Pencak Belebet Pegayaman, Andalan Laskar Goak Muslim Kerajaan I Gusti Anglurah Panji Sakti

PERJALANAN umur Desa Pegayaman sedemikian panjang. Sudah cukup tua. Kini (2022) desa ini sudah berusia empat abad. Muncul sejak tahun 1648 M. Namun, perjalanan sejarah yang panjang, dan umur yang cukup tua, tidaklah membuat letih para pewaris laskar yang direkrut dari Kerajaan Blambangan, Banyuwangi, Jawa Timur ini.

Semangat I Gusti Anglurah Panji Sakti, Raja Kerajaan Buleleng terus menggelora di dada para pewaris generasi Laskar Goak Muslim hingga kini.

Terbukti sebagai pewaris Laskar Goak Muslim Kerajaan Buleleng, gairah para generasi muda Pegayaman untuk menekuni bela diri terus tumbuh hingga kini. Para generasi muda Pegayaman selalu aktif dalam melatih diri untuk terampil dalam memainkan dan memahami jurus-jurus bela diri. Salah satunya seni bela diri Pencak Belebet.

Berwudhu sebelum memainkan Pencak Belebet

Menjadi kebanggaan tersendiri, ketika kita sudah mampu memahaminya dan memainkan jurus Pencak Belebet ini. Sebab, dalam memainkan jurus ini, butuh keberanian dan kelihaian. Jika lengah, taruhannya adalah gigi rontok, alis mata robek, hidung lecet, dan kepala bocor.

Jadi dalam permainan jurus Pencak Belebet ini, di dalamnya ada unsur seni keindahan tari, gerakan bela diri, dan rahasia menjaga diri sendiri, kesigapan, kecermatan, pemahaman gerak, latihan dasar pedang.

Dan para penglingsir Kumpi Bukit Sitindih yang berasal dari Blambangan, Jawa Timur membawa seni bela diri ini, yang memang sudah teruji kehandalannya semenjak Blambangan berdiri.

Kenapa penulis mengatakan demikian, karena dari hasil tinjauan penulis secara langsung ke Blambangan, penulis mendapatkan informasi, bahwa Pencak Belebet ini juga berkembang di Blambangan. Akan tetapi, namanya berbeda. Di Blambangan disebut Megotek. Bisa disimpulkan cikal bakal pencak ini berasal dari Kerajaan Blambangan.

Penulis berlatih Pencak Belebet dengan Bape Suaidi

Handalnya Pencak Belebet ini, terbukti dengan penjagaan pada wilayah Kerajaan Buleleng dari serangan musuh arah selatan. Dengan jumlah luas wilayah sampai mencapai 2.000 hektar, sampai ke perbatasan Tabanan. Bermodalkan kelihaian bela diri Pencak Belebet sebagai pengimbang kekuatan lainnya, mampu mempertahankan wilayah sampai berabad-abad lamanya.

Hingga kini Pencak Belebet lestari. Dari hasil diskusi penulis dengan guru pelatih pencak ini, Bape Suaidi, penulis mendapatkan beberapa hal tentang keberadaan bela diri ini.

Bape Suaidi menjelaskan bahwa Pencak Belebet ini, beliau dapat dari bapaknya sendiri (Bape Abdul Halim ). Sedangkan bape-nya mendapat dari Kaki Abdurrahim (Bape dari Bape Ali Taubi). Kalau diurut, Bape Suaidi sudah generasi ke-11 dari Kumpi Bukit.

Menurut Bape Suaidi, bela diri Pencak Belebet ini sangat membutuhkan latihan yang rutin, dan pemahaman serta kecermatan dalam gerakan, dan membaca gerakan lawan.

Terkait hal tersebut, maka yang harus dipelajari, adalah pertama, Gerakan Kembangan. Dalam Gerakan Kembangan ini, harus berhati-hati dalam meletakkan kuda-kuda kaki. Sekalipun gerakannya seperti gerakan tari, harus tetap waspada dalam memantau situasi lawan. Kuda-kuda dan kaki terangkat, harus sudah dipastikan, ke mana langkah selanjutnya agar pasti dalam menapakkan kuda-kuda berikutnya. Jadi dalam Gerak Kembangan ini, harus nampak indah, gagah, terampil, dan profesional.

Kedua, Nyingkul Kunyit. Gerakan Nyingkul Kunyit ini adalah gerakan yang sudah diformat untuk mendekati lawan dalam antisipasi menyerang dan diserang. Akan tetapi gerakan yang nampak seni dan wibawa harus selalu dikedepankan.

Ketiga, Niti Bantang. Gerakan ini adalah gerakan kesiagaan yang dipersiapkan untuk antisipasi gempuran atau serangan yang dilakukan oleh lawan. Bila dicari makna katanya, Niti adalah menapaki/melewati di atasnya. Sedangkan Bantang adalah kayu yang sudah rebah, dan bisa berbentuk jembatan dan atau yang lainya. Ini menggambarkan harus selalu waspada.

Keempat, Mejage. Gerakan Mejage ini adalah gerakan menjaga dan mengawasi lawan, yang sudah pasti dalam keadaan berhadap-hadapan dan sangat dekat dengan posisi lawan. Bisa dikatakan pada posisi siaga satu. Artinya dalam Mejage ini harus sudah siap antara memukul dan dipukul.

Kelima, Nyerang. Gerakan Nyerang ini adalah gerakan agresif yang terlebih dahulu membuat inisiatif untuk menyerang lawan.

Tahapan Latihan Dasar

Dalam memulai latihan gerakan Pencak Belebet diawali dengan mengambil air wudlu dulu. Kemudian dilanjutkan dengan tahapan-tahapannya.

Dalam hal tahapan latihan, biasanya diawali dengan pemberian materi pemahaman dan sejarah Pencak Belebet. Lantas berlanjut sesuai dengan tahapannya.

Dalam melatih kesigapan mata, gerak refleks dan kelincahan kaki, sangat perlu dilakukan latihan dengan tahapan, di antaranya: a. Pukulan Atas, yakni pukulan atas, dilatih untuk serangan bagian leher sampai kepala; b. Pukulan Tengah. Pukulan ini dilatih untuk menyerang bagian dari leher sampai pinggang; c. Pukulan Bawah. Serangan pukulan ini untuk serangan bagian pinggang sampai kaki; d. Tusukan. Gerakan menusuk ini adalah gerakan lurus dan menyasar bagian tengah, dari dada, perut, dan pinggang sekitarnya; e. Semburan (Nyembur). Gerakan nyembur ini adalah gerakan tipuan dengan memutar senjata/belebet, tetapi kembali menyerang ke arah lawan; f. Seliwah. Adalah gerakan tambahan, yang digunakan untuk mengalihkan perhatian lawan, seakan-akan gerakan itu tidak mungkin dilakukan lawan, tapi sangat memberikan peluang untuk mematahkan gerakan lawan.

Untuk memahami gerakan-gerakan Pencak Belebet ini perlu waktu minimal satu tahun, agar menguasainya dan berani menggunakan tampil di depan umum. Inilah Pencak Belebet Pegayaman, yang merupakan peninggalan seni budaya penglingsir Desa Pegayaman. (bs)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *