DENPASAR – Gerakan Ketahanan Pangan Keluarga (Getapak) Pusat yang diinisiasi oleh Muhammadiyah kembali menggelar Focus Group Discussion (FGD) Sabtu, 10 April 2021 di Hotel Maya Sanur, Denpasar. Forum ini dihadiri oleh Getapak Denpasar, Getapak Gianyar, Getapak Karangasem dan Getapak Badung.
Dalam forum ini, Bakhtiar Dwi Kurniawan, Program Manager Getapak MCCC PP Muhammadiyah, menyampaikan bahwa peran utama adanya Getapak adalah untuk meringankan beban masyarakat akibat adanya pandemi Covid-19, terutama di bidang ekonomi. “Muhammadiyah tidak hanya bergerak memberikan layanan terhadap tenaga kesehatan atau layanan kesehatan bagi masyarakat terdampak, tapi juga problem sosial-ekonomi yang dihadapi masyarakat. Jadi, Muhammadiyah dalam memberikan kontribusi memiliki program Getapak yang diharapkan penguatan ekonomi itu berbasis keluarga,” ungkapnya, Sabtu (10/4/2021).
Bakhtiar juga menyampaikan bahwa adanya program ini diharapkan dapat berkelanjutan dan memberi dampak positif yang massif bagi masyarakat. “Masyarakat bisa mengaplikasikan bahkan mereplikasi ataupun memasifikasi kepada masyarakat, menularkan Getapak ini kepada masyarakat lain yang terdampak. Sehingga kedepan, masyarakat yang menerima program ini dapat saling berbagi pengalaman dengan masyarakat yang lain sehingga menjadi masyarakat yang tangguh menghadapi bencana, tangguh menghadapi situasi sulit.”
Dengan adanya program Getapak ini, Bakhtiar juga berharap tidak hanya beban masyarakat secara ekonomi saja yang dapat diringankan. Namun juga terwujudnya solidaritas masyarakat, terutama masyarakat Bali yang multikultural.
“Aspek lain dari Getapak ini, non-ekonomi adalah solidaritas. Jadi memupuk solidaritas, kebersamaan, walaupun Bali mayoritas non-muslim ataupun tidak Muhammadiyah tapi Muhammadiyah punya solidaritas, kebersamaan untuk merasakan bahwa problem ini (pandemi) adalah problem bersama,” ujar Program Manager Getapak MCCC PP Muhammadiyah itu.
Dalam forum ini, Nurul Yamin, Ketua MPM juga menyampaikan bentuk kegiatan dari program Getapak. “Dalam rangka ikut menanggulangi dampak Covid-19 ini, Muhammadiyah hadir secara simultan. Baik dalam hal penanggulangan bidang kesehatan, tapi juga di bidang sosial-ekonomi. Salah satu penanggulangan dampak sosial-ekonomi adalah Gerakan Ketahanan Pangan berbasis keluarga. Yang salah satunya adalah dalam bentuk pendampingan UMKM, kemudian berbasis pertanian perkotaan atau Urban Farming dan berbasis kegotongroyongan dalam bentuk Cantelan istilahnya.”
Ia juga menjelaskan bahwa program ini melibatkan seluruh stakeholder perserikatan Muhammadiyah seperti Aisyiyah, Angkatan Muda dan Organisasi Otonom Muhammadiyah. Menurut Nurul Yamin, dari sudut pandang Muhammadiyah, program ini dapat menjadi wujud sinergi dari Muhammadiyah serta organisasi otonom dalam menjadikan program ini sebagai wadah kegiatan pemberdayaan masyarakat. Nurul menyampaikan bahwa adanya program ini dapat membawa manfaat bagi seluruh pihak yang terlibat.
“Yang pertama adalah memberikan kekuatan spiritual-motivasi yang sangat luar biasa bagi masyarakat untuk keluar dari wabah ini dengan semangat untuk melakukan terobosan dan transformasi,” jelasnya.
Hal itu dikatakannya lantaran pada kegiatan FGD keberanian masyarakat dalam menyampaikan terobosan-terobosan dalam menanggulangi dampak pandemi khususnya dalam bidang ekonomi dapat terlihat. “Yang kedua adalah memperkuat kohesivitas sosial dimana spirit gotong royong masyarakat Bali itu menemukan momentumnya untuk terus dibina,” lanjutnya.
“Yang ketiga bagi persyarikatan Muhammadiyah dengan segala stakeholder pendukungnya, Angkatan Muda, Ortom dan lain-lain menjadikan (program) ini sebagai wahana dakwah, wahana beramal terhadap sesama masyarakat,” ujar Ketua MPM tersebut. (bs)