“Mekila”, Tradisi Silaturahmi Khas Warga Muslim Kampung Kajanan Singaraja

  • Sempat Puluhan Tahun Tak Aktif, Kini Kembali Dibangkitkan oleh Pengurus Takmir Masjid Kuna Keramat

BULELENG Mekila, yang merupakan tradisi silaturahmi usai hari raya Idul Fitri dilaksanakan warga Muslim Kampung Kajanan Singaraja, Bali, Senin (24/4/2023) dan Selasa (25/4/2023). Tradisi ini sempat menghilang, dan kembali dibangkitkan oleh pengurus Takmir Masjid Kuna Keramat Singaraja sejak dua tahun lalu.

Di zaman dulu, mekila dilakukan dari rumah ke rumah. Begitu usai sholat Idul Fitri, warga Muslim berkeliling mendatangi rumah-rumah warga secara bergiliran. Sambil berjalan, warga membacakan syair Alhamduliman, diiringi hadrah. Warga yang dikunjungi, kemudian ikut bergabung untuk mengunjungi warga lainnya. Begitu seterusnya.

Kini, tradisi tersebut dilaksanakan sedikit berbeda. Waktu pelaksanaannya H+2 setelah hari raya Idul Fitri. Seperti mekila pada tahun 2023 ini, dilaksanakan pada Senin (24/4/2023), dua hari setelah hari raya Idul Fitri 2023/1444 H yang jatuh pada Sabtu (22/4/2023). Acara mekila tahun 2023 dilaksanakan selama dua hari, Senin (24/4/2023) dan Selasa (25/4/2023).

Bedanya lagi, yang didatangi adalah rumah-rumah para sesepuh Kampung Kajanan dan para pengurus Takmir Masjid Kuna Keramat. Pada hari pertama, Senin (24/4/2023), yang dikunjungi antara lain rumah Ketua Takmir Masjid Kuna Keramat Muhammad Hisam, dilanjutkan ke tokoh Kampung Kajanan yang juga mantan Ketua MUI Kabupaten Buleleng, Ustadz H. Abdurahman Said, rumah pengurus takmir Agus Darmawan, serta sesepuh/tokoh masyarakat Kampung Kajanan, Ustadz H. Abdurahman Alawi, serta rumah beberapa pengurus dan tokoh lainnya.  

Warga Muslim yang ikut mekila semula berkumpul di Masjid Kuna Keramat. Sebelum berangkat, acara dimulai dengan pembacaan Alhamduliman, sebuah syair yang berisi puji-pujian kepada Allah SWT, sebagai ungkapan rasa syukur atas rahmat dan nikmat dianugrahkan-Nya. Setelah itu, warga bersama-sama menuju rumah pengurus/sesepuh/tokoh kampung.

Sampai di rumah yang dituju, kembali dibacakan syair Alhamduliman secara bersama-sama. Setelah itu dilanjutkan dengan menyantap kuliner yang disajikan tuan rumah. Acara diakhiri dengan doa dan salam-salaman, lalu berlanjut menuju rumah pengurus/sesepuh/tokoh berikutnya.

Sesepuh Kampung Kajanan, Ustadz H. Abdurahman Alawi, menuturkan, tradisi mekila sudah lama tidak pernah diaktifkan. “Sudah sekian puluh tahun tidak pernah diaktifkan (tradisi mekila-red). Baru beberapa tahun belakangan ini yang muda-muda rupanya kangen dengan tradisi lama ini. Zaman dulu, malah lurah (perbekel)-nya yang mempelopori acara mekila ini. Sehingga semua warga ikut serta,” papar Ustadz H. Abdurahman Alawi di sela-sela menerima pengurus Takmir Masjid Kuna Keramat yang melaksanakan mekila.

Menurutnya, pembacaan Alhamduliman, merupakan ucapan pujian. Yakni pujian dan rasa terima kasih untuk Allah SWT. “Makna mekila ini adalah silaturahmi atau sambung rasa. Kalau satu satu (berkunjung ke rumah warga) mungkin waktunya tidak cukup. Kalau beramai-ramai atau berjamaah, bisa lebih cepat,” katanya.

Ustadz H. Abdurahman Alawi juga menceritakan bahwa zaman dulu, mekila diiringi dengan rebana atau hadrah saat warga berkeliling dari rumah ke rumah. “Saya waktu kecil mengalami. Dulu lebih meriah, karena langsung perbekelnya yang memimpin acara mekila ini. Perbekelnya yang memelopori. Jadinya warga semua kompak,” tuturnya.

Sementara kuliner yang dihidangkan, menurut Ustadz H. Abdurahman Alawi, ya apa adanya. Apa yang ada di rumah ya itu yang disajikan kepada peserta mekila.

Ustadz H. Abdurahman Alawi mengaku punya kenangan lucu dan berkesan ketika ikut mekila atau keliling dari rumah ke rumah sesuai Idul Fitri saat masih kecil. Kata dia, biasanya setiap usai mekila kantong pakaiannya selalu penuh dengan jajan atau kue-kue.

“Soalnya kalau di beberapa rumah yang kita masuki, kita tidak sempat mencicipi jajannya, ya kita kantongi untuk dibawa pulang. Dulu belum ada tas kresek. Kadang-kadang pakai sapu tangan untuk membungkus jajan atau kue,” ujar Ustadz H. Abdurahman Alawi.

Sementara Sekretaris Takmir Masjid Kuna Keramat Singaraja, Muhammad Mujib, mengatakan, sebagai pemuda dan pengurus Takmir Masjid Kuna Keramat, pihaknya akan meneruskan tradisi mekila ini. “Ini masuk dalam program Takmir Masjid Kuna Keramat. Untuk tahun ini, mekila kita laksanakan di H+2 di selama dua hari berturut-turut,” jelasnya.

Menurutnya, untuk sementara, mekila dilaksanakan ke rumah-rumah pengurus takmir dan jamaah Masjid Kuna Keramat. “Mekila ini baru sejak dua tahun lalu kami bangkitkan kembali. Insya Allah kita akan laksanakan setiap tahun,” kata Mujib. (bs)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *