Oleh Eka Sabara, S.Pd.I *)
RUMAH panggung Loloan, Negara, Kabupaten Jembrana, Bali memiliki keunikan tersendiri. Selain berusia ratusan tahun, juga ukiran-ukiran yang terdapat pada rumah panggung Loloan cukup menarik untuk dicermati ataupun dilakukan penelitian khusus terkait pola-pola ukiran-ukirannya.
Seni ukir di Kampung Loloan muncul pada generasi kedua yaitu sekitar tahun 1817 berkat lancarnya hubungan perdagangan dan transportasi antar daerah dengan Jembrana. Seni ukir dan rumah panggung merupakan suatu kebanggaan dan sebagai status sosial bagi pemiliknya.
Karena rumah panggung masih merupakan ciri dari kebudayaan Melayu di Loloan, maka seni ukir tidak bisa terlepas dan selalu ada dalam rumah panggung. Seni ukir ini kerap terjalin dengan seni khat (kaligrafi).
Seni khat atau jenis huruf dari tulisan berbahasa Arab Pegon merupakan suatu keistimewaan seni ukir yang sering didapati menghiasi bangunan-bangunan yang ada di rumah panggung Loloan.
Oleh karena itu, seni ini bukan semata-mata untuk memenuhi perwujudan seni untuk seni atau sebagai pantulan dan jelmaan rasa indah saja. Namun ia juga memberi kesan lain yang lebih mendalam yaitu kesan keindahan yang mendekatkan kepada perikemanusiaan dan rasa ketuhanan.
Berbagai motif itu terjalin dengan keindahan ayat-ayat Al-Qur’an, hadis-hadis dan kata-kata hikmat yang dapat menambat hati dan perasaan masyarakat penganutnya.
Ragam hias yang digunakan pada rumah panggung di Loloan bersumber dari ajaran agama Islam. Ragam hias yang digunakan yaitu ragam hias timbul layar pada ujung atap, ragam hias tapak dare pada sisi ujung atap, ragam hias papan sisir berupa kayu-kayu yang dipasang bersusun pada atap.
Pada dinding terdapat list kayu dan ukiran flora atau kaligrafi. Pada pintu dan jendela terdapat ragam hias gerbang berupa ukiran kayu yang diletakan di ambang pintu, jendela, ataupun jaro-jaro.
Pintu, jendela, dan ventilasi rumah panggung di Loloan terbuat dari kayu. Pintu, jendela dan ventilasi pada umumnya terdapat di bagian lantai tengah/induk. Pintu berbentuk persegi panjang, dengan di atas pintu tertera ukiran-ukiran kaligrafi berpadu dengan ukiran dedaunan.
Jendela rumah panggung Loloan bentuknya sama seperti pintu, tetapi ukurannya lebih kecil atau lebih rendah yang dinamakan “tongtongan”.
Pada bagian depan rumah panggung Loloan, berisi daun jendela yang terdiri atas satu atau dua daun jendela, dengan jumlah jendela tiga buah, dengan ventilasi sebagai sirkulasi udara berupa ukiran, krepyak, jaro. []
*) Penulis adalah Budayawan dari Loloan Barat