- Kolom Khusus Ketut Muhammad Suharto
KEPARIWISATAAN di seluruh Nusantara adalah sebuah keniscayaan yang sudah tidak dapat dibendung dengan cara apapun, apalagi usaha untuk hendak menghadang dengan istilah anti dengan kepariwisataan.
Hal dan kondisi ini menuntut kita untuk ikut andil memikirkan tentang bagaimana cara untuk mensituasikannya. Desa Pegayaman sudah dipastikan akan menjadi sebuah tolok ukur pengembangan wisata, khususnya di Bali Utara. Buktinya, dengan dibangunnya tower Turyapada di Dusun Amerta Sari, Desa Pegayaman oleh pemerintah daerah.
Kenyataan inilah yang menuntut warga Pegayaman untuk ikut andil dalam menyikapi hal ini. Artinya, warga Pegayaman yang mempunyai keunggulan-keunggulan dalam dinamika yang telah berkembang selama 750 tahun, sejak tahun 1284 M, jangan sampai semua kekuatan yang dimiliki tersebut tergerus oleh sebuah kepentingan yang datang di akhir-akhir ini.
Tanggung jawab warga Pegayaman untuk membuat sikap dan menyikapi kepariwisataan Pegayaman. Dalam hal ini, kami menawarkan kepeda pemerintahan desa dan Dinas Pariwisata, sebuah model wisata yang lain dari yang berkembang di lokasi destinasi wisata lainnya.
Model tersebut adalah pariwisata ‘kajian’ dan ‘eduskasi’. Model wisata yang kami tawarkan ini adalah wisata yang dalam pengelolaannya, mengambil dari kekuatan-kekuatan semua unsur yang dimiliki oleh Desa Pegayaman, seperti enam keunggulan Desa Pegayaman. Yakni sejarahnya jelas, desa tua, desa unik, desa budaya, desa akulturasi dan desa pejuang.
Hasil-hasil dari perkebunan dan pertanian seperti buah durian, buah manggis, buas ceruring, buah kopi, cengkeh, buah wani, dan buah coklat. Juga hasil produksi warga asli seperti produk gula merah, produk kopi lokal, produk makanan ringan. Lantas kesenian seperti burdah, hadrah, zikir mulud, asrakalan, ngulah, megangsing. Kajian-kajian seperti kajian sejarah, kajian adat istiadat, kajian akulturasi, kajian perjuangan. Serta kekuatan alam seperti air terjun, pemandangan sawah, kebun gunung, dan sungai.
Kunjungan religius misalnya keramat, masjid, makam para pengelingsir, tracking alam dari Amerta Sari ke pusat Desa Pegayaman, dan dari Pegayaman menuju Tower Turyapada.
Sumber-sumber kekuatan tersebut merupakan daya tarik yang bisa ditawarkan untuk menjadi kajian- kajian keilmuan yang dapat memanjakan para tamu sebagai wisatawan penelitian.
Selanjutnya, home stay yang kami tawarkan. Kami sediakan rumah penduduk yang sudah kita pilih dengan kriteria-kriteria yang kami tentukan. Juga transportasi mobil, ojek motor, semua kami kondisikan dengan memanfaatkan yangg sudah dimiliki warga. Semua pada akhirnya akan menguntungkan warga. Tentu dalam hal ini yang akan menjadi pusat sentral administrasinya adalah kerjasama dengan BUMDESA Barokah Pegayaman.
Konsep ini kami tawarkan sebagai sebuah langkah untuk menjawab keniscayaan tentang pariwisata yang pasti akan membayangi pelaksanaannya di Desa Pegayaman. Pada hakekatnya, selama ini pariwisata kajian ini sebenarnya sudah berjalan di Pegayaman. Akan tetapi, selama ini belum termanajemen dengan profesional. Dan pada saat inilah kesempatan untuk memulai memanej dengan baik. []
*) Penulis adalah Pemerhati Sejarah dari Desa Pegayaman