BULELENG – Calon Bupati Buleleng, dr. Nyoman Sutjidra, Sp.OG, melakukan silaturahmi atau simakrama dengan tokoh-tokoh Muslim dan ibu-ibu dari Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) di Rumah Makan Manalagi Singaraja, Rabu (13/11/2024). Pertemuan yang diformat dalam bentuk dialog tersebut menjadi semacam ‘forum curhat’ antara rakyat dengan calon pemimpinnya.
Para tokoh Muslim dan ibu-ibu majelis taklim tersebut merasa menemukan sosok pemimpin yang mengayomi. Adem. Cabup Sutjidra tak seperti menyampaikan materi kampanye, melainkan semacam mencurahkan hati (curhat) dengan segenap perasaannya.
Yang hadir dalam acara tersebut memang ada sosok atau tokoh Muslim yang dikenal Sutjidra. Sebut saja H. Ali Musthofa (saat ini menjabat Ketua MUI Buleleng), H. Abdurrahman Said, Lc (mantan Ketua MUI Buleleng, kini Penasehat MUI Buleleng), H. Hamdani Sanusi (mantan Ketua Dewan Masjid Indonesia Buleleng). Ada juga H. Mulyadi Putra, anggota DPRD Buleleng, dan tokoh-tokoh lainnya, dari Gerokgak, Sumberkima, Seririt, Tegallinggah, Pegayaman, Kampung Bugis, Kampung Kajanan, dan lain-lain.
Bahkan ada yang dikenal Sutjidra sejak kecil seperti Gatot Rivai, dan teman kuliah di Fakultas Kedokteran Unud, dr. Rizani. Sejumlah ibu-ibu juga ada yang dikenal dan mengenal secara baik mantan Wakil Bupati Buleleng dua periode tersebut.
Dan kata-kata Sutjidra memang mengademkan. “Di Buleleng ini ada yang beragama Hindu, Islam, Budha, Kristen, Katolik, Konghucu. Ini yang harus diayomi semua,” katanya.
Dalam berbagai kesempatan, kata dia, misalnya waktu di Desa Pengulon, Kecamatan Gerokgak. Ia menyampaikan “de be orange i rage uli Pengulon, uli Gerokgak. Kita bilang bahwa kita ini semua orang Buleleng. Setuju? Kita semua orang Buleleng. Di KTP orang Buleleng semua kan? Coba lihat di KTP,” ujarnya.
Menurut Sutjidra, ke depan kehidupan semacam itu yang harus dibangun di Buleleng. “Bahwa kita sebagai krama Buleleng. Tidak lagi ada yang mengkotak-kotakkan. Ada warga ini warga itu. Saya ingin menyampaikan bahwa kita ini orang Buleleng,” tegasnya.
“Jangan ada lagi pengkotak-kotakan. Saya dan Gede Supriatna (Calon Wakil Bupati Buleleng pasangan Nyoman Sutjidra, red) mempunyai visi itu. Mengayomi semua. Bahkan program-program untuk umat Muslim sudah ada. Misalnya ada khitanan massa. Kalau kami di Hindu membantu ngaben massal, maka kami di umat Muslim ada khitanan massal,” tambahnya.
Sutjidra menegaskan kepada tokoh-tokoh Muslim dan ibu-ibu majelis taklim tersebut agar jangan merasa umat Islam tidak mendapat perhatian. Menurutnya, pihaknya mempunyai program prioritas, salah satunya program nomor 4, yakni pelestarian adat dan agama, serta seni tradisi dan budaya. Termasuk agama dan seni atau budaya Islam.
Karena itu, kata dia, ketika dirinya mengunjungi Celukan Bawang ada penampilan seni qasidah. “Saya tampilkan qasidahnya, karena itu budaya di daerah sana. Jadi, keanekaragaman adat seni dan budaya itu kita tampilkan sebagai budaya Buleleng. Kita harus bangga. Itu budaya ciri khas Bali utara,” katanya.
Program lainnya di bidang pendidikan, kata dia, semua anak-anak Buleleng yang akan masuk sekolah baru akan digratiskan untuk baju seragam, sepatu, tas, dan buku-bukunya. Sebab, setiap tahun ajaran baru hal-hal itu yang membuat pusing para orangtua. Sutjidra juga berjanji untuk memperhatikan guru-guru, termasuk guru-guru ngaji. Ia juga akan membantu pembangunan masjid.
Pada kesempatan itu, ia juga menyampaikan program-program lainnya jika terpilih menjadi Bupati Buleleng. Misalnya akan membangun rumah sakit di Kecamatan Gerokgak, menyiapkan ambulans gratis untuk antar-jemput pasien yang mengalami kegawatdaruratan atau antar-jemput jenazah. Dan mengaktifkan BES atau Buleleng Emergency System.
Ah, betapa lengkap cerita cita-cita Sutjidra jika terpilih memimpin Bumi Denbukit. Disampaikan begitu gamblang, terbuka dan apa adanya. Dan itu membuat semakin penasaran para tokoh-tokoh Muslim dan ibu-ibu majelis taklim untuk mendapatkan lebih banyak cerita atau paparan tentang apa yang akan dilakukan Sutjidra jika terpilih pada Pilkada Buleleng, 27 November nanti.
Karena itu, ketika dibuka sesi dialog, para tokoh Muslim dan ibu-ibu berebut untuk menyampaikan pertanyaan, atau menyampaikan perasaannya, atau unek-uneknya. Namun, karena terbatasnya waktu, hanya beberapa saja yang mendapat kesempatan. Dan semua pertanyaan atau pernyataan, termasuk permintaan dijawab tuntas oleh Sutjidra.
Menanggapi dialog tersebut, Ketua Panitia Silaturahmi Sutjidra dengan Tokoh Muslim, H. Imam Syafi’i menjelaskan kegiatan ini sengaja digagas untuk mengetahui program dan visi misi dari paslon nomor dua yang punya tagline JOSS 24 ini. Apalagi, kata dia, baik Sutjidra maupun Gede Supriatna mempunyai ikatan kuat dengan umat Muslim yang ada di Kota Singaraja.
“Dialog ini kemas santai dengan konsep dialog agar masyarakat berani menyampaikan keluh kesah mereka. Dialog ini kita kemas santai, dari hati ke hati, menyama braya. Sehingga peserta yang hadir merasa mendapat seorang pemimpin yang membawa kepentingan-kepentingan kita bersama. Harapannya, beliau komitmen terhadap program-program yang menyentuh kepentingan masyarakat dan pelayanan umat,” tandas H. Imam Syafi’i. (yum)