- Menjajagi Peluang Kerjasama dengan Sekolah Muhammadiyah
Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Buleleng, Moh. Ali Susanto, M.Pd., mendapat undangan berkunjung ke Spanyol dari Dubes RI untuk Kerajaan Spanyol, Dr. Muhammad Najib. Apa saja yang dilakukan selama di negeri Matador tersebut, berikut catatan Moh. Ali Susanto, secara berseri. Ini catatan seri ke-1.
MENDAPAT undangan dari Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) RI untuk Kerajaan Spanyol, Dr. Muhammad Najib, untuk berkunjung ke negeri Matador itu merupakan suatu kehormatan yang luar biasa bagi saya. Ini sesuatu yang tak pernah terpikirkan sedikit pun dalam benak saya sebelumnya. Jangankan terpikirkan, sekadar terbayang pun tidak pernah.
Sebenarnya, bukan saya sendirian yang diundang oleh Mas Najib. Ada tiga nama yang mendapat kehormatan untuk mengunjungi Spanyol, negara di mana pada zamannya Dinasti Islam Berjaya itu. Yakni Kepala SMP Muhammadiyah Singaraja, Mbak Lilik Mariana, dan Kepala SMA Muhammadiyah Denpasar, Mbak Ela Rahmawati.
Dalam surat undangannya, Dubes Dr. Najib menyebutkan bahwa undangan tersebut untuk mempelajari warisan peradaban Islam yang Rahmatan lil Alamiin di Andalusia, Spanyol. Di Spanyol, khususnya daerah otonomi Andalusia, Islam memang pernah mengalami masa kejayaannya, yakni pada abad ke-7 M hingga abad ke-14 M. Peradaban Islam sebagai agama yang Rahmatan lil Alamiin berkembang di Andalusia dalam masa 7 abad tersebut. Sungguh masa yang demikian panjang.
Mas Najib dalam surat undangannya juga menjelaskan bahwa sampai saat ini jejak kejayaan Islam di Spanyol masih dapat dirasakan dan dilihat dalam bentuk bangunan masjid, benteng, dan istana, termasuk semangat toleransi yang berkembang dengan baik.
Dengan ‘misi’ semacam itu, saya menerima undangan Mas Najib. Juga Mbak Ela, Kepala SMA Muhammadiyah Denpasar. Namun, karena alasan kesehatan, Mbak Lina (Kepala SMP Muhammadiyah Singaraja) tidak ikut berangkat ke Spanyol.
Dengan Bismillah, saya dan Mbak Ela berangkat ke Spanyol. Suatu negeri yang bagi saya seperti dongeng. Dongeng tentang kejayaaan peradaban Islam, dongeng tentang klub-klub sepakbola yang mendunia, atau dongen-dongeng tentang Marc Marques, sang Raja MotoGP yang digilai banyak orang Indonesia itu.
Kamis (16/6/2022) malam dari Bandara Ngurah Rai, Badung, Bali, saya bertolak ke Spanyol dengan pesawat Emirates. Sebuah pengalaman pertama terbang keluar udara NKRI bagi saya. Beragam perasaan berkecamuk dalam dada. Kalau tidak karena kehendak Allah Yang Maha Agung, mungkin saya tidak akan pernah merasakan melintasi udara negara-negara di atas bumi ini.
Setelah terbang selama hampir 15 jam dan sempat transit di Dubai, Uni Emirat Arab, saya dan Mbak Ela Rahmawati akhirnya sampai di Bandara Internasional Adolfo Suares Barajas Madrid. Saat itu jarum jam menunjukkan pukul 13.225 waktu Madrid, hari Jumat 15 Juni 2022.
Staf Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) sudah menyambut kami. Dari bandara, kami langsung diantar ke Wisma Indonesia, tempat Dubes Dr. Najib tinggal. Setibanya di Wisma Indonesia, saya langsung diterima dan berbincang ringan dengan Mas Najib. Mas Najib menanyakan tentang perjalanan kami, peluang belajar di Spanyol, sampai berbincang ringan tentang pentingnya Ukhuwah Islamiyah di kalangan kaum muslimin sebagai simbol penganut agama Rahmatan lil Alamin.
Setelah itu, kami beranjak istirahat melepaskan rasa lelah setelah perjalanan panjang dari Bali. Badan ini benar-benar harus menyesuaikan diri dengan cuaca di Madrid.
Esoknya, Sabtu (18/6/2022), kami bersama dengan Mas Dubes Dr. Najib berangkat ke Plaza Major Madrid. Sepeerti diketahui, tempat ini merupakan alun-alun terbesar di Spanyol. Di tempat ini, tersedia berbagai macam sovenir Madrid dan kuliner khas Spanyol.
Ketika menginjakkan kaki di Plaza Major, terlihat banyak bangunan megah berlantai tiga dengan gaya arsitektur khas Eropa Barat yang memiliki banyak jendela serta balkon. Inilah salah satu ikon kota Madrid, yang tak pernah dilewatkan oleh wisatawan yang datang ke kota markas klub raksasa sepakbola Read Madrid ini.
Usai menikmati Plaza Major, saya dan Mbak Ela melanjutkan kunjungan ke GSD International School di pinggiiran Madrid, tepatnya di daerah Buitrago del Lozoya. GSD merupakan sekolah internasional yang mendidik anak mulai usia 3 bulan sampai ke sekolah vokasi. Cabangnya sudah ada 8 di seluruh Spanyol dan punya cabang luar negeri di Costa Rica dan Kamerun. Jumlah siswanya mencapai 17.000 orang.
GSD International School dikelola secara koperasi, di mana pemilik saham juga merangkap pengelola. Sekolah ini menggunakan model boarding school, di mana sebagian peserta didiknya diasramakan. Terutama siswa yang berasal dari luar negeri.
Salah satu pengelolanya merupakan orang Indonesia asal Banyuwangi. Namanya Mbak Sinta. Suaminya asli Spanyol, bernama Marc, yang sudah menjadi muallaf, dan juga sebagai kepala sekolah di GSD International School.
Mas Najib memberikan alasan membawa kami untuk mengunjungi GSD International School. Sosok kelahiran Singaraja dan pernah duduk di bangku SMP Muhammadiyah Singaraja ini mengatakan, GSD International School merupakan sekolah yang kualitasnya sudah terbukti.
Mas Dubes mengantar kami ke GSD International School dalam rangka menjajagi peluang kerjasama antara sekolah yang berskala internasional ini sekolah-sekolah Muhammadiyah di Bali.
“Saya memilih sekolah ini disamping kualitasnya sudah terbukti, mereka juga membuka pintu untuk berkolaborasi, bekerja sama dengan Muhammadiyah Bali. Lebih dari itu secara emosional kepala sekolah ini bernama Marc, orang Spanyol asli, yang istrinya Mbak Sinta, orang Indonesia asli asal Banyuwangi,” tutur Mas Najib.
Mas Najib mengaku, ada hubungan hati di antara Indonesia dengan GSD Intertional School. Ini harus dilihat sebagai sebuah peluang berbagai kemungkinan kerjasama. Bahkan Mas Najib berharap, mudah-mudahan kerjasama itu tidak hanya dinikmati oleh sekolah-sekolah Muhammadiyah di Bali, tetapi juga sekolah-sekolah Muhammadiyah di seluruh Indonesia, dan juga sekolah-sekolah muslim di Bali. Karena Bali itu memiliki daya tarik sendiri bagi masyarakat Spanyol.
Dan saya sangat bersyukur dan bahagia atas semua ini. Ini merupakan pengalaman yang sangat menarik, karena kami dibawa dan melihat langsung pengelolaan sebuah lembaga pendidikan, di GSD Interntional School ini. Terbayang dalam benak saya, dua pemikiran. Pertama, kami sangat mungkin untuk mengadobsi hal-hal yang baik, yang bisa dikembangkan di sekolah-sekolah Muhammadiyah, khususnya di Bali.
Kedua, ada kesempatan yang saya kira bisa disambut baik dalam bentuk kerjasama, bisa permanen atau kapan pun itu dapat dilakukan. Bahwa anak-anak kita, siswa-siswi SMA, SMP, SD bahkan yang pra sekolah, ketika ingin dikenalkan dengan kebiasaan, dengan budaya pergaulan internasional, saya kira sangat bagus mengadopsi seperti yang lembaga ini lakukan. Bagaimana mengenalkan pola-pola pergaulan internasional, termasuk cara-cara mendidik anak.
Saya melihat kesempatan ini merupakan kesempatan emas, kesempatan yang luar biasa. Ke depannya bisa kita pikirkan bahwa anak-anak kita perlu dibuka wawasannya, dikenalkan area pergaulannya, sehingga mereka akan tumbuh dan menjadi generasi yang siap menghadapi segala tantangan ke depan.
Sekali lagi, saya harus berterima kasih kepada Mas Najib yang telah memberikan kesempatan kepada kami, saya dan Mbak Ela, untuk berdialog dan bertatap muka langsung, serta melihat lengsung bagaimana pengelolaan pendidikan di GSD International School ini.
Muhammadiyah sebenarnya punya kesempatan untuk bisa mengadopsi dan mengadaptasi hal-hal yang baik tentang hal ini dari GSD International School ini. (bs)
Bersambung ….