TRADISI ‘ZAKATAN’, LEBARAN UNIK ALA LOLOAN DAN AWAL MULA KATA LEBARAN

KATA Lebaran di Loloan lebih mudah diucapkan daripada menyebut Idul Fitri. Lebaran ala Loloan penuh dengan suka ria anak-anak dan remaja yang berbaur dalam tradisi khas “zakatan”.

“Zakatan” merupakan tradisi khas Loloan yang dilakukan oleh setiap orang untuk memberikan sedekah berupa uang kepada anak-anak dan juga para remaja yang datang berlebaran ke rumah seseorang.

Selain “zakatan” di hari Lebaran, asal kata Lebaran juga menarik untuk kita ulas. Kata Lebaran menurut tokoh sepuh Loloan Barat, Drs. H. Abdul Khaliq, bahwa awal mula kata Lebaran dari kata lebar artinya membuka pintu hati dan pintu rumah seluas-luasnya untuk saling memaafkan dan berkunjung bersilaturrahmi yang tidak sempat kita lakukan pada hari-hari biasa.

Sedangkan menurut pemerhati budaya asal Loloan Timur, H. Raden Azhari, sesuai pandangan secara etimologis, kata “lebar” diluasken artinye : diluasken permintaan maaf kepada siapapun jua baik lahir maupun batin.

Dari dua pendapat tokoh dan budayawan tersebut sangat menarik untuk mengetahui arti kata lebaran itu secara lebih mendalam lagi. Untuk itulah mari kita mencari tahu asal mula kata lebaran sesuai tradisi dan budaya Loloan di Bali Barat.

Untuk mengetahui awal mula kata lebaran memang kita harus mengkajinya dari dua hal, etimologi dan terminologi. Secara etimologi mengupas tentang asal-usul kata. Sedangkan terminologi membahas mengenai makna daripada kata tersebut. Untuk menjelaskan tentang asal usul kata lebaran dalam bahasa Loloan, yang dapat kita uraikan disini secara etimologi saja.

Lebaran konon memiliki lima padanan kata yang berkaitan dengannya. Lima kata tersebut adalah 1. lebar-an, 2. luber-an, 3. labur-an, 4. lebur-an dan 5. liburan.

Mari kita bahas satu per satu. Pertama, lebaran dalam bahasa Melayu Loloan berasal dari kata lebar yang dibubuhi imbuhan-an. Lebar yang menjadi awalan dari lebaran bukanlah lebar dalam arti luas bangunan, lapangan atau pun halaman. Akan tetapi artinya membuka pintu maaf di hati kita dengan seluas-luasnya, yakni dengan lebar membukakan saling maaf- memaafkan baik secara lahir maupun di dalam batin.

Para datuk di Loloan sering menasehatkan dengan petuah lama “gede ken hati kau” (berbesar hati) manakala hati kita disakiti dan dari situlah lebar dimasukkan sebagai awal mula kata ‘lebaran’.

Kedua, kata lebaran dianggap juga sebagai kata yang bermula dari ungkapan luber. Luber dalam KBBI memiliki arti melimpah, meluap. Ringkasnya, melewati batas daripada batas yang ditentukan. Luber banyak orang yang saling maaf memaafkan, luber rezekinya dan luber pula pahalanya sehabis Ramadhan. Untuk itu, maka luber-an bertransformasi menjadi lebaran.

Ketiga, kata lebaran diambil dari kata laburan yang artinya melabur (mengecat dalam bahasa Loloan). Setiap kali menjelang datangnya Idul Fitri, semua masyarakat sibuk mengecat rumahnya agar tampak indah. Dari kebiasaan laburan menjelang Idul Fitri itulah, lebaran menjadi sebuah kata yang setara dengan makna Idul Fitri itu sendiri.

Keempat, kata lebaran itu berasal dari kata leburan, melebur setelah puasa sebulan lamanya maka dosa dosa menjadi melebur mendapatkan ampunan, setelah ujian sebulan dengan penuh kesabaran dan ketenangan, selepas Ramadhan itu diharapkan kita mampu meleburkan diri kita berubah menjadi bersih. Semangat perubahan itulah yang merubah leburan menjadi lebaran.

Kelima, kata lebaran berasal dari kata lembaran huruf “m” tereliminasi menjadi bermakna lembaran hidup baru, setelah bermaaf-maafan untuk menghapus kesalahan selama setahun.

Keenam, kata lebaran sebagai plesetan dari liburan. Dalam kalender Nasional, Hari Raya Idul Fitri adalah tanggal merah yang artinya libur. Menikmati hari libur berarti liburan. Oleh karena alasan itu, maka liburan yang diucapkan berulang-ulang, menjadi titik pangkal dari munculnya lebaran. Begitulah arti lebaran dalam bahasa Loloan. Unik dan bermacam-macam dengan lebih banyak pendekatan secara perasaan.

Lebih penting daripada arti-arti itu adalah esensi atau ruh yang seringkali dimiliki dalam setiap kali kita menyebut kata ‘lebaran’. Bagi kita, bangsa Indonesia, Idul Fitri itu lebaran. Dan lebaran itu memaafkan, lebaran itu kesucian, lebaran itu saling silaturrahim kepada sesama manusia, lebaran juga penuh rasa kebahagiaan, lebaran penuh akan sajian suguhan berbagai makanan, lebaran juga kerinduan, dan lebaran itu adalah lembaran hidup baru untuk menuju optimisme esok yang lebih baik. (bs)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *