Pak Koster dan Kedekatannya Dengan Kalangan Islam Bali

Oleh Umar Ibnu Alkhatab *)

KEDEKATAN Pak Koster dengan kalangan Islam tentu saja sudah terjadi sejak lama. Jika kita merujuk pada tempat kelahirannya di Buleleng, maka kedekatan itu tidak dapat dipungkiri. Meski di tengah mayoritas masyarakat Hindu, keberadaan masyarakat muslim di Buleleng memiliki sejarah panjang yang turut mewarnai kebudayaan di Bali.

Dan Pak Koster tentu saja tahu dengan jelas sejarah tersebut. Apalagi Desa Sembiran, tempat kelahiran Pak Koster, berdampingan dengan Desa Julah, tempat di mana terdapat komunitas muslim Batugambir hidup berdampingan dengan saudaranya komunitas Hindu. Tidaklah mengherankan jika pada suatu kesempatan bertemu dengan warga NU Bali, Pak Koster menyatakan bahwa ia merasa nyaman dan bangga saat berada di tengah-tengah warga muslim.

Secara umum, kedekatan Pak Koster dengan kalangan Islam disumbangkan oleh kehidupannya saat berkuliah di Bandung dan beraktivitas sebagai anggota parlemen di Senayan, di samping tentu saja dipengaruhi juga oleh interaksi beliau dengan anggota organisasi masyarakat Islam di tanah air, seperti Muhammadiyah dan NU.

Pengalaman berinteraksi tersebut membawa Pak Koster ke alam pikiran yang lebih inklusif di mana menerima keberagaman agama sebagai sesuatu yang tidak bisa ditolak. Inklusifitas pemikirannya tersebut telah merangsang Muhammadiyah Bali dan NU Bali untuk secara kompak mendukung pencalonannya sebagai Gubernur Bali pada tahun 2018 lalu.

Selama menjadi Gubernur Bali, kedekatan Pak Koster dengan kalangan Islam Bali bisa dilihat dari berapa seringnya beliau menghadiri kegiatan yang diselenggarakan oleh organisasi Islam di Bali, seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bali, Muhammadiyah, dan NU Bali. Selain itu beliau kerap hadir dalam acara partai yang dekat dengan Islam, seperti Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Bulan Bintang (PBB), dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Menariknya, kedekatannya dengan semua organisasi dan partai yang bercorak Islam itu justru dipakai oleh Pak Koster untuk mengkampanyekan pentingnya menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang telah dibangun founding fathers dengan dasar keanekaragaman di mana perbedaan agama, suku, budaya, bahasa dan ras telah membuat bangsa Indonesia kuat.

Ketika menghadiri acara Milad Muhammadiyah ke-107 Tahun 2019 di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Tabanan, Pak Koster secara gamblang mengutarakan bahwa Bali memiliki sejarah yang panjang jika berbicara menyangkut toleransi dan kerukunan antar umat beragama. Karena itu, Bali harus dijaga sebagai sebuah pulau yang penuh toleransi.

Bahkan Pak Koster menegaskan bahwa dirinya adalah Gubernurnya masyarakat Bali yang majemuk dan beragam. Bagi Pak Koster, meskipun Bali merupakan pulau dengan mayoritas pemeluk Hindu, namun beragam orang dengan agama dan suku yang datang dan menetap di Bali, akan menjadi warga Bali yang patut dilindungi.

Kedekatan Pak Koster dengan kalangan Islam Bali membuatnya sering tampil membela kepentingan kalangan Islam dengan menggunakan dalil vitalitas keragaman tersebut. Saat muncul pro dan kontra wacana Danau Toba dan Bali akan dijadikan wisata halal dan ramah wisatawan muslim, Pak Koster sebagai Gubernur Bali justru merasa keberatan jika Bali tidak ramah muslim.

Bagi Pak Koster, Bali dari dulu berkembang dengan pariwisata berbasis budaya, dan karena itu Bali sangat toleran, terhadap wisatawan, tanpa memandang agama, ras, dan suku tertentu. Pak Koster juga tampil meluruskan soal pembangunan kantor MUI Bali.

Menurut Pak Koster, pembangunan kantor MUI menggunakan biaya swadaya, tidak meminta bantuan dana kepada Gubernur. Pihak MUI hanya memohon Gubernur untuk meletakkan batu pertama pembangunan dan memohon arahan.

Sebagai Gubernur, menurut Pak Koster, ia harus mengayomi dan melindungi masyarakat Bali, semua umat bergama dan komponen masyarakat lainnya, dan karena itu ia bersedia hadir untuk meletakkan batu pertama pembangunan kantor MUI Bali.

Terakhir, Pak Koster dengan tegas menolak kehadiran Timnas Israel yang akan berlaga dalam Piala Dunia U-20 di Bali demi menjaga suasana kebatinan umat Islam yang mendukung perjuangan rakyat Palestina agar terhindar dari kekejaman Israel dan demi menjalankan amanah konstitusi.

Akhirnya, kita setuju dengan pujian mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah, Dr. Din Syamsudin, bahwa Pak Koster adalah sosok kepala daerah yang punya pandangan dan visi kebangsaan serta kenegaraan. Menurut Din Syamsuddin, jarang sekali ada kepala daerah dengan wawasan kenegaraan seluas Pak Gubernur Bali, dan karena itu warga Bali harus bersyukur.

Bahkan Sekretaris Jenderal Rabithah Alam Islami, Syeikh Muhammad bin Abdul Karim Al Issa, menyatakan sangat senang dengan pemikiran Pak Koster terkait toleransi dan menyatakan bahwa peristiwa pertemuannya dengan Pak Koster tidak akan pernah terlupakan. []

Tabanan, 4 Agustus 2023

* ) Penulis adalah Pengamat Kebijakan Publik

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *