Singaraja Ibu Kota Puisi : Rabu Puisi Mahima Tegaskan Peran Puisi bagi Generasi Muda

BULELENG – Komunitas Mahima menggelar acara “Rabu Puisi” di Gedung Sasana Budaya Singaraja, Rabu (1/10/2025), sebagai wujud nyata menjaga dan menghidupkan kembali puisi-puisi khususnya di Singaraja. Kegiatan kali ini menghadirkan seminar bertajuk “Singaraja Ibu Kota Puisi”, lokakarya sastra, serta sesi pembacaan puisi.

Rabu Puisi Mahima berangkat dari gagasan bahwa puisi tidak boleh hanya dipandang sebagai karya yang eksklusif, tetapi harus bisa menyapa siapa saja, termasuk generasi muda. Singaraja memiliki sejarah panjang sebagai kota lahirnya para sastrawan, dan melalui kegiatan ini, Mahima berupaya menjadikan puisi sebagai bagian dari denyut kehidupan masyarakat.

Dengan rangkaian seminar, lokakarya, dan pembacaan puisi, kegiatan ini membuka ruang kreatif sekaligus menjadi wadah apresiasi bagi mereka yang ingin merayakan bahasa dan ekspresi.

Kadek Sonia Piscayanti, selaku Founder Komunitas Mahima, mengatakan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran berpuisi di Singaraja.

“Mari kita jadikan acara ini sebagai momentum untuk berpuisi, memahami puisi, dan menumbuhkan kesadaran khususnya dalam berpuisi di Singaraja,” ungkapnya.

Sementara itu, Sekretaris Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Buleleng, Ida Bagus Suay Bharata mewakili Plt. Kadis Drs. Dewa Made Sudiarta, M.Si., menyampaikan apresiasinya pada kegiatan ini.

“Kita harus membumikan pembacaan puisi dan meningkatkan literasi sastra agar tetap lestari dan dekat dengan masyarakat dan generasi muda, khususnya di era digital ini,” ujarnya.

Singaraja mendapat julukan “Ibukota Puisi”, sebutan yang diberikan oleh Prof. I Nyoman Darma Putra, M.Litt., Ph.D. Julukan ini lahir atas kiprah Singaraja sebagai salah satu pusat kelahiran dan pergerakan puisi di Bali, yang hingga kini terus hidup berkat komunitas dan generasi mudanya.

Salah satu peserta, Narendra dari SMK 3 Singaraja, menyatakan semangatnya mengikuti Rabu Puisi.

“Saya sangat antusias dan bersemangat mengikuti kegiatan ini karena kecintaan saya pada puisi. Saya berharap kegiatan ini terus berlanjut, agar kami generasi muda punya ruang untuk berkarya dan belajar puisi lebih serius.” katanya.

Antusiasme peserta menunjukkan bahwa Rabu Puisi bukan sekadar agenda rutin, melainkan gerakan yang menjaga api sastra tetap menyala di Singaraja. (bs)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *