlah pemahaman dalam kehidupan penciptaan Al Khalik. Di antaranya bahwa ketika Allah menciptakan makhluknya, semuanya sangat terencana dan sangat memberi inspirasi untuk gambaran pada manusia.
Bahwa sesederhana apapun posisi kita, Allah selalu memberi kesempatan untuk berjaya. Bahwa hati-hatilah ketika kita sudah berjaya, jangang terlalu senang dan gegabah, semuanya akan dapat secepat kilat mencelakakanmu.
Bahwa hati-hati di sekitarmu ada banyak yang mengintai untuk memangsamu. Bahwa gemerlapnya kehidupan yang temaram bak lampu itu adalah hal yang menipu dalam kehidupanmu.
Mungkin ini bentuk hikmah dari penciptaan laron atau dalu yang bisa kita dapat petik. []
*) Penulis adalah Pemerhati Sejarah dari Pegayaman