Karya Ogoh-ogoh Dinilai, Hasil Perlombaan Tingkat Kecamatan Diumumkan 20 Maret Mendatang

BULELENG – Pemerintah Provinsi Bali melalui Dinas Kebudayaan Provinsi Bali tengah melakukan monitoring keliling Bali terkait penilaian Lomba Ogoh-ogoh yang diusung Gubernur Bali, Wayan Koster, pada tahun 2023. Pada tahap awal, penilaian lomba dilakukan pada tingkat kecamatan di seluruh kabupaten/kota se-Bali. Demikian disampaikan Ketua Tim Monitoring Lomba Ogoh-Ogoh, Ida Bagus Alit Suryana, ketika ditemui dalam penilaian ogoh-ogoh di Desa Pancasari, Banjar Yeh Mas, Rabu (8/3/2023).

Berdasarkan agenda penilaian yang berlangsung di Kabupaten Buleleng, Tim Monitoring Pemprov Bali telah menyebar di tiga kecamatan, yakni Kecamatan Gerokgak, Kecamatan Buleleng dan Kecamatan Sukasada. Ida Bagus Alit yang juga Kabid Tradisi dan Warisan Budaya Dinas Kebudayaan Provinsi Bali menerangkan bahwa seluruh penilaian ogoh-ogoh dari sekaa teruna teruni (STT) maupun Yowana itu dilakukan langsung oleh juri yang berasal dari kecamatan yang bersangkutan. Hal itu dilakukan guna memaksimalkan proses penjurian dan juga menjaga profesionalisme.

“Tahap awal lomba ogoh-ogoh dilakukan pada tingkat kecamatan pada masing-masing kabupaten/kota se-Bali. Jurinya langsung dari kecamatan bersangkutan dan sudah teruji profesionalismenya dalam seni serta paham dengan budaya Bali,” terangnya.

Berdasarkan jadwal yang sudah ditentukan, penilaian ogoh-ogoh tingkat kecamatan dilakukan mulai tanggal 1 sampai dengan 10 Maret. Kemudian penilaian tiga besar masing-masing kecamatan dilakukan pada tanggal 13 sampai dengan 20 Maret. Ia menambahkan, setiap peserta yang berhasil lolos 3 besar nantinya akan memperoleh hadiah masing-masing sebesar Rp 5 juta rupiah dengan syarat tidak meraih juara pada perlombaan tingkat kabupaten.

Disinggung terkait syarat perlombaan, Kabid Ida Bagus Alit menerangkan, secara umum aspek penting yang dinilai adalah bahan pembuatan ogoh-ogoh wajib menggunakan bahan alami dan dilarang menggunakan plastik sekali pakai. Tinggi ogoh-ogoh pun minimal 3 meter dan maksimal 5 meter. Ia menekankan bahwa seluruh peserta lomba ogoh-ogoh telah memahami segala persyaratan perlombaan, baik itu berupa video proses pembuatan ogoh-ogoh hingga pada sinopsisnya.

“Generasi muda Bali diharapkan mampu mengekspresikan seni dan budaya melalui ogoh-ogoh ini, tentunya berdasarkan dengan nilai-nilai sastra Agama Hindu. Sehingga perlombaan ogoh-ogoh ini memiliki makna mendalam sebagai salah satu budaya umat Hindu di Bali,” ujar Kabid Ida Bagus Alit.

Sementara itu, salah satu peserta lomba, Gede Agus Edi Gunawan, STT Asri Winangun Desa Pancasari mengaku senang dan bersemangat dapat mengikuti perlombaan ogoh-ogoh. Kendatipun baru kali pertama mengikuti lomba, Gede Agus optimis mampu meraih juara.

“Ini merupakan pertama kalinya saya mengikuti lomba, semoga mampu meraih juara. Kalau misalkan kalah, ini juga menjadi penyemangat kami untuk lebih baik lagi dalam berkarya,” ujarnya. (bs)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *