- Untuk Mewujudkan Kesetaraan Pendidikan
Esai Dr. Surayanah *)
Akses Pendidikan di Daerah Terpencil Jadi Tantangan Berat Pemerintah
AKSES pendidikan dasar di daerah perbatasan masih menjadi persoalan yang belum terpecahkan. Staf Ahli Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Hubungan Pusat dan Daerah, James Modouw, menyatakan bahwa anak-anak di daerah terpencil menghadapi kesulitan dalam mengenyam pendidikan karena jarak yang jauh dan kondisi jalan yang berat. Selain itu, jumlah guru yang mengajar di daerah tersebut juga sedikit, sehingga sulit mendirikan sekolah baru. Salah satu solusinya adalah dengan membuat asrama, tetapi membutuhkan dana yang cukup besar.
Pemerintah saat ini melakukan dua program untuk pemerataan pendidikan di daerah perbatasan, yaitu mengawal anak-anak berprestasi untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi dan membangun sekolah terbuka seperti SMP terbuka, SMA terbuka, dan sekolah paket.
Namun, kendala utamanya adalah kesulitan bagi guru untuk melakukan mentoring karena biaya transportasi yang mahal dan terbatasnya akses transportasi.
James berharap pemerintah daerah ikut berperan dalam menyelesaikan masalah ini, karena pendidikan dasar memegang peran penting dalam membangun kualitas manusia. (Kompas)
Pendidikan merupakan hak asasi setiap individu, sekaligus kunci untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan suatu bangsa. Namun, di Indonesia, aksesibilitas pendidikan masih menjadi isu yang kompleks dan membutuhkan perhatian serius.
Meskipun telah ada upaya besar-besaran dalam meningkatkan aksesibilitas pendidikan, masih banyak tantangan yang perlu diatasi agar setiap anak dan individu dewasa memiliki kesempatan yang adil untuk mendapatkan pendidikan berkualitas. Aksesibilitas mengarah pada kemudahan yang tersedia untuk individu atau kelompok dalam mengakses suatu lokasi, tempat, daerah, layanan, informasi, dan sumber daya.
Aksesibilitas sendiri dapat mencakup beberapa aspek kehidupan, aspek tersebut mencakup dalam akses fisik ke bangunan atau fasilitas, akses transportasi, akses web dan teknologi informatika, akses layanan kesehatan, akses pendidikan, akses pekerjaan, serta akses terhadap informasi dan komunikasi secara umum.
Aksesibilitas memiliki peran penting dalam proses tercapainya tujuan pendidikan yang baik. Apabila suatu akses ke sekolah sulit untuk di tempuh, maka pendidikan di tempat tersebut akan mengalami penurunan juga karena terganggunya proses pembelajaran. Seperti adanya kekurangan sarana dan prasarana dalam belajar, hal ini tentunya akan menyebabkan ketertinggalan dalam belajar.
Aksesibilitas sekolah terpencil merupakan masalah yang sering dihadapi oleh beberapa negara, salah satunya di Indonesia. Masalah ini merupakan salah satu masalah pendidikan yang ada di Indonesia yang masih sulit diatasi oleh pemerintah, karena pemerintah sudah melakukan beberapa upaya untuk mengatasinya namun masalah ini masih juga belum teratasi dengan baik.
Masalah aksesibilitas di Indonesia ini banyak ditemukan di daerah-daerah perbatasan ataupun daerah-daerah terpencil yang memiliki akses jalan berbahaya dan terjal untuk menuju sekolah. Permasalahan ini dihadapi oleh siswa dan pendidik dalam mengakses sekolah karena lokasi sekolah yang jauh dari pusat kota dan pusat keramaian.
Hal ini dapat menghambat upaya siswa yang berada di daerah terpencil dalam memperoleh pendidikan yang layak dan setara dengan para siswa yang berada di daerah jauh lebih baik aksesibilitasnya.
Sebagian besar daerah terpencil di Indonesia masih memiliki jalanan yang cukup buruk, daerah-daerah terpencil masih sulit dijangkau karena memiliki sarana dan prasarana transportasi yang sangat minim untuk didapat. Masih banyak ditemukan jalanan berupa batuan dan jalanan licin pada daerah terpencil, akibatnya transportasi umum tidak menjangkau daerah tersebut.
Selain masalah akses sulit menuju sekolah, banyak juga sekolah yang kekurangan dalam sarana dan prasarana untuk kebutuhan kegiatan belajar. Banyak sekolah yang masih belum memiliki laboratorium, perpustakaan, Unit Kesehatan Sekolah (UKS), bahkan banyak sekolah yang kurang layak untuk belajar karena terdapat lubang-lubang di dinding kelas dan juga atap yang bocor.
Banyak juga sekolah di daerah terpencil yang sering terkena banjir akibat dari alokasi sekolah yang kurang strategis, sehingga siswa dan pengajar tidak dapat melakukan kegiatan belajar mengajar.
Akibat sulitnya akses ke sekolah, banyak guru yang masih takut untuk menerima tawaran mengajar pada daerah-daerah terpencil. Akibatnya di daerah-daerah terpencil masih kekurangan guru yang memiliki kualifikasi yang memadai sehingga guru masih memiliki kemampuan yang kurang dalam pendalaman materi yang akan mereka ajarkan.
Buku-buku yang tersedia untuk menunjang kegiatan belajar belum mencukupi kebutuhan yang ada. Jalan yang cukup sulit dilalui angkutan-angkutan umum menyebabkan harga ongkos angkutan tersebut mahal, sehingga tunjangan-tunjangan yang dibutuhkan sekolah masih sangat sulit untuk didapatkan.
Sedangkan sekolah di daerah terpencil atau daerah perbatasan sendiri jauh dari pusat perbelanjaan dan pusat keramaian, jadi masih sulit untuk mendapatkan fasilitas tersebut di lingkungan sekitar. Keterbatasan sekolah di daerah terpencil tidak hanya dalam akses transportasi dan fasilitas, namun sekolah di daerah terpencil cenderung mengalami keterbatasan akses internet juga.
Sekolah yang berada di daerah terpencil hanya mengandalkan tunjangan buku dari pemerintah karena akses internet yang sulit dijangkau sehingga siswa tidak bisa mencari sumber ajar dari internet. Hal ini sangat mempengaruhi pengetahuan yang diperoleh siswa karena mereka mengalami keterbatasan dalam mendapatkan materi pembelajaran.
Aksesibilitas pendidikan juga terkait erat dengan kesetaraan gender. Meskipun Indonesia telah mencapai kemajuan dalam hal kesetaraan gender di bidang pendidikan, masih ada tantangan yang perlu diatasi.
Beberapa daerah masih memiliki budaya yang menghambat partisipasi perempuan dalam pendidikan, seperti adanya pernikahan anak, beban kerja rumah tangga yang berat, atau stereotip gender yang membatasi aspirasi perempuan dalam hal pendidikan.
Penting untuk memberikan kesadaran kepada masyarakat luas akan pentingnya pendidikan bagi perempuan dan memberikan dukungan dalam bentuk program beasiswa atau pengembangan keterampilan untuk mendorong partisipasi perempuan dalam pendidikan. Selain upaya-upaya tersebut, penting juga untuk memperkuat kesadaran dan pentingnya pendidikan di masyarakat.
Pendidikan harus dianggap sebagai investasi jangka panjang yang akan membantu meningkatkan kualitas hidup dan pembangunan negara. Program-program kampanye dan penyuluhan tentang pentingnya pendidikan harus dilakukan secara terus menerus untuk mengubah mindset dan memotivasi masyarakat untuk mengutamakan pendidikan.
Masalah yang ditemukan dalam proses meningkatkan aksesibilitas di sekolah daerah daerah terpencil sangat beragam dan hal ini masih membutuhkan solusi yang holistik atau menyeluruh. Solusi holistik yang dimaksud dalam mengatasi permasalahan ini yaitu diperlukannya upaya untuk membangun infrastruktur transportasi yang memadai seperti jalan raya, jembatan, dan transportasi umum, serta peningkatan akses ke sarana pendidikan seperti pembangunan sekolah baru atau rehabilitasi sekolah yang sudah ada.
Pendekatan inovatif juga dapat membantu siswa yang kurang mampu dalam kondisi ekonominya, seperti pemberian beasiswa bidikmisi serta pemenuhan biaya pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Pemberian beasiswa ini ditujukan agar siswa dapat memiliki masa depan yang lebih layak lagi, apalagi di daerah terpencil pemahaman mengenai pentingnya pendidikan masih sangat minim.
Banyak masyarakat daerah terpencil yang masih mengesampingkan pendidikan dan beranggapan bahwa pendidikan hanya formalitas semata. Untuk pemberian bantuan kepada siswa perlu peran aktif dari pemerintah, lembaga swadaya masyarakat sekitar, dan sektor swasta. Dengan begitu, dalam upaya mengatasi masalah aksesibilitas sekolah terpencil ini memerlukan pendekatan holistik yang melibatkan semua pihak terkait.
Peran pemerintah dalam mengatasi aksesibilitas sekolah terpencil ini sendiri yaitu dengan memberikan dukungan keuangan dan kebijakan yang dapat meningkatkan aksesibilitas sekolah. Secara keseluruhan, meningkatkan aksesibilitas sekolah terpencil adalah suatu tantangan yang kompleks dan memerlukan upaya dari berbagai pihak untuk mencapai hasil yang maksimal.
Namun, dengan pendekatan yang tepat dan kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, diharapkan dapat menciptakan aksesibilitas yang lebih baik dan memungkinkan siswa di daerah terpencil untuk memperoleh pendidikan yang setara dengan siswa di daerah perkotaan.
Dalam mengatasi tantangan aksesibilitas di sekolah-sekolah di daerah terpencil tersebut, diharapkan pemerintah dapat mengambil tindakan-tindakan yang dapat menyamaratakan sarana dan prasarana yang tersedia di setiap sekolah dengan sebaik mungkin.
Hal pertama yang dapat dilakukan pemerintah yaitu dengan memperbaiki infrastruktur transportasi dan telekomunikasi di daerah-daerah terpencil. Pemerintah harus memperbaiki jalan-jalan menuju akses sekolah, membangun sarana transportasi yang handal, dan menyediakan akses internet yang dapat dijangkau di daerah-daerah terpencil.
Selain itu, diperlukan alokasi dana yang merata untuk membangun pendidikan di daerah-daerah terpencil. Meskipun pendidikan dasar di Indonesia sebagian besar bersifat gratis, biaya tambahan seperti seragam, buku, transportasi, dan biaya hidup kadang-kadang menjadi hambatan bagi keluarga miskin untuk mengirimkan anak-anak mereka ke sekolah.
Pemerintah dapat meningkatkan anggaran pendidikan yang mencukupi dan memastikan tersedianya fasilitas-fasilitas yang memadai, baik berupa buku tunjangan pembelajaran, membangun bangunan yang, akses jalan, dan peralatan pembelajaran lainnya.
Dana tersebut juga harus dialokasikan untuk pelatihan guru dan pengembangan kurikulum yang relevan dengan kebutuhan daerah-daerah terpencil tersebut.
Selanjutnya, program kesadaran dan advokasi perlu dilakukan untuk membangun pemahaman tentang pentingnya pendidikan di masyarakat. Kampanye mengenai informasi dan pendidikan harus dilakukan dengan tujuan melibatkan peran orang tua siswa dan masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu sekolah di daerah terpencil.
Keterlibatan orang tua dan masyarakat dapat mendorong kemajuan suatu sekolah karena dengan peran keduanya kegiatan pembelajaran yang berlangsung akan terlaksana dengan baik dan lancar. Dukungan dari orang tua siswa sangat berpengaruh besar terhadap motivasi belajar siswa, apabila orang tua mendukung anaknya dengan penuh untuk menuntut ilmu agar mendapat pengetahuan dengan baik maka anak akan merasa termotivasi dan akan mengikuti kegiatan belajar dengan baik pula.
Hal ini akan mempengaruhi mutu sekolah karena apabila siswa memiliki motivasi untuk berprestasi maka sekolah akan mendapatkan imbal balik berupa nama baik yang diperoleh ketika siswa mendapat suatu prestasi.
Selain itu, ada juga peluang dalam meningkatkan aksesibilitas pendidikan di Indonesia. Salah satunya adalah melalui teknologi dan pendidikan jarak jauh. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah membuka pintu bagi pendidikan yang lebih inklusif dan terjangkau.
Dengan memanfaatkan internet dan perangkat digital, siswa di daerah terpencil dapat mengakses materi pembelajaran secara online, mengikuti kelas daring, dan berinteraksi dengan guru dan siswa lainnya di seluruh Indonesia. Hal ini memungkinkan mereka untuk mendapatkan pendidikan berkualitas tanpa harus meninggalkan desa mereka. Pemerintah harus terus memperluas jaringan internet di seluruh negeri dan menyediakan aksesibilitas teknologi yang terjangkau bagi semua siswa.
Kemudian, pemerintah dapat mengambil langkah-langkah khusus untuk menyediakan pendidikan yang inklusif di daerah terpencil. Pemerintah juga dapat mendorong kolaborasi antara sekolah-sekolah terdekat untuk berbagi sumber daya dan memberikan dukungan tambahan. Dengan begitu kebutuhan sekolah antara satu sekolah dengan sekolah yang lain dapat tercukupi.
Secara keseluruhan, aksesibilitas sekolah di daerah terpencil memiliki banyak penyebab, termasuk kurangnya infrastruktur transportasi dan telekomunikasi, keterbatasan sumber daya dan dana, faktor geografis, serta kurangnya kesadaran dan komitmen dari pemerintah dan masyarakat.
Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan investasi, alokasi dana yang memadai, program kesadaran, dan langkah-langkah khusus untuk memastikan bahwa anak-anak di daerah terpencil memiliki akses yang setara terhadap pendidikan. []
*) Penulis adalah Dosen Universitas Negeri Malang