Pantai Kerobokan “Tenggelam” Dalam Sampah Plastik

  • Oleh : Megi Diana Br. Surbakti, Kadek Dwi Cahyadianti Putri, Adinda Cinderlaila F.R., Wika Yosepha, Tasya Putri Juliani, Nalsali Natan Stefanus Bukit

PANTAI Kerobokan merupakan pantai yang terletak di Kabupaten Buleleng, Bali. Pantai ini memiliki daya tarik yang khas sehingga pantai ini cocok digunakan sebagai tempat rekreasi yang nyaman. Sayangnya di balik keindahan Pantai Kerobokan terdapat beberapa masalah yang dapat menutupi keindahan tersebut, salah satunya adalah masalah sampah.

Masalah sampah memang bukan suatu masalah asing bagi masyarakat Indonesia, bahkan masalah sampah ini merupakan masalah yang sudah lumrah ditemui di tempat wisata. Kondisi sampah di Pantai Kerobokan ini sudah sangat memprihatinkan dan perlu adanya tindakan terkait masalah tersebut.

Masalah sampah yang ada di Pantai Kerobokan ini dapat dibagi menjadi masalah sampah organik dan juga anorganik. Kondisi sampah di pantai tersebut dapat dilihat dari sekitaran pasir pantai. Pantai Kerobokan merupakan pantai yang rindang dan dikelilingi oleh pepohonan hijau sehingga dedaunan dan ranting pohon tersebut menjadikan sampah.

Selain di sekitaran pasir pantai, sampah juga dapat dilihat pada sekujur bibir pantai. Sampah-sampah berserakan dan juga sampah yang sudah menumpuk. Sampah yang berada di bibir pantai umumnya berasal dari kiriman laut akibat arus dan gelompang laut. Hal ini dapat dilihat bahwa ketika hujan turun maka sampah yang menumpuk di bibir pantai akan semakin bertambah.

Selain sampah kiriman, sampah-sampah di pantai ini juga berasal dari sampah dari pengunjung wisata itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dari limbah yang ditinggalkan. Masalah sampah di Pantai Kerobokan juga berasal dari sampah bekas sembahyang masyarakat sekitar. Hal ini juga dapat dilihat dari beberapa alat sembahyang yang ditinggalkan.

Dari kondisi sampah yang mengelilingi Pantai Kerobokan kini mempengaruhi kualitas air pantai. Pantai Kerobokan dengan pasir hitamnya yang eksotis dan deburan ombak yang menenangkan, seharusnya menjadi tempat yang indah untuk melepas kepenatan. Sayangnya, pemandangan indah itu kini semakin ternodai oleh tumpukan sampah yang mencolok di sepanjang bibir pantai.

Sampah merupakan benda mati yang sangat tidak mungkin untuk kumpul dengan sendirinya kalau bukan dari perilaku manusia yang kurang bertanggung jawab. Biang keladi dari semua ini yaitu kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan yang masih sangat minim.

Banyak individu masih menganggap pantai sebagai tempat pembuangan sampah yang mudah dan gratis. Dengan seenaknya mereka membuang sampah sembarangan, baik di daratan maupun di laut. Sehingga, sampah plastik, botol minuman, dan sisa makanan menjadi pemandangan yang umum dijumpai di tepi pantai. Mereka hanya ingin menikmati keindahan dan ketenangan tempat itu saja, namun sebagian dari mereka melupakan bahwa ketidakpeduliannya dapat mencemari dan membahayakan makhluk hidup di laut itu.

Jika kita amati lebih jauh lagi, penyebab penumpukan sampah di bibir Pantai Kerobokan ini yaitu pengelolaan sampah yang belum optimal seperti kurangnya tempat sampah yang memadai di area pantai, serta kurangnya petugas kebersihan yang bertugas secara rutin dan efektif. Sistem pengangkutan sampah dari pantai ke tempat pembuangan akhir (TPA) juga seringkali tidak efisien dan terlambat, sehingga sampah menjadi menumpuk dan terbawa oleh arus laut.

Pantai Kerobokan merupakan salah satu tempat yang sudah ditetapkan sebagai daerah tujuan wisata (DTW) di Bali utara. Tempat ini sering dikunjungi oleh para wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Yang menjadikan Pantai Kerobokan ini banyak diketahui wisatawan karena terdapat kedai-kedai ikan bakar yang menjual berbagai menu olahan ikan segar.

Ikan bakar di pantai ini rasanya enak dan harganya yang terjangkau. Ikan bakar menjadi ikon destinasi wisata Pantai Kerobokan. Memang adanya ikon ini membawa dampak positif bagi perekonomian para pelaku usaha di daerah Pantai Kerobokan. Namun, jika tidak dikelola secara baik dan berkelanjutan ikon yang ada di Pantai Kerobokan ini justru dapat memperparah masalah sampah di pantai. Karena biasanya meningkatnya jumlah wisatawan seringkali diiringi dengan peningkatan jumlah sampahnya.

Tentunya permasalahan ini harus benar-benar menjadi perhatian yang serius dari masyarakat dan juga pemerintah. Sampah-sampah di Pantai Kerobokan terlihat jelas pada bibir-bibir pantainya. Sampah yang ditemukan di Pantai Kerobokan terdiri dari dua jenis, yaitu sampah anorganik dan organik. Sampah anorganik didominasi oleh plastik dalam berbagai bentuk seperti plastik berbusa (styrofoam), botol plastik, kantong plastik, kemasan makanan dan minuman, dan terdapat juga sampah kaleng-kaleng minuman terbuat dari logam.

Sementara itu, sampah organik yang ditemukan meliputi dedaunan, ranting pohon. Dan untuk saat ini belum ditemukan sampah B3 di Pantai Kerobokan, dan tentu ini perlu dipertahankan. Program bersih-bersih pantai yang dilaksanakan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten pada Februari 2025 dihasilkan dua jenis sampah, yaitu anorganik dan organik dengan total volume sampah yang terangkut sebanyak 1,3 m3.

Banyaknya sampah plastik yang ditemukan di Pantai Kerobokan tentu saja memberikan dampak yang tidak baik, karena sampah jenis ini sulit terurai dan sangat berpotensi merusak ekosistem laut dan membahayakan biota laut. Ini akan menjadi masalah lingkungan yang serius di Pantai Kerobokan.

Sampah plastik sekarang menjadi masalah nasional dan internasional. Sampah plastik di pesisir pantai harus segera ditangani dari hari ke hari. Kalau tidak, hal itu akan berdampak buruk pada kehidupan laut. Selain mengotori lautan, sampah juga akan meracuni hewan laut. Penumpukan sampah terutama plastik, merusak keindahan Pantai Kerobokan dan berdampak negatif pada ekonomi, kesehatan masyarakat, dan lingkungan.

Sangat penting bagi warga sekitar untuk menjadi sadar akan kebersihan lingkungan, terutama dalam hal pengelolaan sampah. Kebiasaan membuang sampah sembarangan, terutama ke laut, menjadi sumber terjadinya banyak masalah lingkungan. Jadi, semua pihak harus bertanggung jawab untuk membiasakan diri membuang sampah di tempatnya.

Masyarakat harus menyadari bahwa tindakan kecil seperti menghindari membuang sampah ke laut dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap kelestarian lingkungan. Indonesia merupakan negara penghasil sampah plastik terbesar di dunia dan berada di urutan ke lima, menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

Sementara menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Buleleng, Gede Melandrat, setiap hari Kabupaten Buleleng menghasilkan 153 kubik sampah, baik organik maupun anorganik. Ia menyatakan bahwa masalah sampah ini harus segera diatasi dari akarnya. Adapun menurut data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) bahwa Kabupaten Buleleng telah menghasilkan timbulan sampah sebanyak 150,880,05 ton pada tahun 2024 lalu.

Sangat penting bagi warga untuk berpartisipasi secara aktif dalam menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat. Kesadaran ini dapat dimulai di rumah dan kemudian disebarkan secara luas di tempat umum. Selain itu, kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan harus terus ditingkatkan melalui pendidikan dan sosialisasi. Kehidupan yang lebih baik, kenyamanan, dan pertumbuhan ekonomi lokal didukung oleh lingkungan yang bersih.

Dengan kesadaran kolektif, permasalahan sampah dapat dikurangi dan lingkungan dapat dipertahankan. Oleh karena itu, mari kita bertindak bijak bersama-sama dengan mulai membuang sampah di tempatnya dan menghindari membuangnya ke laut. Hingga saat ini permasalahan sampah belum sepenuhnya dapat diatasi dengan maksimal.

Harus ada strategi untuk dijadikan sebagai solusi dalam mengatasi penumpukan sampah, termasuk di Pantai Kerobokan. Adapun solusi yang dapat diterapkan dalam mengatasi permasalahan sampah yang menumpuk di pantai, yaitu sebagai berikut;

1. Menyadarkan masyarakat tentang bagaimana bahayanya penumpukan sampah. Diperlukan adanya edukasi yang diberikan kepada masyarakat, seperti dengan mengadakan sosialisasi tentang pengelolaan sampah. Hal ini disebabkan asal muasal dari produksi sampah dalam jumlah yang banyak berasal dari manusia.

2. Pemberian sanksi atau teguran kepada oknum-oknum yang membuang sampah secara sembarang di pantai yang bertujuan untuk memberikan efek jera terhadap masyarakat yang menganggap remeh tentang kebersihan di pantai. Adanya sanksi ataupun teguran ini bertujuan untuk meminimalisir adanya peningkatan penumpukan sampah di Pantai Kerobokan.

3. Melakukan pengelolaan terhadap sampah secara maksimal, baik dengan cara mengolahnya menjadi pupuk kompos ataupun diolah menjadi barang daur ulang yang memiliki nilai guna. Pada proses pengelolaan sampah ini, masyarakat dapat melakukan kolaborasi bersama komunitas-komunitas yang memiliki basik dalam hal mengolah sampah, seperti berkolaborasi dengan komunitas Rumah Plastik Mandiri untuk mengolah kembali sampah yang menumpuk di Pantai Kerobokan melalui 3R, yaitu Reduce, Reuce, dan Recyle. Selain itu, masyarakat juga dapat mengolah sampai-sampah organik yang ada untuk dijadikan sebagai pupuk.

4. Menyediakan fasilitas berupa tempat sampah. Hal ini merupakan solusi yang paling penting dan paling utama, sebab tanpa adanya fasilitas yang tersedia, tentu saja seluruh strategi dan solusi yang dirancang tidak dapat terlaksana dengan baik. Serta tanpa adanya tempat sampah maka sampai kapanpun masyarakat pengunjung Pantai Kerobokan tetap akan membuang sampah secara sembarangan. []

*) Para penulis adalah mahasiswa pada Prodi Pendidikan Sosiologi, Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial, Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *