Gagasan Dewan Pakar ICMI Terwujud, Sekolah Cacing Resmi Dibuka di Candikuning Bedugul

TABANAN – Gagasan salah seorang anggota Dewan Pakar ICMI Orwil Bali, Suprio Guntoro, yang juga salah satu pengurus Forum Pemerhati Sejarah Islam (FPSI) Bali untuk mendirikan sekolah cacing, akhirnya terwujud. Pada Kamis, 9 Mei 2024, pukul 20.00 Wita, secara resmi sekolah cacing itu telah dibuka oleh Kasi Pendidikan Islam Kemenag Tabanan, Ely Mansur, S.Ag., di Bale Pertemuan   Masyarakat Kampung Muslim Candi Kuning – Bedugul, Baturiti, Tabanan, Bali.

Menurut Suprio Guntoro, gagasan itu dia  sampaikan pertama kali kepada berapa tokoh muda Candikuning pada saat ngobrol santai di kafe milik Yayasan Al Hidayah – Candi Kuning pada Agustus tahun 2023 lalu. Obrolan seputar meningkatnya jumlah penduduk, terbatasnya lapangan kerja di desa dan urbanisasi.

‌Terkait dengan lapangan kerja baru yang tidak tersedia itulah, Guntoro lantas melontarkan gagasan pendirian sekolah cacing. Dengan tujuan untuk; pertama, menghasilkan generasi yang beriman, dan peduli lingkungan. Kedua, menghasilkan generasi beriman yang mampu menciptakan lapangan kerja baru di pedesaan. Dan ketiga, menghasilkan generasi beriman yang mampu menciptakan sumber pendapatan baru di pedesaan.

Tidak terduga, ternyata gagasan tersebut mendapat respon positif dari beberapa tokoh muda dan para guru. Selanjutnya, cerita Suprio Guntoro, untuk mematangkan gagasan tersebut, diadakan pertemuan pada Februari 2024 dengan para remaja/pemuda yang berminat belajar di sekolah cacing dan para guru di Yayasan Al Hidayah dan para pengurus yayasan, termasuk ketuanya, Khairil Anwar.

‌”Saya merasa bergembira, karena ada peminat untuk sekolah cacing, dan semangat para guru untuk mendukung gagasan ini,” ujar Guntoro. 

Para calon murid sekolah ini, umurnya bervariasi, antar 15 tahun hingga 67 tahun. Namun, mereka didominasi oleh para remaja. Suprio Guntoro mengaku senang, karena ada minat dari generasi muda untuk belajar tentang cacing.

Selanjutnya persiapan-persiapan dilakukan. Menurutnya, sejauh ini semuanya dilakukan secara swadaya oleh masyarakat dan Yayasan Al – Hidayah. Seperti pembuatan kandang, pembuatan rak pemeliharaan, peralatan pengolah bahan media, kebun percobaan, dll.

Guntoro yang ditemui di sela-sela acara peresmian Kamis malam, mengaku bergembira. Namun dia belum merasa puas. Karena masih ada dua gagasannya yang belum terwujud. Anggota Dewan Pakar ICMI Bali ini bermimpi, nanti di hulu, usaha budidaya cacing ini bisa diintegrasikan dengan usaha Pembangkit Listrik Tenaga Bakteri.

Namun, kata dia, ini memerlukan biaya yang tidak kecil. Sedangkan di hilir bisa diintegrasikan dengan pengembangan industri bio farmaka.

Jika di hulu bisa diintegrasikan dengan Pembangkit Listrik Tenaga Bakteri (PLTB), maka Candi Kuning bakal menjadi “Kampung Mandiri Energi” yang murah dan berkelanjutan.

“Sedangkan bila di hilir bisa diintegrasikan dengan industri bio farmaka, maka akan tercipta banyak lapangan kerja dan sumber pendapatan baru di Candi Kuning,” ujar Guntoro, yang juga Ketua Komunitas Bio Farmaka Bali itu. (bs)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *