MEMBANGUN BANGSA DENGAN MENANAMKAN NILAI REVOLUSI PADA ANAK MUDA

JAKARTA – Pemahaman tentang revolusi mental bisa dibilang dimulai pada 1957, saat Presiden Soekarno memperkenalkan konsep bangsa Indonesia. Bung Besar menyatakan bahwa ini adalah gerakan hidup baru untuk menggembleng manusia Indonesia menjadi pribadi yang baru, berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, dan berjiwa api.

Konsep revolusi mental dihadirkan untuk membangun negara yang maju, hebat dan menjadi lebih baik. Revolusi mental juga merupakan pemahaman yang dibutuhkan oleh anak muda untuk menghadapi tantangan globalisasi hingga arus informasi tidak terkendali di dunia. Penerapan revolusi mental ini erat juga hubungannya untuk menjaga nilai-nilai luhur kebangsaan yang menjaga keutuhan bangsa dan negara.

Menumbuhkan semangat revolusi mental pada anak muda, berarti juga menularkan semangat pembangunan untuk generasi penerus. Bagaimana pun, merekalah yang sejatinya sedang berjuang untuk mewujudkan Indonesia yang berdaulat, berdikari, dan berkepribadian.

Hal ini juga kuat dipercaya oleh Ketua DPR RI Puan Maharani. Sejak menjadi Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, salah satu program yang diusungnya adalah menanamkan gerakan revolusi mental pada anak muda. “Ini adalah sebuah gerakan nasional yang menekankan pada tiga nilai utama yaitu integritas, etos kerja, dan gotong-royong,” kata Puan.

Sumber: https://unsplash.com/photos/7tXqXcVcLDM

Menurutnya, gerakan revolusi mental sebenarnya tidak terbatas pada usia atau posisi masyarakat. Semua sebaiknya dijalankan oleh seluruh komponen bangsa secara terus menerus.

“Mulai dari diri kita sendiri, kemudian kita bangkitkan di lingkungan sekitar. Seperti di lingkungan keluarga, lingkungan tempat tinggal, lingkungan pertemanan, lingkungan tempat kerja, sampai lingkungan kehidupan berbangsa dan bernegara,” lanjutnya.

Menanamkan revolusi mental untuk anak muda juga merupakan kerja pemerintah yang mesti dilakukan secara berkelanjutan. Tidak bisa gerakan ini hanya menjadi program lima tahunan yang ditinggalkan begitu saja. Pasalnya, ini adalah penanaman karakter yang memajukan bangsa.

Penerapan revolusi mental juga dilakukan di DPR sebagai contoh untuk masyarakat. Puan mengaku terus menanamkan nilai-nilai ini sejak pertama dilantik di tahun 2019. “Nilai Gotong Royong semakin terasa diterapkan di DPR. Buktinya pemilihan pimpinan Alat Kelengkapan Dewan atau AKD dapat dilaksanakan dengan cepat dan semangat kebersamaan. Tanpa ribut-ribut,” ungkapnya.

Harapannya, ini dapat menular secara luas dan nasional, terutama untuk anak muda. Generasi milenial dan zilenial adalah generasi yang akan mengambil keputusan-keputusan penting yang akan membentuk Indonesia di masa depan  Karena itu, revolusi mental harus menjadi bagian dari kehidupan mereka sejak awal. Anak muda yang memiliki nilai-nilai integritas, etos kerja, dan gotong royong akan membentuk jati diri bangsa yang kuat. Makanya, revolusi mental harus menjadi refleks generasi muda. (bs)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *