DENPASAR – Pemilihan Gubernur Bali 2024 semakin mendekat, dan dukungan untuk pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Bali, Made Muliawan Arya dan Putu Agus Suradnyana (Mulia-PAS), terus mengalir.
Salah satu bentuk dukungan menarik datang dari kalangan pemuda di Dukuh, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, yang menyuarakan aspirasinya melalui kesenian tradisional Bali yang disebut genjek atau megenjekan.
Kesenian ini menjadi simbol dukungan kreatif sekaligus upaya pelestarian budaya Bali yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas masyarakat pulau Dewata.
Sebagai salah satu pasangan yang mencalonkan diri untuk memimpin Bali, Mulia-PAS tidak hanya dinilai memiliki visi politik yang kuat, tetapi juga dipandang sebagai sosok yang peduli terhadap budaya lokal.
Genjekan yang dibawakan oleh para pemuda ini diharapkan dapat menarik perhatian masyarakat Bali untuk memberikan suara mereka kepada Mulia-PAS.
“Mangkin wenten calon gubernur dari Gerindra” yang berarti bahwa ada calon gubernur dari Gerindra. Diharapkan masyarakat Bali mencoblos Mulia-PAS.
Genjekan adalah salah satu kesenian tradisional Bali yang memiliki nilai budaya tinggi dan telah menjadi warisan yang terus dijaga dari generasi ke generasi.
Dalam konteks Pemilu Gubernur Bali 2024, genjekan yang ditampilkan oleh pemuda Dukuh tidak sekadar sebagai hiburan, tetapi juga sarana penyampaian aspirasi dan dukungan kepada pasangan Mulia-PAS.
Genjekan ini tidak hanya memperkuat kebersamaan dalam kampanye, tetapi juga menunjukkan bahwa seni budaya lokal memiliki peran penting dalam perpolitikan modern Bali.
Dukungan melalui genjekan ini dinilai kreatif karena para pemuda tersebut tidak hanya menampilkan kesenian, tetapi juga mengadaptasinya menjadi media kampanye.
Dengan alunan suara, gerakan tangan yang harmonis, dan syair-syair dalam bahasa Bali, genjekan ini membawa pesan politik dengan cara yang khas dan sarat makna.
Di tengah era modernisasi, adaptasi budaya seperti ini juga menjadi bukti bahwa nilai-nilai tradisional dapat hidup berdampingan dengan perkembangan zaman, bahkan dalam dunia politik.
Budaya dan politik bukanlah dua hal yang terpisah. Di Bali, keduanya sering kali berbaur dan saling mempengaruhi.
Menggunakan kesenian lokal sebagai media kampanye merupakan pendekatan yang unik dan efektif untuk merangkul masyarakat Bali yang sangat menghargai warisan budaya mereka.
Selain menunjukkan kedekatan calon pemimpin dengan rakyat, penggunaan budaya dalam kampanye politik juga memberi kesan bahwa calon pemimpin memiliki visi yang sejalan dengan nilai-nilai lokal.
Dalam hal ini, pasangan Mulia-PAS dinilai mampu menggabungkan visi politik mereka dengan kecintaan terhadap budaya Bali.
Para pemuda Dukuh yang menampilkan genjekan sebagai bentuk dukungan politik tentu menambah nilai tersendiri bagi Mulia-PAS.
Tidak hanya itu, seni budaya lokal yang diangkat dalam kampanye ini juga memberikan kesan bahwa pasangan calon tersebut memiliki komitmen untuk melestarikan budaya, serta mendukung masyarakat lokal agar terus mencintai dan mempertahankan identitas mereka. (r)