SINGARAJA – Mahasiswa Jurusan Seni Rupa Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja, Yohanes Soubirius De Santo, berhasil menembus pameran seni rupa internasional di Prancis dan Jerman. Dalam karya-karyanya, Yohanes Soubirius ingin menyampaikan pesan bahwa kesenian dapat menjadi suatu terapi kesehatan yang dapat memulihkan segala ketidaknyamanan yang ada dalam jiwa dan raga setiap makhluk.
Dihubungi Kamis (22/10/2020), Yohanes Soubirius menuturkan, di Prancis ia menembus pameran “CoArt” yang digelar oleh Provence Academy, di Galeri Doramaar, Ménerbes, Prancis. Pameran tersebut dilaksanakan September lalu.
“Lukisan yang ikut pameran di Prancis tersebut, bukan sekadar pameran seperti pada umumnya, tetapi pameran tersebut merupakan pameran karya dari para pemenang kompetisi yang terpilih pada bulan Agustus. Lalu karya yang menang kompetisi tersebut dipamerkan pada bulan September lalu,” kata mahasiswa kelahiran Singaraja, 24 Juni 1998 ini.
Ada dua karya Yohanes Soubirius yang dipamerkan di CoArt Prancis, yakni berjudul “I’m Starting To Be Spotted” dan “Negotiable Crowd”.
Sedangkan di Jerman, ia berhasil menembus pameran “(OBSCURE) Desire” yang dilaksanakan oleh Automat Art Space, di Saarbrűcken, Germany. Ada tiga lukisan Yohanes Soubirius yang lolos dalam event seni rupa bergengsi ini, yakni “I’m Starting To Be Spotted”, “Behind The Rules”, dan “Gradually Getting Better”. Pameran “(OBSCURE) Desire” di Jerman akan dilaksanakan pada awal November nanti.
“Saya mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, saya sangat senang bisa diberikan kesempatan seperti ini. Karena sebelumnya saya tidak menyangka akan lolos sebagai pemenang dan peserta pameran bertaraf internasional tersebut. Namun, saya masih merasa perlu belajar lebih banyak lagi dari semua ini, karena ini merupakan bagian dari proses saya yang terjun di dunia berkesenian, khususnya seni rupa,” kata Yohanes Soubirius tentang prestasinya tersebut.
Ia menuturkan, karya-karya seni rupa yang dilahirkannya berawal dari penglihatannya atas lingkungan sekitarnya. Bagi dia, kesenian memang tidak bisa menjadi obat dari suatu penyakit. Namun, menurut mahasiswa semester akhir ini, kesenian dapat menjadi suatu terapi kesehatan yang dapat memulihkan segala ketidaknyamanan yang ada dalam jiwa dan raga setiap makhluk.
Sementara Wakil Rektor III Undiksha Singaraja, Prof. Dr. I Wayan Suastra, M.Pd., memberikan apresiasi yang tinggi atas prestasi internasional di bidang seni yang masih sangat jarang tersebut. Apalagi dalam kondisi pandemi Covid-19, mahasiswa masih berkarya dan berprestasi.
“Prestasi ini akan memberikan kontribusi pada sistem pemeringkatan kemahasiswaan (Simkatmawa) untuk Undiksha. Yang pada tahun 2020 ini berada pada peringkat 23 nasional bidang kemahasiswaan. Kami selalu memberikan dukungan, baik dana maupun yang lain untuk prestasi mahasiswa Undiksha,” kata Prof. Suastra.
Ia juga menjelaskan, pada akhir tahun, pihaknya memberikan penghargaan kepada mahasiswa dan dosen pembimbing bagi yang berprestasi.
Sedangkan Sekretaris Jurusan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Undiksha, Dra. Luh Suartini, M.Pd., mengaku bangga karya mahasiswa seni rupa Undiksha Singaraja bisa tembus dalam pameran internasional. Menurutnya, karya-karya seni rupa Yohanes Soubirius merupakan karya berupa drawing.
“Drawing ini menarik karena bahan yang digunakannya sangat sederhana yaitu ballpoin berwarna yang dipakai membuat karya di atas kertas. Secara teknis juga sangat kuat,” jelasnya. (bs)