- Harapan Baru Buat Petani dan Industriawan Atsiri
DENPASAR – Indonesia sangat kaya dengan berbagai sumber daya alam, baik berupa sumber daya tambang, seperti minyak dan gas bumi, batubara, nikel, bijih besi, boksit, dll. Di Samping Itu juga kekayaan alam berupa sumber daya hayati, yang melimpah-ruah, di antaranya berupa tanam- tanaman rempah dan penghasil minyak atsiri
seperti serai wangi, nilam, akar wangi, kayu putih, sirih, dll.
Jika Kongo – pemilik hutan tropis terluas di Afrika memiliki sekitar 15 – 20 spesies tanaman penghasil atsiri dan Brazillia – negara pemilik hutan tropis terluas di dunia, memiliki 35 – 45 spesies tanaman penghasil atsiri, maka di Indonesia hingga kini telah ditemukan sekitar 150 – 200 spesies tanaman penghasil atsiri. Dan hampir setiap tahun ditemukan tanaman baru yang dapat menghasilkan
minyak atsiri.
Nilam
Salah satu tanaman penghasil minyak atsiri di Indonesia adalah tanaman nilam. Bahkan saat ini minyak atsiri nilam dan serai wangi asal Indonesia telah mendominasi di pasar dunia.
Namun sayangnya, dengan rendemen dan kualitas minyak yang rendah menyebabkan para industri minyak nilam maupun para petani nilam belum bisa memperoleh keuntungan usaha secara optimal. Namun ada informasi yang bisa membawa harapan baru bagi para industriawan atsiri maupun para petani nilam di tanah air.
Nuri Mandan Sari (32 tahun), salah seorang Peneliti pada Laboratorium Inovasi Ulul Albab, telah berhasil menemukan formula inokulan yang dia namakan RLS (Rhizophus Ligno Selullosa).
Kegunaan RLS yang utama adalah untuk memfermentasi daun nilam atau bahan penghasil atsiri lainnya sebelum bahan tersebut didestilasi (disuling). Dengan proses fermentasi dengan RLS tersebut diharapkan akan dapat : Meningkatkan rendemen minyak hasil penyulingan dan dapat meningkatkan kualitas (fisika – kimia) pada minyak hasil penyulingan.
Limbah penyulingan (ampas daun nilam) yang biasanya dibuang atau hanya untuk kompos, akan bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak. Hal ini disebabkan dalam RLS terdapat mikroba penghasil ligninase dan selulase yang dapat mendegradasi lignin dan selulosa, senyawa yang amat sulit dicerna, dalam saluran pencernaan ternak.
Dengan terdegradasinya lignin dan selulosa menjadi senyawa karbohidrat yang lebih sederhana maka akan menjadi mudah dicerna oleh ternak. Bahan ini bisa diolah dan dicampur bahan lain sehingga menjadi konsentrat (pakan penguat) buat sapi atau kambing. Bahkan mungkin pula untuk pakan unggas, sehingga nilai ekonomi limbah daun nilam akan meningkat.
Untuk mengetahui nilai dampak positif dari penggunaan RLS untuk fermentasi daun nilam, rencananya akan dilakukan uji coba pada proses penyulingan nilam oleh salah seorang industriawan minyak nilam di Negara, Kabupaten Jembrana.
Pada saat ini, di Jembrana ada sekitar 40-an orang petani nilam. Disamping itu, petani nilam juga ada di Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng. (ual)