Oleh Awang Yonar Prakosa *)
PANCASILA adalah ideologi dasar negara Indonesia yang terdiri dari lima nilai, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Nilai-nilai Pancasila menjadi dasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Namun, belakangan ini, retrogresi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara semakin terasa. Retrogresi nilai-nilai Pancasila ini bisa terjadi karena berbagai faktor, antara lain globalisasi, modernisasi, dan radikalisme agama.
Globalisasi dan modernisasi membawa dampak positif dan negatif bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Di satu sisi, globalisasi dan modernisasi membawa perkembangan teknologi dan ekonomi yang pesat. Namun, di sisi lain, globalisasi dan modernisasi membawa budaya asing yang dapat merusak nilai-nilai lokal. Dalam hal ini, Pancasila sebagai nilai-nilai lokal Indonesia dapat tergerus oleh budaya asing yang tidak sejalan dengan Pancasila.
Contohnya, maraknya budaya konsumerisme yang membawa pengaruh negatif bagi masyarakat Indonesia. Konsumerisme membuat masyarakat Indonesia lebih mengutamakan kepentingan pribadi dan materialisme dibandingkan dengan nilai-nilai Pancasila seperti kebersamaan dan gotong-royong.
Selain itu, retrogresi nilai-nilai Pancasila juga dapat terjadi karena radikalisme agama. Radikalisme agama merupakan bentuk dari ekstremisme yang muncul dalam masyarakat. Pada dasarnya, agama yang dianut oleh masyarakat Indonesia mengajarkan nilai-nilai yang sejalan dengan Pancasila. Namun, radikalisme agama mengajarkan pemahaman agama yang sempit dan tidak toleran terhadap perbedaan. Hal ini dapat merusak nilai-nilai Pancasila seperti persatuan Indonesia dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Contohnya, kasus intoleransi agama yang marak belakangan ini seperti penolakan terhadap keberadaan gereja atau penyerangan terhadap kelompok agama tertentu.
Retrogresi nilai-nilai Pancasila juga dapat terjadi karena faktor internal dalam masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia masih terkendala oleh masalah-masalah sosial seperti korupsi, kemiskinan, dan ketimpangan sosial. Hal ini mengakibatkan rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia dan ketidakmerataan pembangunan. Akibatnya, masyarakat Indonesia cenderung merasa tidak memiliki kepercayaan terhadap pemerintah dan nilai-nilai yang diusung oleh Pancasila. Selain itu, kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak pro-rakyat juga dapat menyebabkan terjadinya retrogresi nilai-nilai Pancasila. Contohnya, kebijakan-kebijakan yang merugikan lingkungan hidup dan kebijakan-kebijakan yang tidak memperhatikan hak-hak masyarakat seperti hak atas kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan yang layak.
Untuk mengatasi retrogresi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, dibutuhkan upaya yang serius dari berbagai pihak. Pemerintah sebagai pemimpin negara harus memperkuat implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kebijakan-kebijakan yang dibuat. Hal ini bisa dilakukan dengan mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila ke dalam kurikulum pendidikan, program-program pembangunan, dan kebijakan-kebijakan sosial lainnya. Selain itu, pemerintah juga harus memberikan contoh dalam mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam setiap tindakan dan keputusan yang diambil.
Masyarakat juga memegang peranan penting dalam mengatasi retrogresi nilai-nilai Pancasila. Masyarakat perlu memperkuat kesadaran akan pentingnya nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kesadaran ini bisa didorong melalui program-program sosialisasi dan edukasi tentang Pancasila, baik di sekolah maupun di masyarakat. Selain itu, masyarakat perlu membangun solidaritas dan gotong-royong dalam mengatasi berbagai masalah sosial yang dihadapi. Solidaritas dan gotong-royong merupakan nilai-nilai Pancasila yang harus dijaga dan diperkuat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Media massa juga memiliki peranan penting dalam mengatasi retrogresi nilai-nilai Pancasila. Media massa harus memainkan peran sebagai penjaga nilai-nilai Pancasila dan memperkuat kesadaran masyarakat akan nilai-nilai tersebut. Hal ini bisa dilakukan dengan memberikan liputan yang seimbang dan tidak memihak pada kepentingan tertentu. Media massa juga bisa berperan sebagai penyedia informasi yang akurat dan objektif sehingga masyarakat bisa lebih memahami nilai-nilai Pancasila dan bagaimana mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Di era digital seperti sekarang, penggunaan teknologi informasi juga bisa dimanfaatkan untuk memperkuat nilai-nilai Pancasila. Teknologi informasi bisa digunakan untuk menyebarkan informasi dan pendidikan tentang Pancasila secara luas dan mudah diakses oleh masyarakat. Selain itu, teknologi informasi juga bisa dimanfaatkan untuk membangun komunikasi dan kolaborasi yang lebih efektif antara pemerintah, masyarakat, dan media massa dalam mengatasi retrogresi nilai-nilai Pancasila.
Secara keseluruhan, retrogresi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara merupakan masalah yang serius dan perlu segera diatasi. Upaya untuk mengatasi retrogresi nilai-nilai Pancasila harus dilakukan oleh berbagai pihak, baik pemerintah, masyarakat, media massa, dan penggunaan teknologi informasi. Dalam mengatasi retrogresi nilai-nilai Pancasila, penting untuk memperkuat kesadaran dan implementasi nilai-nilai Pancasila dalam setiap tindakan dan keputusan yang diambil. Dengan demikian, nilai-nilai Pancasila bisa menjadi landasan yang kokoh bagi kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik di masa depan. Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk berperan aktif dalam memperkuat dan mengembangkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. (bs)
*) Ketua Bidang Media dan Komunikasi PC IMM Buleleng