Kue Janda Berhias

Oleh Eka Sabara, S.Pd.I

Jaje jande merias atau kue janda berhias. Merias bahasa Loloan yang berarti berhias.

Asal muasal nama jajanan yang unik ini sebenarnya bernama jajan kupe-kupe. Akan tetapi pada seputar tahun 1970 hingga tahun 1980-an di sekitar Loloan Barat, banyak dagang jajanan yang keliling kampung dengan cara mejunjungan. Memakai tempat junjung dari bahan sederhana nyiru yang beralaskan daun pisang.

Dan memang rata-rata pedagang jaje keliling merupakan kaum perempuan yang sudah berumur kisaran 40-an ke atas. Sebagai perempuan tangguh, mereka bekerja berdagang keliling setiap hari karena hanya itulah satu-satunya mata pencaharian yang menjadi sumber nafkah sehari-hari untuk keluarganya.

Perempuan tua penjual jaje biasa keliling setelah selesai waktu lohor (bahasa Loloan yang berarti dzuhur). Ia berjalan kaki dengan beralaskan sandal berjalan keluar masuk gang-gang kecil di Loloan Barat, demi untuk membiayai hidup anak-anaknya di rumah.

Umumnya mereka adalah janda yang ditinggal kawin lagi dan tidak mau dimadu atau ada juga janda yang ditinggal mati suaminya atau sering disebut cerai mati. Para ibu-ibu penjual jaje ini berupaya untuk menghias atau berkreasi agar jaje-nya laris manis.

Di tahun-tahun tersebut jenis jaje yang dibuat tidak tahan lama. Pagi dibuat malam harinya sudah basi. Sehingga saat keliling kampung dibsiang hari saat terik matahari, jaje-jaje di atas nyiru tersebut haruslah habis sebelum malam tiba atau sebelum waktu masuk maghrib.

Inilah yang menarik jenis jaje yang dijual semakin lama semakin viral dengan sebutan jaje jande merias karne yang jual umumnye jande-jande. Mereka merias dirinye agar jajannya laku atau habis terjual.

Para pembeli saat itu secara iseng-iseng sering menamakan jaje jande merias. Karena ketika pembeli bertanya kepada penjual, apa nama jaje ini, sang penjual tersenyum dan spontanitas agar pembeli senang sehingga jaje bisa laku, ya jawab jaje jande merias, nama lain jaje kupe kupe.

Sejak saat itulah masyarakat di tahun 1980-an mengenal name jaje jande merias. Dibalik nama jaje jande merias, ada sisi-sisi sosial, sebuah perjalanan hidup tentang semangat kemanusiaan untuk bertahan menghidupi anggota keluarga dengan berjualan jaje setiap hari, keluar masuk kampung berjalan di teriknya matahari.

Itulah kenyataan dari perjuangan hidup yang keras para kaum perempuan Loloan Barat di tahun 1980-an. Bagi yang penasaran mari silahkan mampir ke Loloan, baik di Loloan Timur maupun Loloan Barat banyak dijumpai jaje jande merias berbahan alami dan tanpa pengawet. []

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *