BULELENG – World Mosquito Program (WMP) dan Pemerintah Daerah Bali, dengan dukungan dari Pemerintah Australia dan Gillespie Family Foundation, bekerja sama untuk mewujudkan “Bali terhindar dari dengue” dengan menggunakan metode Wolbachia.
Metode ini dikembangkan dengan memasukkan bakteri Wolbachia pada nyamuk aedes aegypti. Bakteri ini dapat menghentikan kemampuan nyamuk tersebut dalam menularkan penyakit dengue dan penyakit lainnya yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti.
Metode ini dipelopori oleh ilmuwan dari Monash University, Australia. Hingga saat ini, metode Wolbachia telah diimplementasikan di 12 negara di seluruh dunia.
WMP dan Pemerintah Daerah Bali akan melepaskan nyamuk ber-Wolbachia di seluruh wilayah perkotaan di Bali pada tahun 2023-2025 untuk melindungi sekitar tiga juta penduduk dari penyakit dengue. Kampanye tentang metode Wolbachia kepada masyarakat Bali akan dimulai pada pertengahan tahun ini. Sementara pelepasan nyamuk akan dimulai pada akhir tahun 2023.
Selama beberapa dekade, penyakit dengue telah merugikan masyarakat, sistem kesehatan, dan ekonomi di Bali. Pada tahun 2020, Bali, dari seluruh provinsi di Indonesia, memiliki angka insidensi penyakit dengue tertinggi dengan sekitar 270 kasus per 100.000 penduduk.
“WMP akan mengembangkan kegiatannya di Indonesia dan memperluas manfaat metode Wolbachia untuk masyarakat Bali termasuk kepada banyak wisatawan yang mengunjungi pulau tersebut. “Bali terhindar dari dengue” sudah di depan mata. Hal ini sangat menjanjikan,” kata Dr. Claudia Surjadjaja, Director of Advocacy and External Relations, WMP Asia, dalam sosialisasi Metode Wolbachia di Hotel Banyualit Lovina, Jumat (3/2/2023).
“Di Indonesia, khususnya di Bali, kita telah menggunakan berbagai cara untuk mengendalikan penyakit dengue. Namun, kami belum mendapatkan hasil seperti yang diharapkan. Hal ini tentunya sangat mengkhawatirkan. Kami percaya bahwa penerapan metode Wolbachia adalah langkah yang tepat. Metode ini menawarkan solusi terbaik untuk menghilangkan penyakit dengue dan pada saat yang sama, tidak merusak lingkungan,” kata I Ketut Kariyasa Adnyana, Anggota DPR-RI, Komisi Kesehatan (Komisi IX), pada acara sosialisasi tersebut.
WMP beserta Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Daerah Bali, Universitas Udayana dan dengan dukungan masyarakat setempat akan memulai pelepasan nyamuk mengandung Wolbachia di daerah yang paling parah terdampak penyakit dengue, yaitu di Kota Denpasar dan di Kabupaten Buleleng. Metode ini diharapkan akan memberikan manfaat kepada sekitar 1 juta orang di wilayah pelepasan.
“Kami senang bukti yang ada menunjukkan bahwa metode Wolbachia menurunkan prevalensi demam dengue di berbagai negara Pasifik dan Asia Tenggara secara signifikan,” kata Anthea Griffin, Consul General pada Konsulat Australia di Bali.
“Kami berharap hasil yang baik ini dapat dilakukan ulang dalam usaha perluasan program di Bali, dan kami berharap dapat terus bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia dalam proyek ini,” tambahnya.
“Metode Wolbachia adalah intervensi yang sudah terbukti menunjukkan hasil. Mudah diterapkan, dan setelah intervensi ini selesai diimplementasikan, tidak perlu diulangi lagi. Hal ini merupakan bagian yang mengagumkan dari intervensi ini. Tidak memerlukan vaksinasi yang mahal. Tidak menimbulkan masalah dari tahun ke tahun. Dansiapa pun yang akan memberikan dukungan untuk intervensi ini, dalam bentuk apa pun, maka dukungan tersebut akan teralokasikan dengan baik,” kata Lesley Gillespie.
“Manfaat bagi masyarakat Bali sangat besar, masyarakat setempat tidak lagi terkena penyakit dengue. Mereka akan bebas dari penyakit dengue. Dan penyakit dengue berdampak pada masyarakat melalui berbagai cara. Namun yang paling sering terjadi adalah penyakit ini membuat kita menjadi sangat lemah dengan demam tinggi dan anda tidak bisa pergi ke sekolah, atau bekerja, dalam beberapa kasus yang parah, penyakit ini menyebabkan kematian,” lanjut Lesley Gillespie.
Penelitian pada tahun 2020 menunjukkan bahwa penyebaran nyamuk dengan bakteri Wolbachia untuk pengendalian dengue akan menjadi intervensi yang efektif secara biaya di Bali. Berdasarkan pemodelan tersebut, pelepasan nyamuk ber-Wolbachia di Denpasar dan Buleleng diharapkan dapat mencegah sekitar 35,000 kasus penyakit dengue setiap tahun dan lebih dari setengah juta kasus – termasuk 80.000 kasus rawat inap – selama 15 tahun.
Hal ini diterjemahkan sebagai penghematan anggaran yang diharapkan mencapai sekitar US$ 25 juta atau sekitar 375 milyar rupiah untuk biaya kesehatan selama 15 tahun. Hitungan ini berdasarkan perkiraan biaya pengobatan penyakit dengue di Indonesia.
Penelitian yang dilakukan pada tahun 2020 memperkirakan bahwa Wolbachia akan menjadi intervensi yang menghemat anggaran di daerah perkotaan di Bali, dengan penghematan biaya medis dan sosial sebesar US$ 1.35 (atau sekitar 20,200 rupiah). Untuk setiap dolar yang diinvestasikan.
“Bukti yang didapatkan dari wilayah lain di Indonesia dan di dunia menunjukkan bahwa Wolbachia menjadi solusi yang aman, efektif, dan jangka panjang untuk penyakit dengue. WMP mendorong adanya pendanaan yang lebih besar sehingga dapat menjangkau seluruh wilayah perkotaan di Bali, di mana nyamuk yang menularkan virus dengue paling banyak ditemukan,” kata Surjadjaja.
Pendanaan saat ini dari Pemerintah Australia dan Gillespie Family Foundation yang mencakup pelepasan nyamuk ber-Wolbachia di sebagian wilayah Kota Denpasar (seluruh kecamatan) dan di seluruh wilayah Kabupaten Buleleng, juga di seluruh kecamatan.
WMP telah bekerja di Indonesia sejak tahun 2014, melindungi hampir 2 juta orang dari penyakit dengue dan penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk lainnya di Yogyakarta dan di seluruh Kabupaten Sleman dan Bantul.
Hasil dari penelitian yang dilakukan WMP tahun 2018-2020 di Yogyakarta dengan standar yang tinggi, membuktikan bahwa metode Wolbachia berhasil. Hal ini ditunjukkan dengan 77% penurunan angka kejadian penyakit dengue dan 86% penurunan angka rawat inap yang disebabkan oleh penyakit dengue pada daerah yang mendapatkan Wolbachia dibandingkan dengan daerah yang tidak diberikan Wolbachia.
Inovasi pengendalian kasus demam berdarah menggunakan bakteri Wdiapresiasi Pj. Bupati Buleleng, Ketut Lihadnyana. Hal itu disampaikan dalam sambutannya saat membuka sosialisasi tersebut. “Kami menyambut baik inovasi ini. Mudah-mudahan bisa dilakukan secara nyata di Buleleng. Setelah ini ada satu fakta yang kita harapkan yaitu penurunan,” ujar Lihadnyana. (bs)