Menjadikan Bali sebagai Destinasi Wisata Hijau? Ini Peluang dan Tantangannya

BALI punya potensi besar menjadi destinasi wisata hijau dunia. Sebagai provinsi dengan sumber daya alam yang melimpah, memungkinkan Bali mengembangkan energi terbarukan untuk aktivitas pariwisata yang ramah lingkungan.

Itulah antara lain yang mengemuka dalam seminar nasional bertajuk “Optimalisasi Kawasan Energi Terbarukan Untuk Pariwisata dan Ekonomi Berkelanjutan : Strategi, Tantangan dan Peluang” yang digelar ICMI Orwil Bali di Kampus ITB Stikom Bali, Minggu (1/9/2024). Tampil sebagai pembicara anggota Dewan Pakar ICMI Orwil Bali, Trisno Nugroho, SE, MBA, Direktur CIDES ICMI, Prof. Andi Faisal Bakti, MA, Ph.D., dan Direktur BPP PUSPINEBT ICMI, Irwanuddin H.I. Kulla.

Trisno Nugroho dalam paparannya mengatakan, Bali dikaruniai sumber daya alam yang melimpah, yang memungkinkan pengembangan energi terbarukan yang signifikan. “Pulau ini memiliki potensi besar dalam memanfaatkan energi surya, energi angin, energi geotermal, dan biomassa,” katanya.

Menurutnya, dengan sinar matahari yang melimpah sepanjang tahun, Bali memiliki potensi energi surya yang sangat besar. Selain itu, daerah pesisir di Bali memiliki potensi angin yang cukup kuat untuk menghasilkan energi angin.

Trisno Nugroho

“Bali juga memiliki sumber daya geotermal yang signifikan, yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik. Selain itu, Bali menghasilkan limbah organik yang melimpah, seperti limbah pertanian dan limbah peternakan, yang dapat diolah menjadi bioenergi,” jelas mantan Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali ini.

Trisno Nugroho berpendapat, sinergi antara sektor pariwisata dan energi terbarukan akan menciptakan destinasi wisata hijau. Karena itu, hotel dan resor harus menggunakan energi terbarukan untuk memenuhi kebutuhan listrik mereka. Juga menerapkan sistem pengolahan limbah yang ramah lingkungan, seperti pengolahan air limbah dan pengolahan sampah organik.

“Menggunakan kendaraan listrik untuk transportasi di dalam dan di sekitar resor. Serta memberikan edukasi kepada pengunjung tentang pentingnya energi terbarukan dan manfaatnya untuk lingkungan,” jelasnya.

Jadi, tegas Trisno Nugroho, dengan potensi energi terbarukan yang melimpah, Bali memiliki peluang besar untuk menjadi destinasi wisata hijau yang berkelanjutan. Menurutnya pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat perlu bekerja sama untuk mendorong pengembangan energi terbarukan di Bali.

Namun, kata Trisno Nugroho, ada sejumlah tantangan untuk mengimplementasikan energi terbarukan di dunia pariwisata. Di antaranya biaya investasi awal untuk pembangunan infrastruktur energi terbarukan masih tinggi, sehingga membutuhkan dukungan pendanaan yang kuat.

Selain itu, perkembangan teknologi energi terbarukan masih terus berlangsung, sehingga perlu dilakukan riset dan pengembangan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas. Tantangan lainnya, yakni masih terbatasnya akses terhadap teknologi dan sumber daya energi terbarukan di beberapa daerah di Bali. Serta kesadaran masyarakat tentang pentingnya energi terbarukan dan manfaatnya untuk lingkungan dan ekonomi yang perlu ditingkatkan.

Prof. Andi Faisal Bakti

Direktur CIDES ICMI, Prof. Andi Faisal Bakti, MA, Ph.D, menjelaskan, mengapa energi terbarukan itu penting, khususnya di sektor pariwisata. Menurutnya, energi terbarukan dapat mengurangi emisi karbon. Energi terbarukan juga menjaga kelestarian lingkungan. 

“Juga menarik wisatawan yang peduli lingkungan dan meningkatkan daya saing destinasi wisata,” jelas Prof. Andi Faisal Bakti.

Ia berpendapat, ada beberapa strategi untuk optimalisasi energi terbarukan untuk pariwisata. Pertama, kata dia, integrasikan energi terbarukan ke dalam infrastruktur pariwisata, seperti hotel, restoran, dan lain-lain. Kedua, lakukan pengembangan produk wisata berbasis energi terbarukan, seperti ecotourism, agrowisata, dan lain-lain.

Prof Andi Faisal Bakti juga berpendapat, optimalisasi kawasan energi terbarukan untuk pariwisata dan ekonomi berkelanjutan merupakan langkah strategis yang mengintegrasikan pemanfaatan sumber daya alam yang ramah lingkungan.

“Memanfaatkan sumber daya alam yang terbarukan seperti matahari, angin, dan air, dapat mengurangi dampak negatif pariwisata terhadap lingkungan dan sekaligus meningkatkan efisiensi energi,” katanya.

Ia juga mencatat sejumlah tantangan dalam pengembangan energi terbarukan untuk pariwisata. Yakni investasi awal yang tinggi, keterbatasan teknologi, perubahan iklim, regulasi yang belum optimal, rekayasa dan teknologi pembuatan sebagian besar komponen utamanya belum dapat dilaksanakan di Indonesia. Juga belum tersedianya data potensi sumber daya yang lengkap, secara ekonomis belum dapat bersaing dengan pemakaian energi fosil, serta kontinuitas penyediaan energi listrik rendah.

Irwanuddin H.I. Kulla

Sementara Direktur BPP PUSPINEBT ICMI, Irwanuddin H.I. Kulla, memaparkan, penggunaan energi hijau, seperti tenaga surya dan angin, dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil yang menghasilkan emisi karbon tinggi. “Ini membantu mengurangi jejak karbon kawasan wisata dan berkontribusi pada mitigasi perubahan iklim,” katanya.

Menurutnya, dengan mengadopsi teknologi energi hijau, kawasan wisata dapat menarik wisatawan yang peduli lingkungan, meningkatkan citra positif, dan menciptakan lapangan kerja baru dalam sektor energi terbarukan.“Implementasi proyek energi hijau dapat menjadi sarana edukasi bagi masyarakat lokal dan wisatawan tentang pentingnya keberlanjutan dan perlindungan lingkungan,” tandas Irwanuddin. (bs)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *