LOLOAN tempo doeloe merupakan cikal bakal kota Negara, Kabupaten Jembrana, Bali. Geliat kota Negara tempoe doeloe ada di Jalan Raja. Sekarang jalan lapangan tenis ke selatan.
Daerah tersebut merupakan sebuah kawasan strategis yang terjadi akulturasi berbagai kultur suku bangsa. Sehingga Kota Negara sering disebut sebagai potret Indonesia kecil di Bali barat. Sebuah julukan yang sering dilontarkan oleh budayawan Bali Barat, almarhum Bang DS Putra, kepada penulis saat sering ngopi di kediamannya semasa hidupnya.
Dahulu di kawasan tersebut ada kampung Pecinan, kampung Madura dan kampung Loloan. Loloan Kota Negara saat itu dibagi tiga sepanjang Jalan Radja, yaitu Loloan Utara kawasan pertokokan Pecinan, Loloan Tengah kawasan Madura-Jawa dengan ikon Hotel Sapakira dan pertokoan Pecinan juga, dan Loloan Selatan sampai ke Pelabuhan Teluk Bunter, dengan aktivitas pabrik minyak kelapa Goh Tok Kyong GTK (sekarang SMPN 2 Negara), hingga sebagai kawasan perniagaan dengan pusat pasar di perempatan MII.
Akulturasi budaya nuansa Negara tempo doeloe diawal abad ke-19 Masehi, kawasan barat sungai Ijogading merupakan kawasan administratif dan pusat perekonomian Kota Negara. Hal ini tersingkap dari sebuah tulisan yang belum pernah dipublikasikan oleh penulisnya, yaitu almarhum I Wayan Reken.
Seperti yang dituturkan secara lisan oleh anak beliau yang biasa dipanggil Bli Kampret kepada penulis pada tahun 2016 silam. Sambil menunjukkan tulisan yang berjudul “Perniagaan I Nengah Gedjer”, dimana tulisan tersebut secara detail menggambarkan suasana Loloan Kota Negara di tahun 1922 Masehi hingga masa di mana jaman Hidup Segobang tatkala awal sebelum kedatangan pasukan Gajah Merah (pasukan Belanda yang berbendera Gajah Merah).
Penulis bersyukur diberikan melihat dan mengarsipkan dalam bentuk digital sebuah tulisan dari almarhum I Wayan Reken, karena sebuah rahasia tentang tabir masa silam bagaimana suasana Kota Negara kala itu tertulis dengan detail dalam tulisan almarhum I Wayan Reken tersebut.
Tidak menutup kemungkinan apabila konsep gambaran akulturasi Negara tempo doeloe diatas dijadikan suatu event atau agenda kebudayaan, sehingga menambah khazanah dari beberapa festival-festival budaya yang sudah berjalan selama ini di Jembrana. Sehingga ke depannya Jembrana memiliki sebuah kalender kebudayaan yang unik, yang akan menjadi daya tarik para pengunjung dari Jembrana maupun dari luar Jembrana.
Kekuatan dari gambaran Kota Negara tempo doeloe, karena adanya akulturasi yang ditampilkan merupakan wujud sebuah persatuan dari berbagai suku bangsa saat itu yang mewarnai Kota Negara tempo doeloe di masa pemerintahan Hindia Belanda. (bs)
Foto-foto: Arsip Eka Sabara