Cerita Kampung dan Tokoh Muslim di Buleleng Barat-Bali (5-Habis)
Pada Sabtu (20/5/2023), Koordinator Forum Pemerhati Sejarah Islam (FPSI) Buleleng, Amoeng Abdurrahman, dan anggota FPSI Ketut Muhammad Suharto, Dodi Irianto dan Yahya Umar mengunjungi tokoh masyarakat Muslim Sumberkima, H. Ibnu Amal, di Banjar Dinas Mandarsari, Desa Sumberkima, Kecamatan Gerokgak, Bali. Pertemuan mendiskusikan sejarah dan perkembangan masyarakat Muslim di Sumberkima. Hasilnya ditulis dalam beberapa laporan. Berikut laporan kelima (terakhir) dari diskusi tersebut.
MASYARAKAT Bugis Mandar di Sumberkima mencatatkan tokohnya sebagai pejuang pada era penjajahan Belanda dan Jepang. Namanya Muhammad Sibawai.
Kisah perjuangan Muhammad Sibawai ini diungkapkan H. Ibnu Amal. Tokoh ini dikenal masyarakat sebagai yang aktif menentang penjajahan, baik di masa penjajahan Belanda maupun masa penjajahan Jepang.
Muhammad Sibawai merupakan putra dari paman H. Ibnu Amal. Cucu dari Daeng Siajang. Daeng Siajang merupakan salah satu dari enam tokoh Bugis Mandar yang pertama kali merabas hutan belantara Sumberkima.
Menurut H. Ibnu Amal, Muhammad Sibawai berjuang sejak umur masih muda. Yakni saat berusia 18 tahun. Ia bersama-sama pemuda-pemuda lain ikut berjuang melawan penjajah.
Dijelaskan, Muhammad Sibawai masuk dalam tiga sosok pemuda pejuang di Buleleng barat. Mereka adalah Nengah Kaler, Pak Nusi (warga Kampung Bugis di Patas), dan Muhammad Sibawai.
Mereka bertiga berkawan dan berjuang bersama-sama melawan penjajahan, baik ketika penjajahan Belanda, Jepang hingga perjuangan fisik mempertahankan Kemerdekaan melawan tentara NICA.
“Muhammad Sibawai ini dimasukkan drum dan diseret pakai drum itu oleh Jepang dibawa ke Denpasar, karena dia dianggap pemberontak. Sejak zaman Belanda beliau gerilya. Beliau juga membawa senjata melawan penjajah,” jelas H. Ibnu Amal.
Menurutnya, karena Muhammad Sibawai diseret dengan drum oleh Jepang, ayahnya jadi kepikiran dan jatuh sakit. Akhirnya ayah Muhammad Sibawai meninggal dunia saat Muhammad Sibawai masih dalam tahanan penjajah Jepang. Ketika Muhammad Sibawai kembali ke Sumberkima, ia sudah tida bertemu ayahnya lagi.
Selain Muhammad Sibawai, menurut H. Ibnu Amal, ada anak Daeng Siajang bernama Rahmah yang mengantar makanan ke para pejuang di Sumberkima. Perempuan ini menjadi semacam penghubung antara para pemuda yang bergerilya dengan masyarakat. (bs)